-->

Monday 14 December 2015

VAMMIKA SUTTA

VAMMIKA SUTTA


Demikian yang Ku dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi Di Hutan Jeta. Taman Anathapindika. Pada kesempatan itu, Y.M. Kumara Kassapa sedang berdiam di Hutan Manusia Buta.

Kemudian, ketika malam telah larut, satu dewa dengan penampilan elok yang menyinari seluruh Hutan Manusia Buta mendekati Y.M. Kumara Kassapa dan berdiri di satu sisi. Dengan berdiri, dewa itu berkata kepada beliau:

“Bhikkhu, bhikkhu, bukit-semut ini berasap pada malam hari dan menyala pada siang hari.

“Demikian kata brahmana itu: ‘Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana melihat suatu batang. ‘Suatu batang, Oh Yang Mulia Bhante.’


“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah batang itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat seekor katak. ‘Seekor katak, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah katak itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat sebuah garpu. ‘Sebuah garpu, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah garpu itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Ketika menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat sebuah saringan. ‘Sebuah saringan, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah saringan itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat seekor kura-kura. ‘Seseekor kura-kura, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah kura-kura itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat sebuah kapak dan balok. ‘Sebuah kapak dan balok, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah kapak dan balok itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menyelidiki dengan pisau, yang bijaksana itu melihat sepotong daging. ‘Sepotong daging, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Buanglah potongan daging itu, selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Setelah menggali dengan pisau, yang bijaksana itu melihat seekor ular naga. ‘Seekor ular Naga, Oh Yang Mulia Bhante.’

“Demikian kata brahmana itu: ‘Tinggalkanlah ular Naga itu, janganlah menyakiti ular Naga itu, hormatilah ular Naga itu.’

“Bhikkhu, engkau seharusnya menghadap Yang Terberkahi dan bertanya kepada Beliau tentang teka-teki ini. Sebagaimana Yang Terberkahi menjelaskan kepadamu, demikianlah yang seharusnya engkau ingat. Bhikkhu, selain Tathagata atau siswa Tathagata atau orang yang telah mempelajarinya dari mereka, saya tidak melihat seorang pun di dunia ini bersama dengan para dewa, Mara, dan Brahma-nya, di dalam generasi ini bersama para petapa dan brahmananya, pangeran dan rakyatnya, yang bisa menjelaskan teka-teki ini sehingga memuaskan pikiran.”

Demikianlah yang dikatakan oleh dewa itu, dan segera sesudahnya dewa itu pun lenyap dari sana.

Kemudian, ketika malam telah berlaku, Y.M. Kumara Kassapa pergi menghadap Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia duduk di satu sisi dan memberitahu kepada Yang Terberkahi apa yang telah terjadi. Kemudian dia bertanya: “Yang Mulia Bhante, apa arti bukit-semut itu, apa arti berasap pada malam hari itu, apa arti menyala pada siang hari itu? Siapakah brahmana itu, siapakah yang bijaksana itu? Apa arti pisau, apa arti menyelidiki, apa arti batang, apa arti katak, apa arti garpu, apa arti saringan, apa arti kura-kura, apa arti kapak dan balok apa arti sepotong daging, apa arti ular Naga itu?”

“Bhikkhu, bukit-semut adalah symbol bagi tubuh ini, yang terbuat dari bentuk materi, terdiri atas empat elemen besar, yang dihasilkan oleh ibu dan ayah, dibangun dari nasi dan bubur, dan terkena ketidak-kekalan, terkena keuangan dan kikisan, terkena peleburan dan penguraian.”

“Apa yang dipikirkan dan direnungkan seseorang pada malam hari berdasarkan tindakan-tindakannya selama siang hari itulah ‘berasap pada malam hari.’”

“Tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang selama siang hari oleh tubuh, ucapan, dan pikiran setelah berpikir dan merenung pada malam hari itulah ‘menyala pada siang hari.’”

“Brahmana adalah simbol bagi Tathagata, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan. Yang bijaksana merupakan simbol bagi seorang bhikkhu yang menjalani pelatihan yang lebih tinggi. Pisau merupakan simbol bagi kebijaksanaan yang agung. Menyelidiki merupakan simbol bagi pembangkitkan energi.”

“Tongkat adalah simbol bagi ketidaktahuan. Buanglah batang itu: tinggalkanlah ketidaktahuan. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya.”

“Katak adalah simbol bagi keputusasaan yang disebabkan oleh kemarahan. Buanglah keputusasaan yang disebabkan oleh kemarahan. ‘Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya.”

“Garpu adalah simbol bagi keraguan, ‘Buanglah garpu itu: tinggalkanlah keraguan. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya,”

“Saringan adalah simbol bagi lima rintangan, yaitu rintangan nafsu indera, rintangan niat jahat, rintangan kemalasan dan kelambanan, rintangan kegelisahan dan penyesalan, dan rintangan keraguan. ‘Buanglah saringan itu: tinggalkanlah lima rintangan tersebut. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya.”

“Kura-kura adalah simbol bagi lima kelompok yang dipengaruhi oleh kemelekatan, yaitu, kelompok bentuk materi yang dipengaruhi oleh kemelekatan, kelompok perasaan yang dipengaruhi oleh kemelekatan, kelompok persepsi yang dipengaruhi oleh kemelekatan, kelompok bentukan-bentukan yang dipengaruhi oleh kemelekatan, dan kelompok kesadaran yang dipengaruhi oleh kemelekatan. ‘Buanglah kura-kura itu: tinggalkanlah lima kelompok yang dipengaruhi oleh kemelekatan tersebut. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikiankah artinya.”

“Kapak dan balok merupakan simbol bagi lima tali kesenangan indera bentuk-bentuk yang dapat dikognisi oleh mata yang dirindukan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, berhubungan dengan nafsu indera, dan merangsang nafsu; suara yang dapat dikognisikan oleh telinga, bau-bauan yang dapat dikognisi oleh hidung, citarasa yang dapat dikognisi oleh lidah, benda-benda nyata yang dapat dikognisi oleh tubuh, yang dirindukan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, berhubungan dengan nafsu indera, dan merangsang nafsu. ‘Buanglah kapak dan balok itu: tinggalkanlah lima tali kesenangan indera tersebut. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya.”

“Potongan daging merupakan simbol bagi kesenangan dan nafsu jasmani. ‘Buanglah potongan daging itu: tinggalkanlah kesenangan dan nafsu jasmani. Selidikilah dengan pisau, engkau yang bijaksana.’ Demikianlah artinya.”

“Ular Naga merupakan simbol bagi seorang bhikkhu yang telah menghancurkan noda-noda. ‘Biarkah ular Naga itu, janganlah menyakiti ular Naga itu, hormatilah ular Naga itu.’ Demikianlah artinya.”

Demikianlah yang dikatakan Yang Terberkahi. Y.M. Kumara Kassapa merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Sutta Pitaka, Majjhima Nikaya, Mula Pannasa, Opama Vagga, Vammika Sutta (MN 23)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close