-->

Sunday 13 November 2016

Mengintip Perjalanan Arwah (Bagian Ketiga)

BAB III : ARWAH GENTAYANGAN


Yang saya maksud dengan arwah gentayangan adalah arwah manusia yang masih berada di alam transisi, alam yang berada diantara alam kehidupan dan alam arwah. Belum dapat memasuki alam arwah.



Yang saya maksud dengan arwah adalah roh manusia yang masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup. Kalau anda mempunyai teman si A, kalau A meninggal, maka anda masih dapat mengenali arwah si A, sebab dia masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup.

1. Meninggal belum waktunya

Banyak pendapat bahwa kalau seseorang meninggal, maka dia memang sudah waktunya meninggal, atau memang dia umurnya pendek. Jadi meninggal karena sudah waktunya, waktu yang sudah ditetapkan lebih dahulu dari “atas” sana.

Apakah benar seperti itu? Setiap orang meninggal memang sudah waktunya? Saya kira tidak. Guru Roh saya memberitahukan bahwa perbandingan antara yang meninggal “sudah waktunya” dan yang meninggal “belum waktunya” adalah 50 : 50.

Apakah mungkin seseorang meninggal sebelum waktunya? Kalau anda berpikir mengunakan “kebenaran materi” jawabnya adalah tidak mungkin. Kalau anda pergunakan “kebenaran spiritual” jawabnya adalah mungkin.

Katakanlah misalnya si A dari “atas” ditentukan berumur panjang sampai 80 tahun. Dan dia tahu atau diberitahu oleh peramal terkenal. Maka karena mengira dan percaya bahwa dia berumur panjang, maka dia menjalani hidupnya dengan sembarangan, seenaknya, baik dalam makanan, berkenderaan, atau berprilaku yang menyerempet bahaya. Maka pennyakit atau kecelakaan dapat membuat dia meninggal muda atau tidak mencapai umur 80 tahun. Dia meninggal belum waktunya seperti yang ditentukan dari “atas” tadi. Banyak penyebab orang meninggal sebelum waktunya, seperti disebabkan oleh kecelakaan, oleh bencana alam, oleh peperangan dan juga oleh gangguan mahluk-mahluk gaib yang jahat dan lain-lain.

Orang yang meninggal belum waktunya, maka arwahnya belum dapat diterima atau belum dapat masuk ke alam arwah, dia masih bertahan di alam transisi yang juga disebut alam arwah gentayangan. Karena memang dia masih dapat gentayangan kemana saja dia mau pergi. Ke keluarganya, ke saudara-saudaranya, atau ke tempat-tempat yang semasa hidupnya dia ingin kunjungi dan lain-lain. Sampai suatu saat, setelah tiba waktunya, maka arwah gentayangan itu akan dijemput, untuk masuk kealam arwah dan mulai perjalanan arwahnya.

2. Arwah orang yang baru meninggal

Orang yang baru meninggal umumnya dia belum tahu dan belum sadar kalau dia sudah meninggal. Biasanya apa yang dia alami, dia lihat dan dia rasakan, dinikmati sebagai mimpi panjang saja. Dia mengira sedang mimpi saja. Baru setelah itu, beberapa jam sampai beberapa hari dia baru tahu dan sadar kalau dia sudah meninggal.

Setelah dia sadar bahwa dia telah meninggal, dia menjadi panik dan resah, merasa belum siap untuk secepat itu meninggal. Ada yang merasa masih banyak yang perlu dia melakukan sampai merasa dia belum sempat pamitan dan lain-lain.

Belum lagi dia juga resah dan bingung menghadapi kondisi dan suasana yang serba asing, dia tidak tahu harus bagaimana dan harus kemana. Semua sapaan kepada keluarganya tidak mendapat respon atau tanggapan, dicuekin saja. Ini semua membuat dia panik, resah dan bingung.

