-->

Tuesday 8 December 2015

KUTADANTA SUTTA

KUTADANTA SUTTA


Pada suatu ketika Sang Bhagava serta sekelompok besar bhikkhu sangha, sebanyak lima ratus bhikkhu, sedang mengadakan perjalanan melalui kerajaan Magadha dan tiba di desa Brahmana bernama Khanumata. Dan di sana beliau menginap di taman Ambalatthika.
Pada saat itu Brahmana Kutadanta tinggal di Khanumata, tempat yang ramai, banyak padang rumput, kayu, air, dan jagung, daerah yang dianugerahkan oleh Raja Seniya Bimbisara dari Magadha kepadanya dan lengkap dengan kekuasaan kerajaan atas daerah itu.
Dan Kutadanta merencanakan upacara pengorbanan besar dengan disiapkannya tujuh ratus ekor sapi, tujuh ratus ekor kerbau, tujuh ratus ekor anak sapi, tujuh ratus ekor kambing jantan, dan tujuh ratus ekor domba yang semuanya diikat di tiang pengorbanan.

Sementara itu, para brahmana dan perumah tangga dari Khanumata mendengar berita tentang kedatangan Buddha Gotama dan lima ratus bhikkhu, maka mereka dalam jumlah yang besar berduyun- duyun pergi ke Ambalatthika.


Pada saat itu, Brahmana Kutadanta baru saja naik ke teras atas rumahnya untuk istirahat siang, ia melihat para brahmana dan perumah tangga yang berjalan menuju Ambalatthika, ia bertanya kepada pelayannya tentang alasan mereka menuju Ambalatthika. Pelayannya menerangkan kedatangan Buddha Gotama dan Sang Bhagava adalah seorang Arahat Sammasambuddha, sehingga mereka pergi menemuinya.

Kemudian Kutadanta berpikir: “saya telah mendengar bahwa Petapa Gotama memahami pelaksanaan yang baik mengenai upacara pengorbanan tiga tingkat dengan enam belas persyaratannya.” saya tidak memahami seluruhnya, namun saya akan melaksanakan upacara pengorbanan besar. Nampaknya baik bagi saya bila saya menemui dan menanyakan hal ini kepada Petapa Gotama. Maka ia mengutus pelayannya untuk menemui para brahmana dan penduduk Khanumata untuk menunggunya karena ia pun mau menemui Sang Bhagava.

Ketika itu pula, ada banyak brahmana yang berada di Khanumata untuk mengambil bagian dalam upacara pengorbanan besar itu. Pada saat mereka mendengar berita ini, mereka menemui Kutadanta dan membujuknya, dengan alasan seperti yang telah mereka ajukan kepada Sonadanda, agar ia jangan pergi. Namun Kutadanta menjawab seperti apa yang dikatakan oleh Sonadanda kepada mereka dan brahmana atau petapa manapun yang datang ke wilayah mereka adalah tamu mereka. Mereka menjadi puas dan pergi bersama Kutadanta menemui Sang Bhagava. Ia mendekati Sang Bhagava, saling bertukar sapa dengan Beliau, dan duduk di satu sisi. Beberapa Brahmana dan perumah tangga Khanumata bersujud kepada Sang Bhagavà, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangannya, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk di satu sisi dan berdiam diri.

