-->

Friday 18 December 2015

MAGGA VIBHANGA SUTTA

MAGGA VIBHANGA SUTTA



Di Sāvatthī. Bhagavā berkata,“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan dan Aku akan menelaahnya untuk kalian. Dengarkan dan perhatikanlah, Aku akan menjelaskan.”

“Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu itu menjawab.

Bhagavā berkata sebagai berikut, “Dan apakah, para bhikkhu, Jalan Mulia Berunsur Delapan? Pandangan Benar, Perniatan Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Kesadaran Benar, Konsentrasi Benar.”


“Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar? Pandangan dengan pengetahuan atas duka, pengetahuan atas asal mula duka, pengetahuan atas lenyapnya duka, pengetahuan atas jalan menuju lenyapnya duka. Inilah, para bhikkhu, yang disebut pandangan benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, perniatan benar? Perniatan untuk melepaskan kesenangan duniawi terlepas dari kemelekatan, perniatan untuk tidak memiliki niat jahat, perniatan untuk tidak kejam. Inilah, para bhikkhu, yang disebut perniatan benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar? Tidak berkata ucapan tidak benar, tidak berkata ucapan memfitnah, tidak berkata ucapan kasar, tidak berkata omong kosong. Inilah, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Tidak melakukan pembunuhan, tidak mengambil apa yang tidak diberikan, tidak melakukan perbuatan asusila. Inilah, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Seorang siswa mulia, setelah meninggalkan cara penghidupan yang tidak jujur, tidak benar, mencari penghidupan dengan cara penghidupan yang benar. Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membangkitkan kehendak, kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya untuk mencegah munculnya kondisi- kondisi tidak bermanfaat yang belum muncul. Ia membangkitkan kehendak, kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya untuk melenyapkan kondisi- kondisi tidak bermanfaat yang telah muncul. Ia membangkitkan kehendak, kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya untuk memunculkan kondisi- kondisi bermanfaat yang belum muncul. Ia membangkitkan kehendak, kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya untuk mempertahankan, mengembangkan, meningkatkan kondisi- kondisi bermanfaat yang telah muncul. Inilah, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, kesadaran benar? O, para bhikkhu, seorang bhikkhu memperhatikan jasmani ke dalam dan keluar, tekun, memahami dengan jelas, penuh perhatian, melenyapkan keserakahan dan duka belenggu keduniawian. Ia memperhatikan perasaan ke dalam dan keluar, tekun, memahami dengan jelas, penuh perhatian, melenyapkan keserakahan dan duka belenggu keduniawian. Ia memperhatikan pikiran ke dalam dan keluar, tekun, memahami dengan jelas, penuh perhatian, melenyapkan keserakahan dan duka belenggu keduniawian. Ia memperhatikan fenomena ke dalam dan keluar, tekun, memahami dengan jelas, penuh perhatian, melenyapkan keserakahan dan duka belenggu keduniawian. Inilah, para bhikkhu, yang disebut kesadaran benar.”

“Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? Di sini, para bhikkhu, dengan melepas dari kenikmatan indria, melepas dari kondisi- kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan pikiran terarah dan penilaian, dengan kegiuran dan kebahagiaan yang timbul dari pelepasan. Dengan meredanya pikiran terarah dan penilaian, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keteguhan dan keterpusatan pikiran, yang tanpa pikiran terarah dan penilaian, dan memiliki kegiuran dan kebahagiaan yang timbul dari konsentrasi. Dengan meluruhnya kegiuran, ia berdiam dalam keseimbangan dan penuh perhatian dan pemahaman jernih, ia mengalami kebahagiaan dalam jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga yang dikatakan oleh para mulia, ‘Ia seimbang, penuh perhatian, seorang yang berdiam dalam kebahagiaan.’ Dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan meluruhnya kegiuran dan duka sebelumnya, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan dan termasuk pemurnian perhatian oleh keseimbangan. “Inilah, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar.”

Ini yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para bhikkhu berbahagia pada kata- kataNya.

Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya, Maha Vagga, Magga Samyutta, Avijja Vagga, Magga Vibhanga Sutta (SN 45. 8)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close