-->

Wednesday 30 December 2015

Empat Macam Manusia Oleh Bhikkhu Atthapiyo

Merupakan kekhasan dari Aṅguttara Nikāya, di mana kita dapat menemukan Sang Buddha membabarkan Dhamma menggunakan skema numerik sebagai kerangka khotbah. Artinya Dhamma yang dibabarkan diuraikan dalam poin-poin bernomor. Dengan tujuan agar pendengar mampu mengingat ajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama. Terdiri dari kelompok satu bertingkat hingga kelompok sebelas. Pada kesempatan ini akan diuraikan salah satu sutta yang ada dalam kelompok empat.

Sutta tersebut membahas tentang tipe manusia berdasarkan apa yangdiperbuat. Akibat yang dihasilkan dari perbuatan masa lalu dan akibat yang akan diperoleh di masa depan karena perbuatannya yang sekarang ini. Dalam bentuk perumpamaan gelap sebagai hal yang buruk dan terang sebagai hal yang baik, dapat dimengerti dengan uraian berpasangan;

1. Gelap Menuju Gelap
Secara literal dalam sutta tersebut diuraikan bahwa seseorang karena kehidupan lampaunya berbuat yang tidak baik seperti tidak pernah berdana, melanggar sãla, tidak punya kebijaksanaan. Maka, pada ke-hidupan sekarang orang tersebut terlahir sebagai manusia yang buruk rupa, bodoh, miskin, dan sulit dalam mencari nafkah. Orang demikian dalam hidupnya melakukan pelanggaran sãla untuk memenuhi kebutuhan tersebut; seperti membunuh, mencuri, merampok, mabuk-mabukan. Maka, ketika kematian tiba orang tersebut terlahir di alam menderita. 


Secara kontekstual jelas sekali sutta tersebut berbicara tentang bagaimana orang tipe gelap adalah orang yang perilakunya tidak mengikuti aturan moral, tidak dermawan, dan tujuan yang akan dicapai pun tujuan yang gelap sebagai konsekuensi dari apa yang dilakukan. Lebih jauh dapat dipahami bahwa tanpa menunggu kelahiran mendatang, sering se-seorang terjebak pada keadaan gelap tersebut. Misalnya, ketika ber-tengkar dengan pasangan maka jalan keluar yang dipilih adalah pergi ke club atau mencari hiburan. Sekilas memang bisa terbebas dari beban pikiran, namun jika seseorang sudah dikuasai alkohol bisa saja berkelahi dan hasilnya masuk tahanan. Arti-nya, gelap di sini bisa dipahami sebagai keadaan batin yang kacau ketika dibenturkan oleh persoalan hidup. Kemudian tindakan yang diambil justru menyeret orang tersebut pada kondisi yang merugikan.

2. Terang Menuju Gelap
Tipe orang yang termasuk dalam kategori terang menuju gelap, menurut Aṅguttara Nikāya ke-lompok IV (Sutta 85) adalah seseorang yang terlahir kembali dalam keluarga yang berstatus sosial tinggi, makmur, kaya, rupawan, tidak sulit mencari nafkah namun ia melakukan perbuatan buruk melalui pikiran, ucapan, dan jasmani. Seb agai akibatnya, setelah kematian orang ini terlahir di alam menderita. Dalam Mahadhammasamadana Sutta (MN.46) disebutkan bahwa ada tipe orang yang melaksanakan segala sesuatu yang menyenangkan tapi matang di masa depan sebagai yang menyakitkan. Di sini, bisa dipahami orang tersebut memiliki kesenangan tetapi justru perbuatan tersebut melanggar sīla. Suasana batin yang menyenangkan itu keadaan terang, ketika perbuatan buruknya menghasilkan buah entah di kehidupan sekarang atau kehidupan yang akan datang orang ini berada dalam kegelapan.

3. Gelap Menuju Terang
Kondisi seseorang yang terlahir dalam kesulitan; sebagai seorang yang tidak rupawan, miskin, tidak cerdas, sulit mencari nafkah, namun orang ini tetap menjaga tindakannya agar selalu baik. Biarpun kondisi hidup yang sulit orang ini berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral sehingga ketika kematian tiba, maka terlahir di alam bahagia. 

Secara kondisi batin, di Culadhammasamadana Sutta (MN. 45) dijelaskan bahwa ada orang yang secara alamiah memiliki nafsu, kebencian, dan kebodohan batin yang kuat. Dengan keadaan batin seperti itu orang harus menderita demi mengendalikan diri, meskipun menderita tetap bertahan dengan praktik hidup yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Orang demikian ketika meninggal akan terlahir di alam bahagia.

4. Terang Menuju Terang
Kategori orang yang termasuk terang menuju terang adalah kondisi seseorang yang terlahir rupawan, pandai, kaya, terkenal, sejahtera. Orang ini tetap menjaga tindakannya agar selalu baik dengan berpegang pada landasan moral buddhis yaitu malu berbuat jahat dan takut akan akibat dari perbuatan buruk. Orang demikian akan memperoleh kebahagiaan sekarang dan jika kematian tiba terlahir di alam yang membahagiakan. Menurut Culadhammasamadana Sutta, orang yang secara alamiah memiliki nafsu, kebencian, dan kebodohan yang kecil. Dengan keadaan demikian ia dapat mempraktikkan aturan moral tanpa adanya tekanan dari dalam batin.

Demikianlah empat macam orang yang diuraikan dalam Aṅguttara Nikāya kelompok IV. Memahami sutta tersebut seseorang dapat mengerti tentang penyebab kondisi yang dialami saat ini dan pentingnya menjaga tindakan melalui pikiran, ucapan, dan jasmani sehingga mencapai kehidupan yang sejahtera sekarang dan di masa depan. Selain itu,  seseorang dapat peduli dengan keadaan orang lain di sekitarnya, dengan membantu agar tidak berjalan menuju tempat yang gelap. Dengan demikian hakikat dari khotbah atau sutta ini dapat direalisasi, yakni sebagai manusia yang bebas dari kondisi gelap dan bergerak menuju terang.

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta...
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia….

Sumber : dhammacakka.org

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close