Setelah Brahmana Kutadanta duduk, ia mengatakan apa yang telah ia dengar bahwa Sang Bhagava memahami pelaksanaan yang baik mengenai upacara pengorbanan tiga tingkat dengan enam belas persyaratannya dan memohon Beliau menerangkan tentang pelaksanaan yang baik mengenai upacara pengorbanan tiga tingkat dengan enam belas persyaratannya.
“Brahmana yang baik, dengar dan perhatikanlah apa yang akan Saya katakan.”
“Baik, Yang Mulia,” jawab Brahmana Kutadanta.
“Dahulu kala ada seorang raja bernama Mahavijita yang memiliki harta dan kekayaan yang besar sekali, memiliki gudang- gudang emas dan perak serta hal- hal yang menyenangkan, barang- barang serta panen yang baik, lumbung dan penyimpanan harta yang penuh. Pada suatu hari ia sedang bersenang- senang sendiri, merenung dan berpikir,
“Saya memiliki banyak kekayaan yang dapat dinikmati oleh manusia. Tanah yang sangat luas menjadi milikku karena saya taklukkan. Suatu hal yang baik jika saya melakukan upacara pengorbanan yang besar untuk memberikan manfaat dan kebahagiaan saya untuk waktu yang lama.” Raja memanggil brahmana kerajaannya dan mengatakan apa yang telah dipikirkannya dengan berkata, “Saya akan senang sekali melakukan upacara pengorbanan yang besar guna memberikan manfaat dan kebahagiaan saya untuk waktu yang lama. Katakan padaku bagaimana caranya?”
Brahmana menjawab, “Kerajaan sedang dalam kekacauan. Ada perampok yang merajalela di desa- desa dan kota- kota dan mengakibatkan jalan- jalan tidak aman. Bilamana hal itu masih seperti itu, lalu raja akan menarik pajak, maka raja akan bertindak salah. Namun bilamana raja berpendapat, ‘saya akan segera menghentikan perampok- perampok itu dengan cara penangkapan, mendenda, memenjarakan dan menghukum mati.’ Tetapi kejahatan itu tidak akan lenyap dengan seperti itu. Karena penjahat yang tak tertangkap dan yang selamat akan tetap melakukan kejahatan.
Ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk melenyapkan kekacauan ini. Kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai peternak dan petani, raja membagikan makanan ternak dan benih kepada mereka. Kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai pedagang, raja berikan modal kepada mereka. Kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai pegawai negara, raja berikan upah yang sesuai dan makanan kepada mereka. Maka orang- orang itu melaksanakan pekerjaan mereka masing- masing dengan tekun sehingga tidak membuat kekacauan, maka pendapatan negara akan meningkat, kerajaan akan aman dan damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka akan bermain dengan anak- anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.
Raja Mahavijita menerima dan melaksanakan seperti apa yang disampaikan oleh brahmana penasehat kepadanya. Dan dengan mengatakan, ‘jadilah demikianlah!’, Raja menerima nasehat brahmana itu dan kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai peternak dan petani, ia membagikan makanan ternak dan benih kepada mereka. Kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai pedagang, ia berikan modal kepada mereka. Kepada mereka di dalam kerajaan yang bermata pencaharian sebagai pegawai negara, ia berikan upah yang sesuai dan makanan kepada mereka. Maka orang- orang itu melaksanakan pekerjaan mereka masing- masing dengan tekun sehingga tidak membuat kekacauan, akibatnya pendapatan negara akan meningkat, kerajaan akan aman dan damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka akan bermain dengan anak- anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.”

“Kemudian raja memanggil penasehat dengan berkata: “Kerajaan telah aman dan damai. Saya ingin melaksanakan upacara pengorbanan yang besar guna memberikan manfaat dan kebahagiaan kepadaku untuk waktu yang lama. Bagaimana cara melakukannya dengan baik?”
“Untuk hal ini, raja patut mengirimkan undangan kepada para khatiyya di kota- kota atau desa-desa di dalam kerajaan ini, para menteri, penasehat, para brahmana yang berpengaruh dan para perumah tangga kaya di kota maupun di desa di kerajaan ini, dengan mengatakan: ‘Saya akan melaksanakan upacara pengorbanan yang besar. Saya harap anda sekalian menjadi saksi, membantu saya agar hal ini memberikan manfaat dan kebahagiaan kepadaku untuk waktu yang lama’.”
“Brahmana, Raja Mahavijita menerima anjuran brahmana penasehat itu dan ia melakukannya sesaui nasehat. Maka mereka masing- masing para hatiyya, menteri, brahmana dan perumah tangga memberikan jawaban yang sama: ‘Semoga maha raja melaksanakan upacara pengorbanan. Raja, waktunya telah tepat’.”
Begitulah, empat kelompok penerima ini menjadi pelengkap dalami pelaksanaan upacara serta ikut bagian dalam upacara tersebut.”

