-->

Tuesday 8 December 2015

KEVADDHA SUTTA

KEVADDHA SUTTA


Demikianlah yang Ku dengar:

Suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Nālandā, di kebun mangga Pāvārika. Dan perumah tangga Kevaddha datang menemui Sang Bhagavā, bersujud di depan Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian ia berkata: ‘Bhagavā, Nālandā ini kaya, makmur, ramai, dan dipenuhi dengan orang yang berkeyakinan terhadap Bhagavā. Baik sekali jika Bhagavā mengutus beberapa bhikkhu untuk melakukan pertunjukan kesaktian dan keajaiban. Dengan demikian, Nālandā akan lebih berkeyakinan terhadap Bhagavā.’

Sang Bhagavā menjawab: ‘Kevaddha, itu bukanlah cara Aku mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu, dengan mengatakan: “Pergilah, para bhikkhu, dan perlihatkanlah kesaktian dan keajaiban demi umat awam berjubah putih!”’


Untuk ke dua kalinya, Kevaddha berkata: ‘Bhagavā, aku tidak akan memaksa, namun aku tetap mengatakan: “Nālandā ini kaya, makmur, ramai, dan dipenuhi dengan orang yang berkeyakinan terhadap Bhagavā. Baik sekali jika Bhagavā mengutus beberapa bhikkhu untuk melakukan pertunjukan kesaktian dan keajaiban. Dengan demikian, Nālandā akan lebih berkeyakinan terhadap Bhagavā.”’ Dan Sang Bhagavā menjawab: ‘Kevaddha, itu bukanlah cara Aku mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu, dengan mengatakan: “Pergilah, para bhikkhu, dan perlihatkanlah kesaktian dan keajaiban demi umat awam berjubah putih!”’

Untuk ke tiga kalinya, Kevaddha berkata: ‘Bhagavā, aku tidak akan memaksa, namun aku tetap mengatakan: “Nālandā ini kaya, makmur, ramai, dan dipenuhi dengan orang yang berkeyakinan terhadap Bhagavā. Baik sekali jika Bhagavā mengutus beberapa bhikkhu untuk melakukan pertunjukan kesaktian dan keajaiban. Dengan demikian, Nālandā akan lebih berkeyakinan terhadap Bhagavā.”’, Sang Bhagavā berkata: ‘Kevaddha, ada tiga jenis keajaiban (patihariya) yang Kunyatakan, setelah mencapainya dengan pandangan terangKu sendiri. Apakah tiga itu? Keajaiban kekuatan psikis (iddhi patihariya), keajaiban membaca pikiran orang lain (adesana patihariya), keajaiban ajaran (anusasana patihari).’

‘Apakah keajaiban kekuatan psikis? Di sini, Kevaddha, seorang bhikkhu memperlihatkan berbagai kesaktian dalam berbagai cara. Dari satu, ia menjadi banyak, dari banyak, ia menjadi satu, menghilangkan diri atau sebaliknya, berjalan menembus dinding, benteng atau gunung tanpa ada hambatan, ia menyelam dalam tanah, berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah, dengan duduk bersila ia melayang di angkasa, menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya, kuat dan sakti, dan ia berjalan dengan tubuhnya hingga ke alam Brahma.' Dan seseorang yang memiliki keyakinan dan percaya akan melihatnya melakukan hal-hal ini.’

‘Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang skeptis dan tidak percaya, dengan mengatakan: “Sungguh indah, sungguh menakjubkan, kesaktian dan keterampilan dari petapa itu Dari satu, ia menjadi banyak, dari banyak, ia menjadi satu, menghilangkan diri atau sebaliknya, berjalan menembus dinding, benteng atau gunung tanpa ada hambatan, ia menyelam dalam tanah, berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah, dengan duduk bersila ia melayang di angkasa, menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya, kuat dan sakti, dan ia berjalan dengan tubuhnya hingga ke alam Brahma.” dan orang itu akan berkata: “Tuan, ada sesuatu yang disebut jimat Gandhàra. Dengan itu, bhikkhu tersebut menjadi banyak dari banyak, ia menjadi satu, menghilangkan diri atau sebaliknya, berjalan menembus dinding, benteng atau gunung tanpa ada hambatan, ia menyelam dalam tanah, berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah, dengan duduk bersila ia melayang di angkasa, menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya, kuat dan sakti, dan ia berjalan dengan tubuhnya hingga ke alam Brahma.” Bagaimana menurutmu, Kevaddha, tidak mungkinkah seorang skeptis mengatakan hal itu kepada seorang yang percaya?’ ‘Mungkin saja, Bhagavà’ ‘Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya dari kesaktian demikian, Aku enggan, menolak, dan mencela mereka.’

