-->

Wednesday 9 December 2015

ABHIJAMANAPETA VATTHU

ABHIJAMANAPETA VATTHU


Buddha Gotama yang sedang berdiam di hutan Bambu mengisahkan cerita sehubungan dengan peta yang dulunya seorang pemburu.

Dikatakan bahwa di seberang sungai Gangga di sebelah barat, Benares menuju desa Vasabha, ada seorang pemburu di desa itu yang bernama Cundatthila. Dia biasa membantai rusa di hutan, memakan dagingnya yang paling lezat yang telah dimasaknya di atas bara api. Kemudian sisanya dibungkus dan dimasukkannya ke keranjang dari daun, lalu dibawanya dengan galah ke desa.

Ketika anak-anak lelaki melihatnya di gerbang desa, mereka berlari kepadanya dengan tangan terulur sambil berkata, 'Beri saya daging! Beri saya daging!' Setiap kali, mereka diberinya sedikit daging.


Namun suatu hari dia tidak memperoleh daging apa pun.Dengan berhiaskan bunga-bunga uddala dan bunga di tangannya, dia pergi ke desa. Ketika anak-anak lelaki melihatnya di gerbang desa, mereka berlari kepadanya dengan tangan terulur sambil berkata, 'Beri saya daging! Beri saya daging!' Kepada mereka masing-masing dia memberikannya setangkai bunga.

Pada saatnya dia pun mati dan muncul di antara para peta dalam keadaan telanjang, cacat, dan mengerikan untuk dipandang. Tidak mengenal makanan atau minuman, bahkan tidak juga di dalam mimpinya, dan dengan rangkaian-rangkaian bunga uddala yang terikat di kepalanya, dia pun berjalan ke hulu sungai Gangga tanpa menyibak air, sambil berpikir, 'Aku akan memperoleh sesuatu di hadapan sanak saudaraku di Cundatthila.'

Pada saat itu, menteri utama raja Bimbisara yang bernama Koliya, sedang di dalam perjalanan pulang setelah mengatasi kekacauan di perbatasan. Setelah mengatur pasukan gajah dan kuda dan sebagainya untuk berjalan lewat darat, dia sendiri pulang dengan menggunakan perahu menuju hilir sungai Gangga ketika dia melihat peta itu mendekat dengan cara itu. Koliya mengucapkan syair ini untuk bertanya: 'Engkau bergerak di sini tanpa menyibak air Gangga; engkau telanjang tetapi separuh bagian depanmu tidak seperti peta, berhias, memakai rangkaian-rangkaian bunga. Kemanakah engkau pergi, peta, dan engkau akan berdiam di mana?'

“Saya akan pergi ke Cundatthila," kata peta itu, "di antara desa Vasabha, di dekat Benares ."

Dan ketika melihat peta itu, sang menteri utama, Koliya yang terkenal, memberi peta tersebut makanan biji-bijian dan makanan dan seperangkat pakaian kuning. Ketika perahunya berhenti, peta itu menyuruh benda-benda itu diberikan kepada tukang cukur, ketika benda-benda itu diberikan kepada tukang cukur, benda-benda itu pun segera terlihat pada tubuh peta itu.

Setelah itu dia menjadi mengenakan pakaian yang indah, berhias, memakai rangkaian-rangkaian bunga, berdiri dengan posisi itu, dana tersebut bermanfaat bagi peta tersebut- oleh karenanya seseorang seharusnya memberikan dana karena belas kasihan bagi para peta berkali-kali.'

Kini, menteri utama Koliya, yang merasakan belas kasihan bagi peta itu, mengadakan suatu bentuk pemberian dana makanan dan kemudian pergi ke hilir sungai dan sampai ke Benares saat matahari terbit.

Sang Buddha, yang telah datang melalui udara demi untuk membantu mereka, sedang berdiri di tepi sungai Gangga.

Menteri utama Koliya turun dari perahu dan dengan amat bersuka-cita mengundang Sang Buddha dengan mengatakan, 'Semoga Yang Mulia karena belas kasihan menerima undangan saya, Yang Mulia, untuk makanan hari ini'.

Sang Buddha setuju dengan cara berdiam diri. Setelah mengetahui bahwa Sang Buddha menerimanya, dia segera mendirikan satu paviliun yang besar dari cabang-cabang pohon yang dihias bagian atasnya dan empat sisinya dengan berbagai kain yang dihiasi dan diberi warna-warni. Kemudian dia menawarkan kepada Sang Buddha tempat duduk yang telah disiapkan di sana.

Sang Buddha pun duduk di kursi yang telah disediakan. Kemudian menteri utama itu mendekati Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan wewangian, bunga-bunga, dan sebagainya, menghormat Beliau, dan duduk di satu sisi.

Dia melaporkan kepada Sang Buddha apa yang telah dia katakan serta jawaban dari peta itu seperti yang disebutkan di atas.

Sang Buddha memutuskan, 'Biarlah sangha bhikkhu datang ke sini!

Begitu Beliau memutuskan hal ini, sangha para bhikkhu yang didorong oleh keagungan Sang Buddha, mengelilingi Raja Dhamma tersebut bagaikan kelompok angsa emas mengelilingi Dhatarattha, raja dari angsa emas.

Orang-orang pun langsung berkumpul, sambil berpikir, 'Akan ada Ajaran besar tentang Dhamma.' Ketika melihat hal ini, menteri utama dengan bakti di hatinya, memuaskan sangha para bhikkhu dengan Sang Buddha di ujung meja dengan minuman dan makanan, baik yang keras maupun lunak. Setelah selesai makan, Sang Buddha karena belas kasihan pada orang-orang itu lalu memusatkan pikirannya pada buah pikir, 'Semoga mereka yang berdiam di lingkungan Benares berkumpul di sini!' Dan semua orang karena kekuatan supranormal Beliau pun berkumpul di sana.

