-->

Friday 11 December 2015

VANGISA SUTTA

VANGISA SUTTA


Demikianlah yang Ku dengar,

Suatu ketika Bhagava berdiam di dekat Alavi di vihara Aggalava.

Pada saat itu, Yang Mulia Nigrodhakappa, guru pembimbing Yang Mulia Vangisa, belum lama mencapai Parinibbana di sana.

Kemudian, suatu pikiran muncul di benak YM Vangisa ketika berada di dalam meditasinya demikian, ‘Apakah guru pembimbingku telah mencapai Nibbana atau belum.’

Maka beliau bangkit dari meditasinya di petang hari, YM Vangisa datang kepada Bhagava, menghormat, kemudian duduk di satu sisi dan berkata kepada Bhagava,


“Bhante, dalam meditasi suatu pikiran muncul di benakku ketika berada di dalam meditasi demikian, ‘Apakah guru pembimbingku telah mencapai Nibbana atau belum.’" Kemudian YM Vangisa bangkit dari duduknya, mengatur jubah di satu bahunya, beranjali kepada Bhagava dan berkata dalam syair demikian,

"Kami bertanya kepada Buddha yang memiliki kebijaksanaan sempurna, yang bisa menghalau keraguan di dunia ini, tentang bhikkhu terkenal, yang memiliki keagungan dan pikiran yang damai, yang telah wafat di Aggalava."

"O, Buddha, Bhantelah yang memberikan nama Nigrodhakappa kepada beliau. Tanpa kenal lelah, beliau berkelana ke mana-mana dengan rasa hormat kepada Bhante. Beliau berjuang untuk mencapai pembebasan, kokoh dalam pemahaman Dhamma."

"O, Buddha, Yang Maha Melihat, kami semua sebagai siswaNya ingin mengetahui tentangNya. Kami siap mendengarkan. Bhante adalah Guru kami yang tiada bandingnya."

"Hilangkanlah keraguan kami, jelaskanlah tentang hal ini. O, Buddha yang memiliki kebijaksanaan luar biasa, beritahukanlah apakah beliau telah mencapai Nibbana atau sedang menuju pencapaian Nibbana. O, Buddha Yang Maha Melihat, berbicaralah di tengah- tengah kami sebagai raja para dewa, Indra dengan seribu mata."

"Keruwetan apa pun yang ada di dunia, yang menyebabkan kegelapan batin, yang berhubungan dengan ketidaktahuan, yang menyebabkan keraguan, semua ini lepas terurai ketika orang menghadap Tathagata. Sesungguhnyalah Beliau memiliki mata teragung di antara semua manusia."

"Jika orang seperti Bhante tidak menghalau nafsu bagaikan angin menghalau awan, seluruh dunia akan tertutup oleh kegelapan, bahkan orang yang agung pun tidak akan bersinar."

"Orang bijaksana adalah pembawa terang. Saya yakin bahwa Bhante adalah orang bijaksana. Kami datang pada Yang Memiliki Pandangan Terang dan Pengetahuan. Kami mohon Bhante menjelaskan kepada kami semua di sini, di manakah Yang Mulia Nigrodhakappa kini?"

"O, Yang Maha Mulia, alunkanlah segera suaraMu yang indah bagaikan angsa menjulurkan lehernya, mengalunkan suaranya yang penuh dan teratur baik. Kami semua akan mendengarkan dengan penuh perhatian."

"Dengan tulus kami memohon kepada Yang Maha Murni, yang telah sepenuhnya mengalahkan kelahiran dan kematian, untuk membabarkan Dhamma, karena ini bukanlah hanya sekadar pemuasan nafsu makhluk duniawi. Biarlah Tathagata bertindak dengan kebijaksanaan."

"Penjelasan dari Yang Memiliki Kebijaksanaan Tanpa Cela selalu dapat diterima. Kami telah siap menerimanya. O, pertapa agung, jangan biarkan kami berada dalam kegelapan batin."

"Bhante telah sepenuhnya mengetahui ajaran orang- orang suci. O, Yang Penuh Semangat, jangan biarkan kami berada di dalam kebodohan. Bagaikan orang yang menderita kepanasan di musim panas merindukan air, kami merindukan kata- kataMu. Curahkanlah kata- kata kebijaksanaanMu."

"Jika Yang Mulia Nigrodhakappa telah menjalani kehidupan suci, apakah ini memberikan buah? Apakah beliau mencapai Nibbana dengan sisa? Bagaimana beliau terbebaskan, itulah yang ingin kami dengar."

Bhagava berkata demikian,

"Dia telah memutus nafsu terhadap materi dan batin di dunia ini, yang merupakan arus Mara yang mengalir lama. Dia telah sepenuhnya menyeberangi semua kelahiran dan kematian. Demikian dikatakan Yang Telah Tercerahkan, pemimpin dari lima disiplin pertama."

"Engkau adalah yang termulia di antara pertapa agung. Mendengar kata- kataMu saya merasa gembira. Pencarianku berbuah. Buddha tidak menyembunyikan kebenaran."

"Murid Bhante tersebut memang telah bertindak seperti yang dikatakan Buddha. Beliau telah menghancur leburkan bentangan dan jaring kuat Mara yang penuh tipu muslihat."

O, Bhagava, bahkan telah mengetahui tentang Yang Mulia Kappayana. Beliau sudah menyeberangi alam kematian yang amat sulit untuk diseberangi.

Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya, Sutta Nipata, Cula Vagga, Vangisa Sutta (Sn II. 12)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close