“Raja Mahavijita memiliki delapan hal.
Ia terlahir mulia dari ayah dan ibu yang memiliki garis keturunan yang baik dari tujuh generasi, tanpa cela untuk kelahirannya.
Ia rupawan, berpenampilan yang menyenangkan, dipercayai, tubuhnya yang bagus, berwarna cerah, berperawakan yang baik dan tegap.
Ia maha besar, memiliki harta kekayaan yang besar, gudang emas dan perak serta hal- hal yang menyenangkan, barang- barang dan panen yang baik, lumbung dan penyimpanan harta yang penuh.
Ia sangat berkuasa dan kuat, memiliki empat pasukan yang setia dan disiplin, terdiri dari empat jenis yaitu: pasukan gajah, kuda, kereta dan pemanah, dapat diandalkan, meningkatkan keperkasaannya yang mengalahkan musuh- musuhnya.
Ia adalah seorang pemberi dan tuan rumah yang bertanggung jawab, menyokong para petapa, Brahmana dan pengembara, para pengemis dan mereka yang membutuhkan, sebuah mata air kebajikan.
Ia sangat terpelajar untuk berbagai macam pengetahuan yang patut untuk dipelajari.
Ia memahami makna dari apa pun yang telah dikatakan dengan menerangkan: ‘Ini adalah apa yang dimaksudkan.’
Ia pintar, ahli, bijaksana dan patut untuk menikmati manfaat- manfaat di masa yang sekarang, yang lampau atau yang akan datang.
Inilah delapan hal yang dimilikinya, yang juga menjadi perlengkapan untuk upacara pengorbanan.”

“Brahmana penasehatnya memiliki empat hal.
Ia terlahir mulia dari ayah dan ibu yang memiliki garis keturunan yang baik dari tujuh generasi, tanpa cela untuk kelahirannya.
Ia terpelajar yang telah ahli dalam mantra- mantra, menguasai tiga veda dengan semua aspek, ritual, ilmu suara, tafsiran, legenda, terpelajar dalam idiom dan berbahasa, menguasai pengetahuan alam (lokayata) dan tiga puluh dua tanda tubuh orang besar (maha purisa).
Ia berbudi, bermoral dan memiliki sila yang berkembang dengan baik.
Ia pintar, ahli dan bijaksana, merupakan orang yang pertama atau kedua dari orang yang berkuasa.
Inilah empat hal yang dimilikinya, yang juga menjadi perlengkapan untuk upacara pengorbanan.”

“Namun sebelum upacara pengorbanan dimulai, brahmana penasehat menerangkan tiga syarat kepada raja, ‘Bilamana, sebelum upacara mulai, raja menyesal akan upacara pengorbanan ini, ‘Betapa besar kekayaan yang aku akan habiskan dalam upacara ini’, tidak bolehlah raja berpikiran seperti ini. Bilamana selama melaksanakan upacara, raja menyesal akan upacara pengorbanan ini, ‘Betapa besar kekayaan yang aku akan habiskan dalam upacara ini’, maka tidak bolehlah raja berpikiran seperti itu. Bilamana upacara pengorbanan telah selesai, raja menyesal akan upacara pengorbanan ini, ‘Betapa besar kekayaan yang telah saya habiskan’, tidak bolehlah raja berpikiran seperti itu.’
Demikianlah brahmana penasehat menerangkan tiga syarat kepada raja.”