‘Dan apakah kesaktian membaca pikiran orang lain? Di sini, seorang bhikkhu membaca pikiran makhluk- makhluk lain, pikiran orang lain, membaca kondisi batin mereka, pikiran dan renungan mereka, dan mengatakan: “Pikiranmu seperti ini, kecenderunganmu seperti ini, hatimu seperti ini.” Dan seseorang yang berkeyakinan dan percaya akan melihatnya melakukan hal-hal ini.’

‘Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang skeptis dan tidak percaya, dengan mengatakan: “Sungguh indah, sungguh menakjubkan, kesaktian dan keterampilan dari petapa itu membaca pikiran makhluk- makhluk lain, pikiran orang lain, membaca kondisi batin mereka, pikiran dan renungan mereka, dan mengatakan: “Pikiranmu seperti ini, kecenderunganmu seperti ini, hatimu seperti ini.” dan orang itu akan berkata: “Tuan, ada sesuatu yang disebut jimat Maṇika. Dengan itu, bhikkhu tersebut dapat membaca pikiran orang lain, membaca kondisi batin mereka, pikiran dan renungan mereka, dan mengatakan: “Pikiranmu seperti ini, kecenderunganmu seperti ini, hatimu seperti ini.” Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya dari kesaktian demikian, Aku enggan, menolak, dan mencela mereka.’

‘Dan apakah keajaiban ajaran? Di sini, Kevaddha, seorang bhikkhu memberikan nasihat sebagai berikut: “Perhatikan seperti ini, jangan perhatikan seperti itu, arahkan pikiranmu seperti ini, bukan seperti itu, lepaskan itu, capai ini dan pertahankan ini.” Itu, Kevaddha, disebut kesaktian nasihat.’

‘Dan lagi, Kevaddha, seorang Tathāgata telah muncul di dunia ini, seorang Arahat, yang telah mencapai penerangan sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh sang jalan ke nibbana, pengenal seluruh alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, dan patut dimuliakan. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuanNya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, màra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas. Ia menjaga pintu-pintu indrianya dan mencapai empat jhàna, ia mencapai berbagai pandangan terang, ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan dan lenyapnya kekotoran-kekotoran, dan ia mengetahui: “tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.” Itu, Kevaddha, disebut kesaktian nasihat.’

‘Dan Aku, Kevaddha, telah mengalami ke tiga keajaiban ini dengan pengetahuanKu sendiri. Suatu ketika, Kevaddha, dalam persatuan para bhikkhu ini, suatu pikiran melintas dalam benak seorang bhikkhu: “Aku ingin tahu di manakah empat unsur utama unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin lenyap tanpa sisa.” Dan bhikkhu itu mencapai konsentrasi pikiran yang memungkinkan jalan menuju alam dewa muncul di hadapannya.’

‘Kemudian, setelah sampai di alam dewa Catumaharajika (Empat Raja Dewa) dan ia bertanya kepada para dewa di sana: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Mendengar pertanyaan ini, para dewa dari alam Empat Raja Dewa berkata kepadanya: “Bhikkhu, kami tidak mengetahui di mana empat unsur utama itu lenyap tanpa sisa. Tetapi Empat Raja Dewa lebih mulia dan lebih bijaksana daripada kami. Mungkin mereka tahu di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa”’

‘Maka bhikkhu itu mendatangi Empat Raja Dewa dan mengajukan pertanyaan “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?”, tetapi mereka menjawab: “Kami tidak tahu, tetapi Tiga Puluh Tiga Dewa mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa”’

‘Maka bhikkhu itu mendatangi Tavatimsa (Tiga Puluh Tiga Dewa) dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” tetapi mereka menjawab: “Kami tidak tahu, tetapi Sakka, Raja para dewa, mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

‘Maka bhikkhu itu mendatangi Sakka, Raja para dewa dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” ‘Sakka, Raja para dewa, berkata: “Dewa Yāma mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

‘Maka bhikkhu itu mendatangi Dewa Yāma dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Dewa Yāma berkata: “Suyāma, putra para dewa, mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

‘Maka bhikkhu itu mendatangi Suyāma dan bertanya: “Teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Dewa Yāma berkata: “Para dewa Tusita mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Para dewa Tusita dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Para dewa Tusita berkata: “Santusita, putra para dewa, mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Santusita dan bertanya: “Teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Santusita berkata: “Para dewa Nimmānarati mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Para dewa Nimmānarati dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Para dewa Nimmānarati berkata: “Sunimmita, putra para dewa, mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Sunimmita dan bertanya: “Teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Sunimmita berkata: “Para dewa Paranimmita-Vasavatti mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Para dewa Paranimmita-Vasavatti dan bertanya: “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Para dewa Paranimmita-Vasavatti berkata: “Vasavatti, putra para dewa, mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

Maka bhikkhu itu mendatangi Vasavatti dan bertanya: “Teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Vasavatti berkata: “Para dewa pengikut Brahmā mungkin mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.”’

