-->

Tuesday 15 December 2015

PACCHABHUMIKA SUTTA

PACCHABHUMIKA SUTTA


Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Nālandā di Hutan Mangga milik Pāvārika. Kemudian Asibandhakaputta sang kepala desa menemui Sang Bhagavā, memberi hormat kepadaNya, duduk di satu sisi, dan berkata kepadaNya: “Yang Mulia, para brahmana dari negeri barat, yang membawa- bawa kendi air, mengenakan kalung terbuat dari tanaman air, menyelam ke dalam air, dan menyembah api suci, dikatakan mengarahkan jiwa orang mati ke atas, menuntunnya, dan mengirimkannya ke surga. Tetapi Sang Bhagavā, Sang Arahat, Yang Tercerahkan Sempurna, mampu menyebabkan, pada saat hancurnya jasmani, setelah kematian, seluruh dunia akan terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”


“Kepala desa, Aku akan bertanya kepadamu. Jawablah sesuai dengan apa yang kau anggap benar. Bagaimanakah menurutmu, kepala desa? Misalkan ada seseorang di sini yang membunuh, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan pemuasan nafsu seksual yang salah, berkata bohong, berkata- kata yang dapat memicu perpecahan, berkata kasar, bergunjing, seorang yang tamak, penuh kebencian, dan berpegang pada pandangan salah. Kemudian sekelompok orang datang dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka akan datang dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga orang ini terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.’ Bagaimana menurutmu, kepala desa? Karena doa dari sekelompok orang itu, karena puji- pujian mereka, karena mereka mengelilinginya sebagai penghormatan, akankah orang itu, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Misalkan, seseorang melemparkan batu besar ke dalam danau yang dalam. Kemudian sekelompok orang datang bersama dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka berdoa dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, dan berkata, ‘Keluarlah, batu yang baik! Mengapunglah, batu yang baik! Naiklah ke atas daratan, batu yang baik!’ bagaimana menurutmu, kepala desa? Karena doa dari kelompok orang itu, karena puji- pujian mereka, karena mereka mengelilinginya sebagai penghormatan, akankah batu itu keluar, mengapung, dan naik ke atas daratan?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Demikian pula, kepala desa, jika seseorang yang membunuh, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan pemuasan nafsu seksual yang salah, berkata bohong, berkata- kata yang dapat memicu perpecahan, berkata kasar, bergunjing, seorang yang tamak, penuh kebencian, dan berpegang pada pandangan salah. Meskipun sekelompok orang datang dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka akan datang dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga orang ini terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga’ tetap saja, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, orang itu akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka.

“Bagaimanakah menurutmu, kepala desa, misalkan ada seseorang di sini yang menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari melakukan pemuasan nafsu seksual yang salah, menghindari berkata bohong, menghindari berkata- kata yang dapat memicu perpecahan, menghindari berkata kasar, menghindari bergunjing, seorang yang tidak tamak, tanpa kebencian, dan berpegang pada pandangan benar. Kemudian sekelompok orang datang dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka akan datang dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga orang ini terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka.’ Bagaimana menurutmu, kepala desa? Karena doa dari kelompok orang itu, karena puji- pujian mereka, karena mereka mengelilinginya sebagai penghormatan, akankah orang itu, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Misalkan, seseorang memecahkan kemudian menenggelamkan sekendi ghee atau sekendi minyak ke dalam danau yang dalam. Pecahan dan kepingannya akan tenggelam, tetapi ghee atau minyaknya akan terapung. Kemudian sekelompok orang datang bersama dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka berdoa dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, dan berkata, ‘Tenggelamlah, ghee minyak yang baik! Merendamlah, ghee minyak yang baik! Turunlah ke dasar air, ghee minyak yang baik!’ bagaimana menurutmu, kepala desa? Karena doa dari kelompok orang itu, karena puji- pujian mereka, karena mereka mengelilinginya sebagai penghormatan, akankah ghee atau minyak itu tenggelam, merendam, dan turun ke dasar air?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Demikian pula, kepala desa, jika seseorang yang menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari melakukan pemuasan nafsu seksual yang salah, menghindari berkata bohong, menghindari berkata- kata yang dapat memicu perpecahan, menghindari berkata kasar, menghindari bergunjing, seorang yang tidak tamak, tanpa kebencian, dan berpegang pada pandangan benar. Meskipun sekelompok orang datang dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka akan datang dan melantunkan puji- pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga orang ini terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka’ tetap saja, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, orang itu akan terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

Ketika hal ini dikatakan, kepala desa Asibandhakaputta berkata kepada Sang Bhagavā: “Sungguh indah, Yang Mulia! Sungguh indah! Bagaikan seseorang menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir balik, atau menyingkap apa yang tadinya tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat atau membawa lampu di dalam kegelapan sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat objek- objek yang terlihat, demikian pula Dhamma telah dijelaskan oleh Yang Mulia dengan berbagai cara. Saya pergi kepada Sang Bhagavā untuk perlindungan, kepada Dhamma untuk perlindungan, dan kepada Saṅgha Bhikkhu untuk perlindungan. Semoga Sang Bhagavā berkenan mengingatku sebagai seorang siswa perumah tangga yang telah pergi untuk perlindungan sepanjang hidup, sejak hari ini sampai seumur hidup.”

Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya, Salayatana Vagga, Gamani Samyutta, Gamani Vagga, Pacchabhumika Sutta (SN 42. 6)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close