-->

Monday 7 December 2015

KATANNU SUTTA

KATANNU SUTTA


“Para bhikkhu, saya akan mengajarkan kalian sifat orang yang tak mempunyai ketulusan hati dan kualitas orang yang mempunyai ketulusan hati. Dengarkan dan perhatikanlah baik- baik apa yang saya sampaikan.”

“Baiklah, Bhagava,” jawab para bhikkhu.

Sang Bhagava berkata, “Lalu, apakah sifat orang yang tak mempunyai ketulusan hati? Seseorang yang tak berketulusan hati, dia tidak berterima kasih dan tidak bersyukur. Rasa tidak berterima kasih ini, rasa tidak bersyukur ini, dilakukan oleh orang- orang yang tidak sopan. Ini sepenuhnya adalah sifat dari orang- orang yang tak berketulusan hati. Seseorang yang mempunyai ketulusan hati, dia berterima kasih dan bersyukur. Rasa berterima kasih ini, rasa bersyukur ini dilakukan oleh orang- orang yang sopan. Ini sepenuhnya adalah sifat dari orang-orang yang mempunyai ketulusan hati. ”



“Saya katakan pada kalian, para bhikkhu, ada dua orang yang tidak mudah untuk dibalas kebaikannya. Siapakah kedua orang tersebut?

Ibu dan ayah kalian. Meskipun jika kalian menggendong ibu di satu bahu dan ayah di bahu lainnya selama seratus tahun, dan merawat mereka dengan meminyaki, memijat, memandikan dan menggosok anggota tubuh mereka, dan mereka membuang air besar dan air kecil di bahu kalian, kalian tetap tak akan dapat membalas kebaikan orang tua.

Meskipun jika kalian memberikan seluruh kekuasaan di bumi (raja dunia) ini kepada ibu dan ayah kalian, berlimpah dengan tujuh jenis harta benda, kalian tetap tak akan dapat membalas kebaikan orang tua kalian.

Mengapa demikian? Ibu dan ayah berbuat banyak demi anak-anak mereka. Mereka merawat anak- anaknya, mereka menjaga anak- anaknya, mereka memperkenalkan dunia ini kepada anak- anaknya. Tetapi Para Bhikkhu, siapa pun yang membangkitkan dan memantapkan keyakinan dalam diri ibu dan ayahnya yang tak memiliki keyakinan; membangkitkan dan memantapkan kebajikan dalam diri ibu dan ayahnya yang tidak tekun dalam kebajikan; membangkitkan dan memantapkan kemurahan hati dalam diri ibu dan ayahnya yang kikir; membangkitkan dan memantapkan kebijaksanaan dalam diri ibu dan ayahnya yang berpandangan salah; dengan demikian, dia dapat membalas kebaikan ibu dan ayahnya.”

Sutta Pitaka, Anguttara Nikaya, Duka Nipata, Samacitta Vagga, Katannu Sutta (AN 2. 31) (AN 2. 32)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close