Untuk sementara waktu , arwah orang yang baru meninggal akan tetap berada dirumahnya, baru kemudian perlahan-lahan mulai berkunjung ke tempat sanak keluarganya, teman-temannya dan juga keluyuran ke tempat yang semasa hidupnya sering dikunjungi atau yang ingin dikunjunginya.

Banyak pendapat bahwa arwah baru akan “naik” pada hari ke 7 setelah meninggal, ada juga yang bilang setelah 30 hari, 49 hari, 100 hari dan lain-lain

Yang saya amati dan saya ketahui, sebenarnya tidak ada ketentuan pasti, berapa hari arwah orang yang meninggal akan “naik” atau masuk kealam arwah dan memulai perjalanan arwahnya. Ada yang kurang dari 24 jam sudah dapat naik, tapi juga ada yang sampai bertahun-tahun belum dapat naik. Bahkan ada yang sudah ratusan tahun tidak dapat naik untuk memulai perjalanan arwahnya.

3. Terikat keduniawian

Orang yang mempunyai materi berlimpah, mempunyai nama besar, juga yang mempunyai kekuasaan dan yang sangat mendambakan keagungan keluarga dan keturunannya, setelah meninggal umunya masih belum siap meninggalkan semua yang duniawi itu, belum rela untuk kehilangan semua yang telah didapatkannya dan dicapai dengan susah payah semasa hidupnya. Dia ingin mempertahankan keberadaannya dia dalam semua keduniawian yang telah dia hasilkan dengan kerja keras semasa hidupnya.

Kemelekatan terhadap materi atau keterikatan terhadap keduniawian seperti ini akan membuat arwah orang tersebut penasaran dan rasa penasaran seperti ini akan menjadikan dia arwah penasaran yang masih gentayangan. Oleh karena itu, seseorang semasa hidupnya sudah harus mulai melatih setahap demi setahap untuk dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian agar perjalanan arwahnya menjadi ringan dan lancar.

4. Penasaran, Janji dan Hutang

Arwah penasaran bukan hanya disebabkan oleh keterikatan terhadap duniawi, tapi juga dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti :

- Keadaan keluarga yang ditinggalkan cekcok atau bertikai rebutan warisan, dan lain-lain.
- Meninggal karena dibunuh atau dihianati dan juga karena bunuh diri.
- Karena janji yang belum dipenuhi.
- Karena hutang-hutang, dan lain- lain.

Kesemuanya ini dapat membuat arwah menjadi resah dan tidak tenang. Maka jadilah dia arwah yang gentayangan, sebab belum dapat meninggalkan segala hal yang duniawi.

5. Ilmu non Ilahi

Banyak orang belajar “ilmu” dengan tujuan keduniawian, seperti agar rezekinya lancar, usahanya maju, dapat senang sepanjang hidupnya, derajat keagungan untuk keluarga dan keturunannya, juga untuk mendapatkan kesaktian dan lain-lain. Kesemua “ilmu” ini mumumnya adalah ilmu non Ilahi. Ilmu yang tidak dapt membawa pemiliknya lebih dekat dengan sang pencipta, apalagi untuk dapat kembali ke penciptanya.

Ada ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka ilmu tersebut dapat kembali “ke asal”-nya secara otomatis. Tetapi ada ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka gaib yang menyertai ilmu itu tidak dapat “pulang sendiri”. Gaib itu dapat terus mengikuti arwah pemilik ilmu yang telah meninggal. Arwah yang ditempel terus oleh gaib seperti ini tidak akan dapat memasuki alam arwah, jadilah dia arwah gentayangan.

6. Terikat di Meja Abu Sembahyang

Banyak umat Khong Hu Cu yang masih mempertahankan kebudayaan tradisional berbakti kepada orangtuanya dengan membuat altar abu meja leluhur untuk menghormati para arwah leluhurnya.

Saya sering mengunjungi rumah keluarga yang memiliki abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu yang masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang tersebut.

Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang tersebut.

Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang, kami selalu mengadakan dialog singkat dengan arwah tersebut. Mengapa dia masih ada di meja abu sembahyang itu? Dan tidak naik dan masuk ke alam arwah untuk segera menjalani perjalanan arwahnya?

Sebagian besar arwah tersebut mengatakan bahwa dia masih ada dan "terikat" di meja abu sembahyang karena diminta oleh keluarganya, oleh suami atau istrinya, oleh anak-anaknya, dan lain-lain. Untuk bisa selalu dekat dengan keluarganya dan juga dapat membantu usaha keluarganya atau anak-anaknya.

Umumnya permintaan atau permohonan seperti ini diucapkan oleh keluarga almarhum pada saat arwah tersebut masih ada dirumah atau masih dekat dengan keluarga, yaitu pada upacara-upacara ritual duka seperti ritual tutup peti jenazah , ritual pemakaman, ritual 3 hari, ritual 7 hari, ritual 49m hari, dan lain-lain. Dimana umumnya arwah masih berada di dekat keluarganya. Pada saat-saat seperti itu kebanyakan arwah masih belum tahu apa-apa tentang alam arwah dan perjalanan arwah, sehingga dia begitu mudah untuk menerima atau mengiyakan permintaan dan permohonan keluarganya untuk tetap tinggal dekat anak-anak, istri atau suaminya. Nah begitu arwah itu mengiyakan atau mengabulkan permintaan tersebut maka arwah itu menjadi terikat pada meja abu sembahyang maupun tanpa meja abu sembahyang.

Jadi janganlah meminta atau memohon seperti itu kepada arwah almarhum, sebab semua itu berarti menghukum arwah tersebut dapat "terikat " pada keduniawian/keluarga sehingga dia tidak dapat memulai perjalanan arwah. Jadilah dia arwah gentanyangan, sebab masih berada di alam transisi atau alam gentayangan.

7. Arwah bayi keguguran

Arwah bayi akibat keguguran maupun akibat digugurkan/aborsi, ada yang dalam waktu singkat sudah naik kembali ke alam arwah untuk direinkarnasikan kembali. Tapi ada juga yg harus menjalani kehidupan di alam arwah gentayangan. Ada yang terus mengikuti orangtuanya, juga ada yang gentayangan kemana-mana, bahkan ada yang ditangkap oleh orang-orang pintar atau paranormal untuk dimanfaatkan dan dikaryakan. Ada juga yang dimanfaatkan dan dijual sebagai tuyul.

Arwah bayi keguguran ini dapat tumbuh besar dan menjadi dewasa mengikuti orangtuanya. Yang menjadi tuyul, wajahnya menjadi tua, badannya tetap kerdil seperti anak-anak.

Arwah bayi keguguran atau arwah anak-anak sebagai tuyul perlu mendapat pertolongan atau perlu ditolong. Jangan malah ditangkap dan disiksa. Mereka perlu disempurnakan atau diseberangkan.

8. Perlu ditolong.

Semua arwah yang masih “terikat” di alam arwah gentayangan, dan sudah waktunya untuk naik memasuki alam arwah perlu ditolong untuk menemukan jalan agar dapat masuk kealam arwah. Atau dalam istilah Budhis dikenal sebagai “diseberangkan” atau “menyeberangkan” arwah.

Untuk “menyeberangkan” arwah perlu bantuan orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut. Untuk mengetahui apa arwah almarhum sudah “naik” atau “belum”, anda dapat meminta petunjuk dari para dewa dan roh suci yang duduk di altar Vihara/Klenteng Tri Dharma dengan mengunakan sarana Pak Pwee. Tanyakan juga kepada roh suci di altar, apakah anda dapat memohon pertolongan dari dewa di altar untuk “menyeberangkan” arwah almarhum keluarga anda.

Kalau boleh, langsung minta, kalau tidak, tanyakan apakah anda perlu minta tolong kepada orang yang mampu menyeberangkan arwah. sebutkan apakah si A,si B atau si C yang anda kenal, yang ditunjuk oleh dewa di altar vihara/ kelenteng.


Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close