-->

Monday 7 December 2015

ABHINHAPACCAVEKHITABBATHANA SUTTA

ABHINHAPACCAVEKHITABBATHANA SUTTA


Ada lima hal, O para bhikkhu, yang seharusnya kerap kali direnungkan oleh siapa pun, pria ataupun wanita, perumah tangga ataupun bhikkhu. 

Apakah lima hal itu?"


Jarādhammomhi
Jaraṁ Anatīto.
Byādhidhammomhi
Byādhiṁ Anatīto.
Maraṇadhammomhi
Maraṇaṁ Anatīto.


Sabbehi Me Piyehi Manāpehi Nānābhāvo Vinābhāvo.

Kammassakomhi
Kammadāyādo
Kammayoni
Kammabandhu
Kammapaṭisaraṇo.
Yam Kammaṁ Karissāmi
Kalyāṇaṁ Vā Pāpakaṁ Vā
Tassa Dāyādo Bhavissāmi.

Evam Amhehi Abhiṇhaṁ Paccavekkhitabbaṁ.


"Aku pasti mengalami usia tua.
Aku tidak dapat menghindari usia tua."

"Aku pasti mengalami sakit.
Aku tidak dapat menghindari sakit."

"Aku pasti mengalami kematian.
Aku tidak dapat menghindari kematian."

"Segala yang kucintai dan kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku.""Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, pewaris perbuatanku sendiri, terlahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, tergantung dari perbuatanku sendiri. Apa pun perbuatan yang kulakukan, baik ataupun buruk, itulah yang kuwarisi."

“Demikianlah hendaknya kerap kali direnungkan“

“Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah tangga atau bhikkhu, kerap kali merenungkan hal bahwa mereka pasti mengalami usia tua dan tidak dapat menghindari usia tua?

Ketika masih muda, para makhluk merasa sombong akan kemudaan mereka, dan karena hanyut pada kesombongan kemudaan itu, mereka menjalani kehidupan yang buruk di dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.

Tetapi di dalam diri orang yang kerap kali merenungkan kepastian usia tua, kesombongan kemudaan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.

Untuk alasan yang baik itulah hal mengalami usia tua harus kerap kali direnungkan.”

“Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah tangga atau bhikkhu, kerap kali merenungkan hal bahwa mereka pasti mengalami sakit dan tidak dapat menghindari sakit?

Ketika masih sehat, para makhluk merasa sombong akan kesehatan mereka, dan karena hanyut pada kesombongan kesehatan itu, mereka menjalani kehidupan yang buruk di dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.

Tetapi di dalam diri orang yang kerap kali merenungkan kepastian mengalami sakit, kesombongan kesehatan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.

Untuk alasan yang baik itulah hal mengalami penyakit harus kerap kali direnungkan.”

“Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah tangga atau bhikkhu, kerap kali merenungkan hal bahwa mereka pasti mengalami kematian dan tidak dapat menghindari kematian?

Ketika masih hidup, para makhluk merasa sombong akan kehidupan mereka, dan karena hanyut pada kesombongan kehidupan itu, mereka menjalani kehidupan yang buruk dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.

Tetapi di dalam diri orang yang kerap kali merenungkan kepastian kematian, kesombongan kehidupan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.

Untuk alasan yang baik itulah hal mengalami kematian harus kerap kali direnungkan.”

"Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah tangga atau bhikkhu, kerap kali merenungkan hal bahwa segala yang dicintai dan disenangi akan berubah, akan terpisah darinya?

Para makhluk mempunyai nafsu yang tinggi terhadap apa yang dicintai dan disenangi, dan karena terbakar oleh nafsu, mereka menjalani kehidupan yang buruk dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.

Tetapi di dalam diri orang yang kerap kali merenungkan hal bahwa segala yang dicintai dan disenangi akan berubah, akan terpisah darinya, nafsu yang tinggi terhadap apa yang disayangi dan dicintai akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.

