-->

Thursday 17 November 2016

Hidup Dalam Teropong Spiritual (Bagian Pertama)

BAB I. SKBB dan RPH



"Hidup tidak semudah dan sesederhana yang diperkirakan." Begitu kata orang bijak. Kami berdua telah banyak belajar dari para tamu kami, mereka membawa banyak kasus dan masalah hidup kepada kami.

Setiap kasus dan masalah selalu kami telusuri, kami cari penyebabnya, kami cari asalnya juga kami cari jalan keluarnya untuk menyelesaikan masalah mereka. Yang penting untuk dapat menyikapi hidup ini adalah perlu tahu dan perlu mengerti Hidup ini untuk apa? Dan harus bagaimana?

Orang yang tidak tahu dan tidak mengerti, akan dengan mudah menjawabnya. Tetapi orang yang tahu dan mengerti, akan sulit menjawab. Bagi mereka yang tahu, hidup ini tidak semudah dan segampang seperti yang dibayangkan, diperkirakan dan dipikirkan. Banyak hal yang keberadaannya tidak diketahui, tidak dimengerti dan tidak disadari. Adanya jatah jodoh dan tali jodoh, Jatah anak dan adopsi anak. Juga adanya sisi bebas manusia, siklus alam dan garis Ilahi, hari baik dan hari sial, dll.

Sayangnya sebagian besar orang tidak tahu maupun tidak mau tahu. Mereka banyak yang berpikir "Itu urusan nanti yang belum tentu, yang sekarang ada dinikmati saja." Saya percaya, nanti mereka semua pasti akan menemukan dan mengetahui kebenarannya. Kebenaran yang satu, bukan kebenaran mereka masing-masing. Di saat itu mereka sudah tidak mempunyai kesempatan untuk merubah dan memperbaiki. Inilah yang tragis.

Bagi mereka yang masih mau tahu dan mau mengerti, masih ada jalan agar tidak terjadi "Hari tua yang menderita." Atau "Hidup menderita karena karma orang tua."

SKBB dan RPH sangat diperlukan untuk menggerakkan roda kehidupan manusia, agar selalu berjalan pada jalur yang benar dan mulus. Yaitu jalan kebenaran. Jalan yang direstui dan diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Semoga kasus dan penjelasan serta informasi dalam buku ini dapat sedikit menambah wawasan dan pemahaman anda tentang hidup atau kehidupan.

Cinta kasih keluarga hanya ada dalam kehidupan ini, maka jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Jalani kehidupan ini dengan hati nurani yang bersih penuh rasa kasih sayang.


SKKB Dan RPH

Yang dimaksud dengan RPH disini adalah Raport Perjalanan Hidup yang terdiri dari 3 unsur:

 * Laku atau perilaku 
 * Amal 
 * Ibadah


Ketiga unsur ini perlu dimengerti, dipahami dan dijalankan agar memperoleh angka "biru" di raportnya. Mengenai RPH ini sudah saya tulis dalam buku pertama berjudul "Ibadah Dari Vihara Ke Vihara".

SKKB adalah singkatan dari Skala Kadar Karma Buruk, skala ini dimulai dari 0 sampai 99. Karma buruk bisa mencapai 0 dan tidak ada yg mencapai 100%. Hal ini juga sudah saya jelaskan dalam buku pertama saya.

Banyak diantara tamu saya yang ingin tahu berapa sebenarnya SKKB pada dirinya dan bagaimana RPH-nya. Dulunya saya dengan mudah memberitahu mereka. Tapi sekarang tidak lagi, saya tahu bahwa orang yang mengetahui besamya SKKB dan nilai, RPH-nya, lebih banyak sisi negatifnya dibandingkan sisi positifnya.

Besarnya SKKB dan nilai RPH seseorang tidak konstan, selalu berubah sesuai dengan perilaku perjalanan hidup yang dijalani. Hari ini menderita, SKKB-nya turun, besok atau minggu depan membuat orang lain atau makhluk lain menderita,  SKKB-nya sudah naik lagi.

Begitu juga nilai RPH-nya, seperti orang sekolah, semester I sedang giat-giatnya dan rajin belajar, raport-nya bagus, angka biru semua Semester II, menganggap remeh, menganggap mudah, mulai malas belajar, semester ke-II raportnya merah. Jadi karena besarnya SKKB dan nilai RPH selalu berubah, tidak baik untuk diketahui dan dipakai sebagai pegangan. Jangan berpegang pada sesuatu yang tidak tetap, yang selalu berubah, sebab hanya akan bikin pusing saja.

Yang penting adalah usahakan terus agar SKKB makin lama makin rendah, kalau perlu diusahakan sampai nol, kemudian dipertahankan agar tetap nol. Begitu juga nilai raport agar diusahakan terus supaya makin lama makin tinggi angkanya, kalau perlu diusahakan sepuluh, angka sempurna atau Cum-laude.

Jadi tidak perlu tahu saat sekarang ini berapa besar SKKB-nya dan berapa nilai RPH-nya, yang perlu adalah usaha yang terus menerus dilakukan untuk memperbaiki SKKB dan RPH sampai akhir hayat seseorang. Itu yang terbaik.

