-->

Monday 14 December 2015

SABBASAVA SUTTA

SABBASAVA SUTTA


Demikian yang Ku dengar.

Pada suatu ketika Bhagava tinggal di Jetavana, Arama Anathapindika, Savathi. Di sana Beliau menyapa para Bhikkhu, "Para bhikkhu."

"Ya, Bhante," jawab mereka.

Selanjutnya Sang Bhagava berkata sebagai berikut, "Para bhikkhu, aku akan menerangkan kepada kalian tentang noda batin, dengar dan perhatikan baik- baik apa yang kukatakan."

"Baiklah, Bhante," jawab mereka.

Lalu Sang Bhagava berkata, "Para bhikkhu. Kukatakan bahwa noda batin itu akan terhenti pada diri seseorang yang mengerti dan melihat, bukan pada diri seseorang yang tidak mengerti dan tidak melihat.”


“Apakah yang dimengerti dan dilihat?

Perhatian yang benar dan perhatian yang tidak benar. Bila seorang tidak memperhatikan dengan benar, maka muncullah noda batin baru dan bertambahlah noda batin yang telah ada. Bila seorang memperhatikan dengan benar, noda batin yang akan timbul dapat dihindari dan noda batin yang telah ada dapat dilenyapkan.

Ada noda batin yang dapat dihilangkan dengan melihat (dassana). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan pengendalikan diri (samvara). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan penggunaan yang tepat (patisevana). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan penahanan (adhivasana). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan penghindaran (parivajjana). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan penghapusan (vinodana). Noda batin yang dapat dihilangkan dengan pengembangan (bhavana).”

“Apakah noda batin yang dapat dihilangkan dengan cara melihat?

Para bhikkhu, orang biasa yang tidak terpelajar, yang tidak menghargai, tidak memahami dan tidak berdisiplin dengan ajaran orang- orang pandai dan bijaksana.

Tidak mengerti hal- hal yang penting untuk diperhatikan, atau hal- hal apakah yang tidak penting untuk diperhatikan.

Sehingga dia tidak memperhatikan hal- hal yang penting untuk diperhatikan dan dia memperhatikan hal- hal yang tidak penting untuk diperhatikan.

Apakah hal- hal yang ia perhatikan?

Adalah hal- hal yang menyebabkan munculnya noda batin yang baru atau bertambahnya noda batin yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan.

Inilah hal- hal yang ia perhatikan.

Apakah hal- hal yang ia tidak perhatikan?

Adalah hal- hal yang tidak menyebabkan munculnya noda batin yang baru atau bertambahnya noda batin yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal- hal yang ia tidak perhatikan.

Dengan memperhatikan hal- hal yang tidak perlu diperhatikan dan tidak memperhatikan hal- hal yang perlu untuk diperhatikan, noda batin yang baru muncul dan noda batin yang lama bertambah.

Beginilah caranya dia berpikir dengan tidak bijaksana,

'Apakah aku ada di masa lalu? Apakah aku tidak ada di masa lalu? Menjadi apakah aku di masa lalu? Bagaimanakah aku di masa lalu? Di masa lalu, telah mengalami apakah aku dan bagaimanakah aku? Apakah aku ada di masa mendatang? Apakah aku tidak ada di masa mendatang? Menjadi apakah aku di masa mendatang? Bagaimanakah aku di masa mendatang? Di masa mendatang, mengalami apa dan bagaimanakah aku.'

Tentang masa kini, keragu- raguan juga muncul padanya demikian,

'Apakah aku ada? Apakah aku tidak ada? Sebagai apakah aku? Bagaimanakah aku? Kapankah keadaan ini muncul? Ke mana aku akan pergi?'

Bila ia berpikir demikian dengan kurang bijaksana, satu dari enam macam pandangan muncul pada dirinya,

1. 'Keakuan terhadap dirinya' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
2. 'Ketidakakuan terhadap dirinya' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
3. 'Aku mencerap keakuan bagi diriku' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
4. 'Aku mencerap ketidakakuan bagi diriku' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
5. 'Aku mencerap keakuan dan ketidakakuan' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
6. atau, dia akan berpandangan bahwa akulah yang bicara dan mengetahui dan mengalami akibat dari perbuatan baik atau buruk, tetapi milikku ini adalah kekal, selama- lamanya, abadi, tak dapat berubah, dan akan berlangsung selamanya.

Para Bhikkhu, pandangan macam ini disebut pandangan tidak benar, kebuasan pandangan, kerusakan pandangan, keragu- raguan pandangan, belenggu pandangan.