‘Kemudian bhikkhu itu, dengan mengerahkan konsentrasinya, memunculkan jalan menuju ke alam Brahmā. Ia pergi ke alam dewa para pengikut Brahmā dan bertanya kepada mereka “Teman-teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?”. Mereka berkata: “Kami tidak tahu. Tapi ada Brahmā, Brahmā Agung, sang penakluk, yang tidak tertaklukkan, maha melihat, mahasakti, raja, sang pencipta, penguasa, pengambil keputusan dan pemberi perintah, ayah dari semua yang ada dan yang akan ada. Ia lebih mulia dan lebih bijaksana daripada kami. Ia pasti mengetahui di mana empat unsur utama lenyap tanpa sisa.” “Dan di manakah, Teman, sang Brahmà agung berada sekarang?” “Bhikkhu, kami tidak tahu kapan, bagaimana dan di mana Brahmā akan muncul. Tetapi ketika tandanya terlihat – ketika cahaya muncul dan sinarnya memancar – maka Brahmā akan muncul. Tanda demikian menandakan bahwa ia akan muncul.”’

‘Dan tidak lama kemudian, Sang Brahmā Agung muncul. Dan bhikkhu itu mendatanginya dan berkata: “Teman, di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Brahmā Agung menjawab: “Bhikkhu, aku adalah Brahmā, Brahmā Agung, sang penakluk, yang tidak tertaklukkan, maha melihat, mahasakti, raja, sang pencipta, penguasa, pengambil keputusan dan pemberi perintah, ayah dari semua yang ada dan yang akan ada.”’

‘Untuk ke dua kalinya, bhikkhu itu berkata: “Teman, aku tidak menanyakan apakah engkau Brahmā, Brahmā Agung, sang penakluk, yang tidak tertaklukkan, maha melihat, mahasakti, raja, sang pencipta, penguasa, pengambil keputusan dan pemberi perintah, ayah dari semua yang ada dan yang akan ada, aku menanyakan kepadamu di manakah empat unsur utama lenyap tanpa sisa.” Dan untuk ke dua kalinya sang Brahmā Agung menjawab: “Bhikkhu, aku adalah Brahmā, Brahmā Agung, sang penakluk, yang tidak tertaklukkan, maha melihat, mahasakti, raja, sang pencipta, penguasa, pengambil keputusan dan pemberi perintah, ayah dari semua yang ada dan yang akan ada.”’

‘Dan untuk ke tiga kalinya, bhikkhu itu berkata: “Teman, aku tidak menanyakan itu kepadamu, aku menanyakan di manakah empat unsur utama tanah, air, api, angin lenyap tanpa sisa?” Kemudian, Kevaddha, sang Brahmā Agung mengangkat bhikkhu tersebut, dan membawanya ke pinggir dan berkata: “Bhikkhu, para dewa ini percaya bahwa tidak ada apa pun yang tidak terlihat oleh Brahmā, tidak ada yang tidak diketahui olehnya, tidak ada yang tidak disadarinya. Itulah sebabnya aku tidak berbicara di depan mereka. Tetapi, bhikkhu, aku tidak tahu di mana empat unsur utama itu lenyap tanpa sisa. Dan karena itu, bhikkhu, engkau telah salah bertindak, engkau telah keliru bertindak dengan melampaui Sang Bhagavā dan pergi mencari jawaban atas pertanyaan ini di tempat lain. Sekarang, bhikkhu, pergilah kepada Sang Bhagavā dan ajukan pertanyaanmu kepada Beliau, dan apa pun jawaban yang Beliau berikan, terimalah.”’

‘Maka bhikkhu itu, secepat seorang kuat merentangkan atau melipat tangannya, lenyap dari alam Brahmā dan muncul di hadapanKu. Ia bersujud di hadapanKu, kemudian duduk di satu sisi dan berkata: “Bhagavā, di manakah empat unsur utama unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin lenyap tanpa sisa?”’

‘Aku menjawab: “Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepadaKu. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: ‘Di manakah empat unsur utama unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

‘Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?
Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, bersih dan tidak bersih
Di manakah batin dan jasmani pergi tanpa bekas seluruhnya?’

Dan jawabannya adalah:

‘Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran, tidak terbatas, cerah-cemerlang.
Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,
Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, bersih dan tidak bersih
Di sana batin dan jasmani pergi tanpa bekas seluruhnya.
Dengan lenyapnya kesadaran, hal- hal itu pun lenyap’”’

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga (upasaka) Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.

Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Silakhanda Vagga, Kevaddha Sutta (DN 11)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close