“Brahmana, selanjutnya sebelum upacara mulai, Brahmana melenyapkan kecemasan Sang Raja dalam sepuluh kondisi untuk si penerima: “Yang Mulia, akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang melakukan pembunuhan dan mereka yang menghindari pembunuhan. Kepada mereka yang melakukan pembunuhan, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang menghindari pembunuhan akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang mengambil apa yang tidak diberikan dan mereka yang menghindari mengambil apa yang tidak diberikan. Kepada mereka yang mengambil apa yang tidak diberikan, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang menghindari mengambil apa yang tidak diberikan akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang menikmati hubungan pemuasan nafsu yang salah dan mereka yang menghindari hubungan pemuasan nafsu yang salah. Kepada mereka yang menikmati hubungan pemuasan nafsu yang salah, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang menghindari hubungan pemuasan nafsu yang salah akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang mengucapkan kebohongan dan mereka yang menghindari mengucapkan kebohongan. Kepada mereka yang mengucapkan kebohongan, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang menghindari mengucapkan kebohongan akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mengucapkan kata- kata fitnah, kasar dan kata yang tidak berguna dan mereka yang tidak mengucapkan kata- kata fitnah, kasar dan kata yang tidak berguna. Kepada mereka yang mengucapkan kata- kata fitnah, kasar dan kata yang tidak berguna, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang menghindari mengucapkan kata- kata fitnah, kasar dan kata yang tidak berguna akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang serakah dan yang tidak serakah. Kepada mereka yang serakah, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang tidak serakah akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang menyimpan rasa benci dan yang tidak menyimpan rasa benci. Kepada mereka yang menyimpan rasa benci, biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang tidak menyimpan rasa benci akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang. Akan tiba dalam upacara pengorbanan ini, mereka yang berpandangan salah dan yang berpandangan benar. Kepada mereka yang berpandangan salah, maka biarkanlah mereka, tetapi kepada mereka yang berpandangan benar akan mendapatkan pengorbanan yang berhasil dan akan bergembira dalam pengorbanan ini, dan hati mereka akan tenang.” Demikianlah sang Brahmana melenyapkan keraguan Raja dalam sepuluh kondisi.”

“Brahmana, demikianlah brahmana penasehat mengarahkan raja yang menyelenggarakan upacara pengorbanan besar, membangkitkan dan menyenangkan serta menggembirakan hatinya enam belas alasan, Bilamana ada orang yang membicarakan tentang raja, selagi raja melakukan upacara, ‘Raja Mahavijita melaksanakan upacara korban tanpa mengundang empat kelompok masyarakat (khattiya, penasehat, brahmana berpengaruh, perumah tangga kaya) dari rakyatnya, raja sendiri tak memiliki delapan hal, juga tanpa bantuan dari brahmana penasehat yang memiliki empat hal, tetapi kata- kata tersebut tidak sesuai dengan yang sebenarnya, karena raja telah mendapat mengundang empat kelas masyarakat, raja memiliki delapan hal dan brahmana penasehatnya memiliki empat hal. Sehubungan dengan setiap kondisi dari enam belas hal, semoga raja yakin bahwa semua hal itu telah terpenuhi. Ia dapat melaksanakan upacara, gembira dan damai.’ Demikianlah sang Brahmana mengarahkan Sang raja dalam enam belas alasan.”

“Brahmana, dalam pelaksanaan upacara pengorbanan ini tidak ada sapi atau kerbau, kambing atau domba, unggas, babi yang dibunuh atau tidak ada makhluk hidup mana pun yang dibunuh. Tidak ada pohon yang ditebang untuk dijadikan tiang pengorbanan, tidak ada rumput ‘Dabba’ yang disabit dan diletakkan di sekeliling tiang pengorbanan. Para pelayan atau pekerja yang tidak bekerja, tidak ada yang diancam dengan cambuk atau tongkat, sehingga mereka tidak menangis ataupun bersedih. Tetapi mereka yang ingin membantu akan melakukannya dan mereka yang tidak ingin membantu tidak melakukannya, mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Upacara pengorbanan dilaksanakan dengan menggunakan ghee, minyak, mentega, susu, madu dan gula sirup.”

