-->

Wednesday 16 December 2015

BRAHMADEVA SUTTA

BRAHMADEVA SUTTA


Demikianlah yang Ku dengar.

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapindika.

Pada saat itu, seorang brahmana perempuan memiliki seorang putra bernama Brahmadeva yang telah meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah dengan bimbingan Sang Bhagavā.

Kemudian, Yang Mulia Brahmadeva, berdiam sendiri, menarik diri dari keramaian, tekun, rajin, dan teguh, menembus pengetahuan langsung oleh dirinya sendiri. Seorang baik yang meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tujuan yang mulia dan tiada bandingnya dari kehidupan suci, olehnya dalam kehidupan ini juga, telah dicapai, disadari dan didiami.


Ia secara langsung mengetahui,

“Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang menjadi keinginan lebih jauh dari ini.”

Dan Yang Mulia Brahmadeva menjadi Arahat.

Kemudian, pada suatu hari, Yang Mulia Brahmadeva merapikan jubahnya, dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan.

Terus berjalan menerima dana makanan di Sāvatthī, ia sampai di rumah ibu kandungnya.

Pada saat itu, brahmana perempuan, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmā.

Kemudian Brahmā Sahampati berpikir,

“Brahmana perempuan ini, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmà. Aku akan mendatanginya dan membangkitkan semangat keyakinan dalam dirinya.”

Kemudian, secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmā Sahampati menghilang dari Alam Brahmā dan muncul kembali di rumah ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva.

Kemudian, seraya berdiri di udara, Brahmā Sahampati berkata kepada brahmana perempuan itu dalam syair,

“O, Brahmana perempuan, Alam Brahmā, adalah jauh dari sini.
Yang kepadanya engkau memberikan persembahan secara rutin.
Brahmā tidak memakan makanan seperti itu,
Tanpa mengetahui jalan menuju Brahmā, apa yang anda inginkan?”

“Brahmadeva ini, brahmana perempuan,
Tanpa nafsu keinginan, telah melampaui para dewa,
Tidak memiliki apa- apa, belum menerima makanan siapa pun,
Bhikkhu itu telah memasuki rumahmu untuk menerima dana makanan.”

“Layak menerima pemberian, guru pengetahuan, terjaga batinnya,
Beliau layak menerima persembahan dari para manusia dan para dewa,
Setelah terbebas dari semua keburukan, tanpa noda,
Sejuk hatinya, ia datang menerima dana makanan.”

“Baginya tidak ada apa pun di belakang atau di depan,
Damai, tanpa asap kemarahan, tanpa masalah, tanpa keinginan,
Ia telah menumbangkan tiang yang lemah dan yang kokoh,
Biarkan beliau memakan persembahanmu.”

“Tiada bala kekotoran batin, dalam pikiran tenang,
Bagaikan nāga, ia murni, jinak, tidak kacau,
Seorang bhikkhu dengan moralitas murni, terbebaskan dalam batin,
Biarkan beliau memakan persembahanmu.”

“Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan,
Serahkan persembahanmu kepada seorang yang layak menerimanya,
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
O, brahmana perempuan, lakukanlah kebajikan yang dapat membawamu ke kebahagiaan di masa depan.”

Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan,
Ia menyerahkan persembahannya kepada seorang yang layak menerimanya.
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
Perempuan itu melakukan kebajikan yang dapat membawanya ke kebahagiaan di masa depan.

Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya, Sagatha Vagga, Brahma Samyutta, Kokalika Vagga, Brahmadeva Sutta (SN 6. 3)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close