-->

Friday 18 December 2015

CANDIMA SUTTA

CANDIMA SUTTA


Di Sāvatthī. Pada saat itu, dewa putra yang tinggal di bulan, Candimā, telah ditangkap oleh Rāhu, raja para asura. Kemudian, dengan merenungkan Sang Buddha, dewa muda Candimā pada kesempatan itu melantunkan bait demikian,

“Hormat kepadaMu, Buddha!
Pahlawan, Engkau terbebaskan di mana pun juga.
Aku telah menjadi tawanan,
Karena itu, mohon jadilah perlindunganku.”

Kemudian, dengan merujuk pada dewa putra Candimā, Sang Bhagavā berkata kepada Rāhu, raja para asura, dalam bait,


“Candimā telah menyatakan berlindung
Kepada Tathāgata, Sang Arahanta.
Bebaskan Candimā, Rāhu,
Para Buddha berbelas kasih terhadap dunia.”

Kemudian Rāhu, raja para asura, membebaskan dewa putra Candimā dan bergegas mendatangi Vepacitti, raja para asura. Setelah mendekat, terguncang dan ketakutan, ia berdiri di satu sisi. Kemudian, sambil berdiri di sana, Vepacitti, raja para asura, berkata kepadanya dalam bait,

“Mengapa, Rāhu, engkau datang dengan terguncang?
Mengapa engkau membebaskan Candimā?
Setelah datang dengan terguncang,
Mengapa engkau berdiri di sana ketakutan?”

Rahu membalasnya dengan bait berikut,

“Kepalaku akan pecah menjadi tujuh keping,
Selagi hidup, aku tidak akan merasa nyaman,
Jika, setelah disabdakan oleh Buddha,
Aku tidak membebaskan Candimā.”

Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya, Sagatha Vagga, Devaputta Samyutta, Suriya Vagga, Candima Sutta (SN 2. 9)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close