“Brahmana, kemudian para khattiya, para menteri dan penasehat, para brahmana berpengaruh, para perumah tangga dari kota dan desa, setelah menerima cukup penhasilan dengan membawa banyak harta mereka, menemui Raja Mahavijita, dan berkata: “Raja, kami membawa cukup banyak harta kekayaan, kami bawa kemari untuk raja. Semoga raja menerimanya.” “Tetapi, saudara- saudara, saya telah mengumpulkan cukup banyak harta kekayaan. Bawa kembali milikmu itu dan apapun yang tersisa boleh kalian ambil secukupnya.”
Setelah raja menolak menerima, mereka pergi ke satu sisi dan berdiskusi: “Tidaklah pantas bagi kita untuk membawa pulang harta ini ke rumah kita. Raja Mahavijita sedang menyelenggarakan upacara pengorbanan besar. Sebaiknya kita mengikuti teladannya.”

“Kemudian para khattiya meletakkan persembahan mereka di sebelah timur dari ceruk upacara, para penasihat meletakkan di sebelah selatan, para Brahmana meletakkan di sebelah barat dan para perumah tangga kaya meletakkan di sebelah utara. Dalam upacara pengorbanan ini, ini tidak ada sapi atau kerbau, kambing atau domba, unggas, babi yang dibunuh atau tidak ada makhluk hidup mana pun yang dibunuh. Tidak ada pohon yang ditebang untuk dijadikan tiang pengorbanan, tidak ada rumput ‘Dabba’ yang disabit dan diletakkan di sekeliling tiang pengorbanan. Para pelayan atau pekerja yang tidak bekerja, tidak ada yang diancam dengan cambuk atau tongkat, sehingga mereka tidak menangis ataupun bersedih. Tetapi mereka yang ingin membantu akan melakukannya dan mereka yang tidak ingin membantu tidak melakukannya, mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Upacara pengorbanan dilaksanakan dengan menggunakan ghee, minyak, mentega, susu, madu dan gula sirup.
Demikianlah, ada empat kelompok masyarakat, Raja Mahavijita memiliki delapan hal dan brahmana penasehatnya memiliki empat hal. Ada tiga tingkat melaksanakan upacara korban. Ini yang disebut pelaksanaan upacara pengorbanan besar yang berhasil dalam tiga tingkat dan enam belas persyaratan.”

Setelah mendengar kata- kata Sang Bhagava, para brahmana membuat suara riuh dan berkata: “Sungguh agung upacara itu, sungguh suci pelaksanaan upacaranya!” Tetapi Brahmana Kutadanta hanya duduk diam saja.
Lalu para brahmana itu bertanya kepada Kutadanta: “Mengapa anda tidak bergembira dengan uraian yang baik dari Petapa Gotama?”
“Saya bukan tidak gembira mendengarnya, karena siapapun tidak menyetujui apa yang telah diterangkan dengan baik oleh Petapa Gotama, maka kepalanya akan pecah menjadi tujuh keping. Saya sedang memikirkan bahwa Petapa Gotama tidak berkata, “Demikian yang Saya dengar”, atau “Demikian itu terlihat”, tetapi berkata “Begitulah hal itu,” atau “Itu demikian pada waktu itu”. Jadi, saya merasa kemungkinan, “Sesungguhnya Petapa Gotama sendiri pada waktu itu adalah Raja Mahavijita atau Brahmana Penasehat raja. Apakah Petapa Gotama mengakui bahwa beliau yang melaksanakan upacara korban atau menyebabkan upacara itu dilaksanakan, dan oleh karenanya, setelah hancurnya jasmani beliau terlahir di alam yang baik, alam surgawi?”
“Brahmana, saya mengakuinya. Pada waktu itu saya adalah brahmana penasehat pada upacara pengorbanan.”
“Dan Petapa Gotama, apakah ada upacara pengorbanan yang lain yang lebih sederhana, yang lebih mudah, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada upacara pengorbanan besar yang berhasil dalam tiga tingkat dan enam belas persyaratan?”
“Ya ada, brahmana.”
“Apakah itu, Petapa Gotama?”
“Di mana pun pemberian dana yang diberikan secara tetap kepada para petapa yang memiliki sila yang baik, ini merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada upacara pengorbanan besar yang berhasil dalam tiga tingkat dan enam belas persyaratan.”

