-->

Thursday 17 December 2015

Meditasi vs Multitasking

Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang selalu multitasking tak bisa menjaga fokus, bahkan di saat mereka mematikan semua gawai. Berlatih meditasi bisa menjadi obatnya.

“Mereka yang selalu bekerja multitasking tak bisa menyaring hal-hal yang tak relevan,” demikian peneliti Stanford, Clifford Nass pada NPR saat menunjukkan bagaimana laboratoriumnya membedakan “pengidap” multitasking berat dan yang kasual. “Pikiran mereka terbelah-belah secara kronis. Mereka memicu sebagian besar dari otak mereka memikirkan hal-hal tak relevan pada tugas yang diemban.”

Seperti disebutkan tadi, melakukan tugas ganda (multitasking) seperti menonton televisi kabel: Anda menyaksikan seorang atau lebih komentator berbicara bersama dan dalam waktu bersamaan, Anda juga membaca teks berjalan skor pertandingan yang tak berkesudahan, serta informasi breaking news. Saat digempur dengan banyak informasi sekaligus, Anda hanya bisa mencerna sedikit. Sebab Anda tak bisa menyaring antara apa yang perlu diperhatikan dan tidak. Fokus Anda akan terbagi-bagi antara komentator yang sedang berbicara dan teks berjalan, seperti kita membagi perhatian antara dokumen pekerjaan, telepon, musik, dan internet sepanjang hari.

Bagian mengerikannya adalah kebiasaan fokus yang terpecah-pecah ini terbawa hingga saat mereka tak sedang menyalakan gawai.


“(Multitasker berat) merasa bisa menghentikan kebiasaannya, dan itu menjadi aspek mengejutkan dalam penelitian ini,” kata dia. “Subyek yang kita teliti secara terus-menerus mengatakan, lihat, saat saya benar-benar harus berkonsentrasi, saya matikan semua (gawai), setelah itu saya bisa sangat fokus. Sayangnya, mereka telah mengembangkan kebiasaan yang membuat mereka mustahil untuk memfokuskan perhatian. Mereka payah memilah hal-hal yang tak relevan. Mereka tak bisa tetap fokus pada pekerjaan.”

Penelitian menunjukkan, kita bisa meningkatkan keterampilan dengan optimal ketika sedang menghadapi kesulitan dan menjalankan tugas berat –semacam perasaan yang kita dapat dari membangun sebuah algoritma baru, atau membuat purwarupa produk. Tapi hal itu hanya terjadi saat kita benar-benar berkonsentrasi. Jadi multitasking tidak hanya menjadikan kita payah berkonsentrasi, tapi juga membuat pekerjaan kita lebih kacau.

Belajar Berkonsentrasi Lagi
Jon Kabat-Zinn, profesor bidang kesehatan dan pendiri Pusat Meditasi untuk Pengobatan, Kesehatan, Pelayanan, dan Masyarakat di Universitas Massachusetts, Amerika mengartikan meditasi mindfulness sebagai “fokus tanpa berusaha menilai untuk sepenuhnya mengalami momen saat ini“. Ketika Anda sedang sadar (mindful), kata Zinn –apakah secara natural ataupun melalui latihan meditasi, Anda akan terlibat dalam dua aktivitas:

Mengatur perhatian hingga tetap memperhatikan pada apa yang terjadi momen demi momen.
Melihat pengalaman dengan keterbukaan, keingintahuan, dan sikap menerima –bahkan ketika pengalaman yang dirasakan tidaklah menyenangkan atau diharapkan.

Bagaimana hal ini saling berhubungan? Karena kita mudah sekali terjebak dalam pikiran –dan terus mencoba mempertahankan atau menolaknya. Seperti munculnya ingatan betapa bodohnya mantan kekasih dan kemudian Anda menekan kenangan itu untuk tidak muncul. Tapi tetap saja suatu waktu akan muncul lagi, seperti bola yang ditekan masuk ke air. Dengan meditasi, seseorang akan menyadari kekacauan pikiran yang berkecamuk dalam diri dan kemudian mengembalikan perhatian pada pernapasan atau fokus apa pun yang dikehendaki.

Meditasi mindfulness membantu Anda menjadi awas terhadap ketidakawasan. Dengan meditasi, kita bisa mengembangkan kesadaran saat perhatian kita terpecah –yang tak bisa kita elakkan– dan membuat fokus kembali.

Meditasi tidak membuat Anda terhindar dari gangguan berkonsentrasi, sebab gangguan itu akan selalu terjadi. Namun, meditasi membuat Anda sadar saat pikiran mulai bercabang dan kemudian berkonsentrasi kembali –dengan demikian pikiran kita akan memilah informasi tak relevan, apakah itu kenangan pengalaman ciuman pertama atau sekadar melamun apa yang akan Anda santap saat makan siang nanti.

Dengan kata lain, multitasking membuat otak Anda lebih mudah terganggu berbagai macam hal, sementara meditasi membantu untuk menyadari saat Anda terganggu –sehingga membuat Anda sadar dan kembali berkonsentrasi pada pekerjaan yang seharusnya.

Sumber : buddhazine.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close