-->

Wednesday 9 December 2015

PARABHAVA SUTTA

PARABHAVA SUTTA


Demikianlah yang Ku dengar. Suatu ketika Sang Buddha berdiam di dekat Savatthi di Hutan Jeta di vihara Anathapindika. Ketika menjelang fajar, datanglah dewa yang menerangi seluruh Hutan Jeta dengan sinarnya yang cemerlang. Dewa itu datang ke hadapan Sang Buddha, menghormat Beliau, dan berdiri di satu sisi lalu berkata,

“Kami datang dengan pertanyaan kami kepada yang terberkahi, kami ingin bertanya, O Gotama, tentang kemerosotan manusia. Terangkanlah kepada kami sebab- sebab kemerosotan.”



“Mudah diketahui orang- orang yang berada dalam kemajuan.
Mudah diketahui orang- orang yang berada dalam kemerosotan.
Ia yang mencintai Dhamma (Kebenaran) akan mendapat kemajuan.
Barang siapa tidak menyukai Dhamma (Kebenaran) akan mendapat kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab pertama kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kedua.”

“Menyukai orang- orang yang jahat,
tidak menyenangi orang- orang yang bajik,
lebih menyukai cara- cara yang dilakukan orang yang jahat,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kedua kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab ketiga.”

“Sangat menyenangi tidur,
menyukai berkumpul- kumpul, cerewet,
lamban, malas dan mudah marah,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab ketiga kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab keempat.”

“Meskipun hidup dengan sejahtera,
tetapi tidak menyokong, merawat ayah dan ibu
yang sudah tua dan lemah,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab keempat kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kelima.”

“Menipu dengan berpura- pura
sebagai seorang brahmana atau pertapa
ataupun guru spiritual lainnya,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kelima kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab keenam.”

“Mempunyai kekayaan berlimpah
serta banyak emas dan persediaan makanan
tetapi ia hanya menikmatinya seorang diri,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab keenam kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab ketujuh.”

“Menyombongkan keturunan
kekayaan atau suku
merendahkan handai taulan dan sanak keluarga sendiri
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab ketujuh kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kedelapan.”

“Senang bermain perempuan,
gemar bermabuk- mabukan, berjudi
memboroskan apa yang ia peroleh,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kedelapan kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kesembilan.”

“Tidak puas dengan istrinya sendiri,
bersama perempuan lacur
dan isteri orang lain,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kesembilan kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kesepuluh.”

“Seorang yang telah melewati masa muda,
lalu memperistrikan wanita muda
dan tidak dapat tidur karena merasa cemburu,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kesepuluh kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kesebelas.”

“Memercayai dan memberikan kekuasaan kepada seorang wanita
yang gemar bermabuk- mabukan dan memboros
atau kepada laki- laki dengan kelakuan serupa,
inilah sebab kemerosotan.”

“Kini kami telah mengetahui.
Inilah sebab kesebelas kemerosotan.
Terangkanlah kepada kami sebab kedua belas.”

“Terlahir dalam keluarga terpandang
dengan ambisi membara tetapi sedikit kemampuan,
menginginkan tahta kekuasaan,
inilah sebab kemerosotan.”

“Dengan merenungkan secara mendalam
semua sebab kemerosotan di dunia,
para bijak yang memiliki pandangan terang
menikmati kegembiraan di alam bahagia.”

Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya, Sutta Nipata, Uraga Vagga, Parabhava Sutta (Sn I. 6)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close