“Petapa Gotama, Mengapa pemberian dana yang diberikan secara tetap kepada para petapa yang memiliki sila yang baik, ini merupakan pengorbanan yang lebih sederhana, yang lebih mudah, namun lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada upacara pengorbanan besar yang berhasil dalam tiga tingkat dan enam belas persyaratan.”
Brahmana, karena tidak ada Arahat atau mereka yang telah mencapai Jalan Arahat akan menerima upacara pengorbanan ini. Mengapa demikian? Sebab pada upacara pengorbanan terjadi pemukulan dan penangkapan di leher, pembunuhan, maka mereka tidak menerima. Namun para arahat akan menerima pemberian dana yang diberikan secara tetap kepada para petapa yang memiliki sila yang baik, karena di situ tidak ada pemukulan atau penangkapan, pembunuhan. Itulah sebabnya, pemberian dana yang diberikan secara tetap kepada para petapa yang memiliki sila yang baik, ini merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada upacara pengorbanan besar yang berhasil dalam tiga tingkat dan enam belas persyaratan.”

“Petapa Gotama, apakah ada upacara pengorbanan yang lain yang lebih sederhana, yang lebih mudah, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada kedua cara yang sebelumnya?”
“Ya ada, brahmana.”
“Apakah itu, Petapa Gotama?”
“Brahmana, mereka yang menyediakan tempat tinggal bagi Sangha yang datang dari empat penjuru, itu merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada kedua cara yang sebelumnya.”

“Petapa Gotama, apakah ada upacara pengorbanan yang lain yang lebih sederhana, yang lebih mudah, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada ketiga cara yang sebelumnya?”
“Ya ada, brahmana.”
“Apakah itu, Petapa Gotama?”
“Brahmana, mereka yang dengan hati yang tulus dan yakin berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, itu merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada ketiga cara yang sebelumnya.”

“Tetapi Petapa Gotama, apakah ada upacara pengorbanan yang lain yang lebih sederhana, yang lebih mudah, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada keempat cara ini?”
“Ya ada, brahmana.”
“Apakah itu, Petapa Gotama?”
“Brahmana, mereka yang dengan hati yang tulus dan yakin melaksanakan sila (latihan moral), menghindari membunuh makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari hubungan pemuasan nafsu yang salah, menghindari kebohongan, dan menghindari meminum minuman keras dan obat- obatan yang mengakibatkan lemahnya kesadaran, ini merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada empat cara itu.”

“Tetapi Petapa Gotama, apakah ada upacara pengorbanan yang lain yang lebih sederhana, yang lebih mudah, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada lima cara ini?”
“Ya ada, brahmana.”
“Apakah itu, Petapa Gotama?”
“Brahmana, seorang Tathàgata telah muncul di dunia ini, seorang Arahat, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuanNya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, màra dan Brahma, para raja dan manusia. Beliau membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas. Demikianlah seorang bhikkhu sempurna dalam moralitas. Ia menjaga pintu- pintu indrianya dan mencapai empat jhàna. Brahmana, ini merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada cara- cara lain.
Ia mencapai berbagai pandangan terang, ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan dan lenyapnya kekotoran- kekotoran, dan ia mengetahui, ‘tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.’ Brahmana, ini merupakan pengorbanan yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada semua cara yang lain. Dan lebih dari ini, tidak ada lagi pengorbanan yang lebih mulia dan lebih sempurna.”

