-->

Friday 18 December 2015

ANI SUTTA

ANI SUTTA


Di Savatthi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau orang- orang Dasaraha memiliki sebuah tambur besar yang bernama ‘Pemanggil’. Ketika ‘Pemanggil’ pecah, orang- orang Dasaraha menyisipkan pasak tambahan, sampai akhirnya tiba waktunya badan kayu asli tambur menjadi hilang dan hanya sejumlah pasak tersisa.”

“Demikian pula, para bhikkhu, hal yang sama akan terjadi dengan para bhikkhu di masa depan. Ketika khotbah- khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathagata, mendalam, yang dalam maknanya, transenden, menjelaskan kekosongan, sedang dibacakan, mereka tidak bersemangat mendengarnya, tidak bersungguh- sungguh mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya dan mereka tidak berpikir bahwa ajaran- ajaran itu patut dipelajari dan dikuasai.”


Tetapi ketika khotbah- khotbah itu yang lebih puitis yang digubah, dengan kata- kata dan kalimat indah dibacakan dan didengar, dikerjakan oleh pihak luar, dibabarkan oleh siswa-siswa mereka, sedang dibacakan, mereka akan bersemangat mendengarnya, akan bersungguh- sungguh mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya, dan mereka berpikir bahwa ajaran- ajaran itu patut dipelajari dan dikuasai.”

Demikianlah para bhikkhu, khotbah- khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathagata, mendalam, dalam maknanya, transenden, menjelaskan kekosongan, akan lenyap.

“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian sepatutnya berlatih sebagai berikut,

‘Ketika khotbah- khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathagata, mendalam, yang dalam maknanya, transenden, menjelaskan kekosongan, sedang dibacakan, maka kami akan bersemangat mendengarnya, akan bersungguh- sungguh mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya, dan mereka berpikir bahwa ajaran- ajaran itu patut dipelajari dan dikuasai.’

Demikianlah kalian harus berlatih.”

Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya, Nidana Vagga, Opamma Samyutta, Pathama Vagga, Ani Sutta (SN 20. 7)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close