Untuk alasan yang baik itulah hal bahwa segala yang dicintai dan disenangi akan berubah, akan terpisah darinya harus kerap kali direnungkan.“

“Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah tangga atau bhikkhu, kerap kali merenungkan hal bahwa mereka adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, mewarisi perbuatan mereka sendiri, terlahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung dengan perbuatan mereka sendiri dan bahwa apa pun perbuatan yang mereka lakukan, baik atau buruk, itulah yang mereka warisi?

Ada makhluk yang menjalani kehidupan yang buruk dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.

Tetapi di dalam diri orang yang kerap kali merenungkan hal bahwa mereka adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, mewarisi perbuatan mereka sendiri, terlahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung dengan perbuatan mereka sendiri dan bahwa apa pun perbuatan yang mereka lakukan, baik atau buruk, itulah yang mereka warisi, perilaku buruk seperti itu akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.

Untuk alasan yang baik itulah hal bahwa mereka adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, mewarisi perbuatan mereka sendiri, terlahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung dengan perbuatan mereka sendiri dan bahwa apa pun perbuatan yang mereka lakukan, baik atau buruk, itulah yang mereka warisi harus kerap kali direnungkan.”

“Para bhikkhu, seorang siswa agung merenungkan demikian,

‘Aku bukanlah satu- satunya yang pasti mengalami usia tua, jatuh sakit atau mati.
Tetapi di mana pun para makhluk datang dan pergi, mati dan muncul lagi, mereka semuanya mengalami usia tua, penyakit dan kematian.'

Di dalam diri orang yang sering merenungkan hal- hal ini, Sang Jalan muncul.
Sekarang dia secara tetap mengikuti, mengembangkan dan memupuk Sang Jalan itu.

Dan sementara dia melakukannya, belenggu- belenggu ditinggalkan dan obsesi- obsesi pun lenyap.“

“Selanjutnya, seorang siswa agung merenungkan demikian,

‘Aku bukanlah satu- satunya yang terpisah dan tercerai dari apa yang kusayangi dan kucintai, aku bukanlah satu- satunya yang merupakan pemilik, pewaris, terlahir dari, berkerabat, dan tergantung dengan perbuatannya sendiri.

Tetapi di mana pun makhluk datang dan pergi, mati dan terlahir kembali, semuanya pasti terpisah dan tercerai dari apa yang disayangi dan dicintai, dan semua merupakan pemilik, pewaris, terlahir dari, berkerabat, dan tergantung dengan perbuatan mereka sendiri.‘

Di dalam diri orang yang sering merenungkan hal- hal ini, Sang Jalan muncul. Sekarang dia secara tetap mengikuti, mengembangkan dan memupuk Sang Jalan itu.

Dan sementara dia melakukannya, belenggu- belenggu ditinggalkan dan obsesi- obsesi pun lenyap.“

Mereka yang mengalami usia tua dan penyakit,
Mereka yang berada di tepi kematian,
Memuakkan bagi para makhluk duniawi yang memiliki sifat sama.

Karena aku hidup untuk tujuan yang lebih tinggi,
Tidaklah pantas bagiku untuk menjadi demikian,
Tidak pantaslah bagiku hidup dalam keduniawian.

Sementara berdiam demikian, aku akan mengalahkan
Kesombongan akan kesehatan, kemudaan dan kehidupan.


Setelah mengetahui keadaan yang bebas dari topangan,
Setelah melihat kemantapan di dalam pelepasan.


Ketika kuarahkan pandangan ke Nibbana, dan semangat muncul di dalam diriku,
"Sekarang tak bisa lagi aku mengejar kesenangan- kesenangan indera!
Tidak pernah lagi aku akan berpaling,Akhir kehidupan suci sekarang adalah tujuan tertinggiku."

Sutta Pitaka, Anguttara Nikaya, Pancaka Nipata, Nivarana Vagga, Abhinhapaccavekkhitabbathana Sutta (AN 5. 57)

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close