Kemudian Sang Buddha membuat sejumlah besar peta mewujudkan diri sehingga orang-orang itu melihat para peta tersebut dengan mata mereka sendiri: beberapa peta memakai potongan-potongan kain compang-camping yang robek dan tercabik-cabik, beberapa menutupi bagian tubuh yang memalukan hanya dengan rambut mereka sendiri, sementara beberapa peta telanjang sejak saat mereka dilahirkan, dikuasai oleh rasa lapar dan rasa haus, dengan kulit yang berkerut dan tubuh yang semata-mata hanya tulang-belulang dan berkelana kian-kemari.

Sang Buddha kemudian menggunakan kekuatan-kekuatan supranormal Beliau sedemikian rupa sehingga mereka sernua berkumpul di tempat yang sama. Lalu Beliau menyatakan kepada orang-orang itu perbuatan-perbuatan jahat yang telah dilakukan oleh para peta.

Mereka yang mengulang teks mengatakan syair-syair ini untuk menjelaskan hal itu.

'Para peta, beberapa terbungkus potongan-potongan kain buruk, yang lain dibungkus rambut mereka sendiri, pergi mengembara mencari makanan, pergi ke segala arah.

Beberapa berlari jauh tetapi berbalik kembali tanpa memperoleh apa-apa, kelaparan, pingsan, terseok-seok clan tenggelam ke tanah.

Dan beberapa yang jatuh di sana , tenggelam ke tanah, tersiksa seolah-olah dibakar oleh api karena belum melakukan tindakan-tindakan yang baik apa pun di masa lampau berkata,

“Di masa lampau, kami adalah para istri perumah-tangga yang bersifat jahat dan ibu dari keluarga baik-baik, walaupun persembahan-persembahan jasa ada di depan mata, kami tidak membuat perlindungan bagi diri sendiri.

Walaupun ada makanan dan minuman yang melimpah ruah, begitu banyak sehingga makanan minuman itu dibuang, tetapi kami tidak memberikan apa-apa kepada mereka yang telah mencapai puncak, kepada mereka yang telah meninggalkan keduniawian.

Bernafsu untuk melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan, malas, bernafsu akan benda-benda manis dan rakus, kami merupakan para pemberi potongan dan gumpalan makanan serta melecehkan para penerima dana.

Rumah-rumah itu dan pelayan-pelayan itu serta hiasan-hiasan milik kami itu, semua ini sekarang dinikmati oleh orang-orang lain, sementara bagian kami adalah kesengsaraan."

Mereka akan menjadi pembuat keranjang yang dipandang hina dan menjadi pembuat kereta yang berakal busuk, mereka akan menjadi candalas yang hidup amat menderita dan pelayan-mandi berkali-kali.

Keluarga apa pun yang rendah dan hidup amat menderita, hanya di antara keluarga ini saja mereka akan terlahir, inilah yang merupakan tujuan dari orang-orang egois.

Sedangkan para pemberi yang tidak egois yang di masa lampau telah melakukan tindakan-tindakan yang bajik akan mengisi surga dan menerangi Nandana (Hutan di alam Tavatimsa di mana para dewa bersuka ria).

Setelah mereka menghibur diri di Istana Vejayanta (Istana Sakka yang terkenal di Hutan Nandana di alam Tavatimsa) dan puas dengan semua yang mereka inginkan, mereka akan terlahir di keluarga yang kaya, dan berkedudukan tinggi ketika mereka jatuh dari sana.

Di rumah yang memiliki pinakel dan di istana, di atas kursi yang ditebari bulu-bulu wol yang panjang, dengan tangan-kaki mereka yang dikipasi oleh mereka yang memegang kipas-kipas bulu merak, ke dalam keluarga semacam itulah mereka akan dilahirkan, yang mengenal segala kenyamanan kehidupan.

Mereka berpindah dari satu pangkuan ke pangkuan lain dengan berhias, mengenakan rangkaian-rangkaian bunga, para perawat melayani mereka pagi dan petang, berusaha untuk memberi mereka kenyamanan.

Nandana yang menawan, dan bebas kesulitan, hutan besar bagi dewa Tiga Puluh ini, hanya inilah yang diperuntukkan bagi mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan berjasa, bukan bagi mereka yang belum melakukan tindakan-tindakan berjasa.

Bagi mereka yang belum melakukan tindakan-tindakan berjasa, tidak ada kebahagiaan di alam sini maupun di alam selanjutnya, sedangkan bagi mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan berjasa, ada kebahagiaan di alam sini dan juga di alam selanjutnya.

Banyak perbuatan bajik yang harus dilakukan untuk orang-orang yang ingin berteman dengan mereka, karena orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan berjasa akan diperlengkapi dengan kepernilikan harta benda dan sukacita di surga.
Demikianlah para peta itu diberitahu tentang tempat tujuan dari tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan serta tempat tujuan dari tindakan- tindakan berjasa.

Kemudian Sang Buddha mengajarkan Dhamma secara terperinci, sesuai dengan sifat kecenderungan orang-orang yang berkumpul di sana , yang dikepalai oleh Koliya si penasihat khusus yang hatinya telah tergugah.

Di akhir Ajaran ini, pandangan terang ke dalam Dhamma pun muncul di dalam 84.000 makhluk.

Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya, Petavatthu, Culla Vagga, Abhijamanapeta Vatthu (Pv III. 1)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close