Para Bhikkhu, orang biasa yang tak terpelajar dan terikat dengan belenggu pandangan- pandangan tidak benar ini, tidak akan terbebas dari kelahiran, umur tua, kematian, duka dan ratap tangis, rasa sakit, takut dan putus asa. Aku katakan ia tidak dapat terbebas dari duka.

Orang yang terpelajar, yang menghargai, memahami dan berdisiplin dengan ajaran orang- orang pandai dan bijaksana. Mengerti hal- hal yang penting untuk diperhatikan, atau hal- hal apakah yang tidak penting untuk diperhatikan. Sehingga dia tidak memperhatikan hal- hal yang tidak penting untuk diperhatikan dan dia memperhatikan hal-hal yang penting untuk diperhatikan.

Apakah hal- hal yang ia tidak perhatikan?

Adalah hal- hal yang menyebabkan munculnya noda batin yang baru atau bertambahnya noda batin yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal- hal yang tidak seharusnya yang tidak ia perhatikan.

Apakah hal- hal yang ia perhatikan?

Adalah hal- hal yang tidak menyebabkan munculnya noda batin yang baru atau bertambahnya noda batin yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal- hal yang seharusnya yang ia perhatikan.

Dengan memperhatikan hal- hal yang perlu diperhatikan dan tidak memperhatikan hal- hal yang tidak perlu untuk diperhatikan, noda batin yang baru tidak muncul dan noda batin yang lama dapat dilenyapkan.

Beginilah bagaimana ia berpikir dengan bijaksana,

'Ini adalah duka, ini adalah sebab duka, ini adalah lenyapnya duka dan ini adalah jalan yang menuju lenyapnya duka'.

Ketika dia memperhatikan jalan ini dengan bijaksana, tiga belenggu dapat ditinggalkannya, keakuan, keraguan dan kemelekatan terhadap upacara- upacara. Ini disebut sebagai noda batin yang dapat dihentikan dengar cara melihat.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu, berniat dengan bijaksana, dapat mengendalikan indera penglihatannya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera penglihatannya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera penglihatannya dengan bijaksana.

Berniat dengan bijaksana, dia dapat mengendalikan indera penciumannya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera penciumannya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera penciumannya dengan bijaksana.

Berniat dengan bijaksana, dia dapat mengendalikan indera pengecapannya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera pengecapannya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera pengecapannya dengan bijaksana.

Berniat dengan bijaksana, dia dapat mengendalikan indera pendengarannya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera pendengarannya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera pendengarannya dengan bijaksana.

Berniat dengan bijaksana, dia dapat mengendalikan indera perabanya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera perabanya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera perabanya dengan bijaksana.

Berniat dengan bijaksana, dia dapat mengendalikan indera pikirannya.

Noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera pikirannya dengan bijaksana. Noda batin atau beban emosi tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera pikirannya dengan bijaksana.

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan indera- inderanya dengan bijaksana. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengendalikan indera- inderanya dengan bijaksana. Inilah yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan penggunaan yang tepat?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana menggunakan sebuah jubah sebagai pelindung dari dingin, panas, gangguan, nyamuk, angin, panas yang matahari serta serangga tanah, juga hanya bertujuan untuk menutupi bagian- bagian tubuh.

pemberian bukan untuk hiburan atau kesombongan, tidak pula untuk keelokan. Tetapi sekedar untuk kelangsungan hidupnya, untuk menghilangkan rasa lapar dan membantu perkembangan batin. Ia berpikir,

'Dengan makanan ini, aku akan menghentikan kegelisahan lama tanpa menimbulkan kegelisahan baru, aku hanya akan memiliki gizi yang cukup untuk hidup yang tidak tercela dengan benar dan sehat'.

Berpikir dengan bijaksana, dia menggunakan tempat peristirahatan untuk melindungi diri dari dingin, gangguan, nyamuk, angin, panas terik, serangga tanah, dan cuaca buruk, serta untuk berdiam diri bermeditasi.

Berpikir dengan bijaksana, dia menggunakan obat- obatan dan pengobatan untuk menyembuhkan diri dari penyakit, untuk melindungi diri dari rasa sakit yang timbul dan menghindari penyakit yang akan timbul.

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat menggunakan empat macam keperluan ini dengan bijaksana. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat menggunakan empat macam keperluan ini dengan bijaksana. Ini yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan penggunaan yang tepat.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan penahanan?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu, berpikir dengan bijaksana, menahan dingin, panas lapar, haus dan gangguan, nyamuk, angin, panas dan serangga tanah. Dia bertahan dari kata- kata yang jahat dan tidak bermanfaat. Dia bertahan dari perasaan yang menyakitkan, menyiksa, yang menusuk hati, yang tidak menyenangkan, yang mengkhawatirkan, mengancam dan membahayakan kehidupan.