Setelah Sang Bhagava berkata demikian, Brahmana Kutadanta berkata kepada Sang Bhagava, “Petapa Gotama, sungguh indah, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir balik, atau menyingkap apa yang tadinya tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat atau membawa lampu di dalam kegelapan sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat objek- objek yang terlihat, demikian pula Dhamma telah dijelaskan oleh Petapa Gotama dengan berbagai cara kepada saya. Saya menyatakan bahwa saya pergi kepada Sang Bhagava (Yang Terberkahi) untuk perlindungan, kepada Dhamma untuk perlindungan, dan kepada Sangha Bhikkhu untuk perlindungan. Semoga Petapa Gotama berkenan menerima saya sebagai upasaka, yang telah pergi untuk perlindungan sepanjang hidup, mulai hari ini sampai seumur hidup kami. Petapa Gotama, saya membebaskan tujuh ratus sapi, tujuh ratus kerbau, tujuh ratus anak sapi, tujuh ratus kambing jantan, dan tujuh ratus domba.. Saya menyelamatkan hidup mereka. Mereka dapat memakan rumput hijau, meminum air sejuk dan biarlah mereka bermain di angin sejuk yang meliputi mereka.”

Kemudian secara bertingkat Sang Bhagava membabarkan kepada Kutadanta tentang dana, perbuatan baik, alam surgawi, bahaya dari pemuasan nafsu dan manfaat hidup meninggalkan kehidupan duniawi. Ketika Sang Bhagava mengetahui bahwa Brahmana Kutadanta telah siap, lembut, tidak berprasangka buruk, terbebas dari rintangan, waspada, gembira, dan tenang, maka dibabarkannya Dhamma yang ditemukannya yaitu tentang dukkha (penderitaan), asal mula dukkha, lenyapnya dukkha dan Jalan untuk melenyapkan dukkha.
Bagaikan sehelai kain bersih, yang nodanya telah dihilangkan, siap untuk diwarnai dengan sempurna, demikian pula Brahmana Kutadanta, ketika duduk di sana, muncul Mata Dhamma (Mata Kebenaran) yang murni bersih tanpa noda dan ia mengetahui bahwa ‘Segala sesuatu yang memiliki sebab, pasti akan lenyap’.

Kemudian Brahmana Kutadanta setelah melihat, mencapai, mengerti, menembus ke dalam Dhamma, yang telah melampaui keragu- raguan dan melenyapkan kegelisahan dan memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, yang tidak tergantung lagi pada yang lainnya karena pengetahuannya pada Ajaran Sang Guru, berkata kepada Sang Bhagava, “Semoga Petapa Gotama bersama bhikkhu sangha menerima makanan dari saya pada esok hari.”
Sang Bhagava menerima undangan itu dengan bersikap diam. Brahmana Kutadanta setelah mengetahui penerimaan Sang Bhagava, bangkit dari duduk, memberi hormat dan berjalan dengan sisi kanannya menghadap Sang Bhagavà dan pergi. Setelah menjelang pagi ia mempersiapkan makanan manis, keras dan lembut pada tempat upacara pengorbanan, dan ketika persiapan selesai ia memberitahukan kepada Sang Bhagava, ‘Telah tiba waktunya, makanan telah siap’.
Dan Sang Bhagava setelah mengenakan jubah, mengambil jubah luar (civara) dan mangkuk (patta), bersama dengan para bhikkhu pergi ke tempat upacara pengorbanan Brahmana Kutadanta, duduk di tempat yang telah disediakan. Brahmana Kutadanta dengan tangannya sendiri melayani Sang Bhagava dan para bhikkhu sangha, dengan makanan manis, keras dan lembut, hingga mereka menolak untuk menerimanya lagi. Setelah Sang Bhagava selesai makan, menarik tanganNya dari mangkuk (patta), Brahmana Kutadanta duduk di tempat duduk yang rendah di satu sisi di samping Beliau. Kemudian Sang Bhagava membabarkan uraian Dhamma kepada Brahmana Kutadanta, membangkitkannya, mendorong semangatnya dan menggembirakannya, kemudian Beliau bangkit dari dudukNya dan pergi.

Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Silakhanda Vagga, Kutadanta Sutta (DN 5)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close