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat menahan kesakitan demikian. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat menahan kesakitan demikian dengan bijaksana. Ini yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan penahanan.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan penghindaran?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana, menghindar dari seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, anjing liar, ular, batang pohon yang roboh, semak berduri, ngarai, tebing curam, lubang dalam dan saluran pembuangan. Jika seorang bhikkhu tinggal di tempat yang tidak patut, beristirahat di tempat yang tidak patut, bergaul dengan teman- teman yang buruk, teman- teman bhikkhunya dapat berpikir bahwa ia melakukan hal- hal yang buruk. Berpikir dengan bijaksana, dia menghindari tempat tinggal yang tidak patut, tempat peristirahatan yang tidak patut, dan teman- teman yang buruk

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat menghindari ketidakpatutan demikian dengan bijaksana. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat menghindari ketidakpatutan demikian dengan bijaksana. Ini yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan penghindaran.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan penghapusan?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu, berpikir dengan bijaksana, tidak membiarkan pikiran yang ditimbulkan oleh nafsu indera. Dia tinggalkan, benar- benar menghilangkannya, memusnahkannya, dan mencegahnya untuk kembali munculan pikiran itu.

Dia tidak membiarkan pikiran yang ditimbulkan oleh kebencian. Dia tinggalkan, benar- benar menghilangkannya, memusnahkannya, dan mencegahnya untuk kembali munculan pikiran itu.

Dia tidak membiarkan pikiran untuk menyakiti untuk timbul. Dia tinggalkan, benar- benar menghilangkannya, memusnahkannya, dan mencegahnya untuk kembali munculan pikiran itu.

Dia tidak membiarkan pikiran yang salah dan tidak berguna untuk timbul. Dia tinggalkan, benar- benar menghilangkannya, memusnahkannya, dan mencegahnya untuk kembali munculan pikiran itu.

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat menghapus pikiran- pikiran ini dengan bijaksana. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat menghapus pikiran- pikiran ini dengan bijaksana. Ini yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan penghapusan.”

“Apakah noda batin yang dapat dihentikan dengan pengembangan?

Para Bhikkhu, dalam Dhamma seorang bhikkhu, berpikir dengan bijaksana, mengembangkan kesadaran dari faktor- faktor penerangan sempurna (sati sambojjhanga) yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan pengetahuan Dhamma dari faktor- faktor penerangan sempurna (dhammavicaya sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan semangat dari faktor- faktor penerangan sempurna (viriya sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan kegiuran dari faktor- faktor penerangan sempurna (piti sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan ketenangan dari faktor- faktor penerangan sempurna (passaddhi sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan konsentrasi dari faktor- faktor penerangan sempurna (samadhi sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Dia mengembangkan keseimbangan batin dari faktor- faktor penerangan sempurna (upekha sambojjhanga), yang memandu pada pelepasan nafsu indria, bebas dari nafsu indria, berhentinya nafsu indria, dan menghentikan hal- hal yang menyebabkannya, dan pencapaian Nibbana.

Para Bhikkhu, noda batin dan kekotoran yang buruk dapat timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengembangkan tujuh faktor penerangan sempurna. Noda batin atau kekotoran yang buruk tidak timbul pada bhikkhu yang dapat mengembangkan tujuh faktor penerangan sempurna dengan bijaksana. Ini yang disebut noda batin yang dapat dihentikan dengan pengembangan.”

“Para Bhikkhu, Segera setelah noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara melihat telah ditinggalkan dengan cara melihat, noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara menahan telah ditinggalkan dengan cara menahan, noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara menggunakan dengan tepat telah ditinggalkan dengan cara mnggunakan dengan tepat, noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara menghindari telah ditinggalkan dengan cara menghindari, noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara menghapuskan telah ditinggalkan dengan cara menghapuskan dan noda batin seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara mengembangkan telah ditinggalkan dengan cara menghapuskan, dia akan disebut sebagai seorang bhikkhu yang dapat menghentikan semua noda batin. Dia menghentikan keinginan (tanha), melepaskan belenggu (samyojana) dan menembus kesombongan diri (mana), telah mencapai akhir dari duka."

Demikianlah yang dikatakan oleh Bhagava. Para Bhikkhu merasa puas dan gembira dengan kata- kata Bhagava.

Sutta Pitaka, Majjhima Nikaya, Mula Pannasa, Mulapariyaya Vagga, Sabbasava Sutta (MN 2)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close