Di dalam menolong para tamu, SKKB dan RPH orang tersebut sangat penting bagi saya. Jadi setiap tamu selalu saya periksa dulu SKKB dan RPH-nya. Kedua unsur ini sangat menentukan langkah solusi yang harus saya pakai untuk menolong mereka. Tanpa tahu SKKB dan RPH-nya, langkah solusi atau mencari jalan keluar dari masalah dan penderitaan yang dialami menjadi tidak efektif atau tidak fokus.

Sebab seseorang yang memiliki SKKB tinggi dan RPH-nya merah angka mati, sangat sulit ditolong dengan cara biasa, yaitu hanya menyingkirkan penyebabnya saja. Karena orang dengan kondisi seperti itu, SKKB tinggi dan RPH merah angka mati, ditolong dari satu masalah akan muncul masalah lain dan seterusnya, tidak pernah berhenti sebelum SKKB dan RPH-nya diperbaiki.Untuk memperbaiki SKKB dan RPH tidak mudah, perlu dibina dan dijalani setapak demi setapak yang membutuhkan waktu. Jadi sebaiknya binalah perilaku perjalanan hidup sebaik mungkin sebab hal ini ada hubungannya dengan besar-kecilnya SKKB.

Beberapa kasus dibawah ini mungkin dapat membantu untuk lebih memahami peranan SKKB dan RPH dalam menempuh perjalanan hidup seseorang.


Kasus l : SKKB dari inkarnasinya yang lalu

Ibu rumah tangga ini masih relatif muda, sebut saja bernama Tina, anak paling kecil dari delapan bersaudara. Semua kakaknya berhasil dalam membina kehidupannya, semuanya secara ekonomi sangat cukup. Hanya Tina yang secara ekonomi kurang. Semua kakaknya memberikan dukungan ekonomi untuk Tina, rumah, modal, dll, diberikan kepada Tina agar Tina sekeluarga dapat terangkat kehidupannya. Tapi semuanya tidak berhasil. Semuanya berangsur-angsur habis lagi.

Semua kakak Tina tidak putus asa untuk tetap menolong dan membantu Tina. Rumah,modal kerja dan yang lain diberikan ke Tina lagi, terakhir saya dengar suami Tina meninggal.

Saya dapat memahami semua kakak Tina yang begitu sungguh-sungguh ingin menolong dan membantu adik paling kecilnya dapat keluar dari masalah dan penderitaan hidup. Tapi mereka tentu tidak ada yang tahu masalah SKKB dan RPH Tina. Mereka fokus pada logika yang dasarnya adalah kebenaran materi, mereka tidak mengerti ada SKKB dan RPH yang berdasarkan kebenaran spiritual

Dengan teropong spiritual yang saya gunakan, saya menelusuri kasus Tina. Di kelahirannya kali ini atau di kehidupannya sekarang ini, Tina membawa SKKB yang tinggi. Semua karma buruk ini harus dibayar oleh Tina. Karena penderitaan Tina ini ada hubungannya dengan proses pembayaran karma, yaitu proses mengangsur karma buruk, maka apapun usaha dan pertolongan dari semua saudara kandung Tina tidak berhasil. Penderitaan karena kekurangan materi dapat diatasi, pindah ke penderitaan lain lagi. Suami Tina meninggal.

Proses pembayaran karma buruk tidak dapat dicegah dan dihalangi, perlu diterima dengan ikhlas dan bijaksana. Sayang kakak Tina tidak tahu apalagi mengerti bagaimana sebaiknya menolong dan menyikapi penderitaan Tina.


Kasus 2 : SKKB dari masa lalu dan sekarang

Firman berumur sekitar 27 tahun, anak bungsu dari keluarga ini. Firman baru beberapa tahun menyelesaikan pendidikannya. Sudah mempunyai usaha sendiri dan masih lajang. Datang ke rumah saya bersama ibunya, om dan tante serta kakaknya, untuk konsultasi mengenai arwah ayah Firman yang meninggal beberapa bulan yang lalu.

Waktu saya menjelaskan perjalanan arwah almarhum ayahnya kepada keluarga ini, Firman sering celetuk. dan berkomentar terhadap apa yang saya jelaskan. Biasa  anak muda, baru lulus sarjana dan mungkin dimanja sebagai anak bungsu. Saya tidak terganggu dan cuek saja, sampai keluarga ini pamitan pulang, mendadak ibu firman bilang bahwa firman hanya takut dan mendengar kata ayahnya saja. Sejak ayahnya meninggal, tidak ada lagi yang ditakuti dan diturut kata-katanya. Kakak Firman menambahkan bahwa menurut ukuran ibunya perilaku Firman sudah kurang ajar terhadap orang tua! Begitu juga oom dan tante Firman berkomentar bahwa Firman ini kalau berbicara tidak pandang lagi dengan siapa dia berbicara. Berbicara dengan orang lebih tua tidak pakai aturan.

Mendengar semuanya ini, saya tertarik untuk tahu apa yang ada di diri Firman. Saya minta keluarga ini untuk jangan pulang dulu, saya mau memeriksa data pribadi Firman. Hasil pemeriksaan saya membuat saya terkejut, pada malam itu SKKB Firman sudah hampir mentok, sudah diatas 90. RPH-nya semua merah angka mati.

Anak muda yang baru berumur 27 tahun, masih lajang, perilakunya kurang ajar terhadap ibunya dan orang tua, saya jadi sangat khawatir. Perjalanan hidup Firman masih panjang, masih lebih dari 50 tahun. Saya yakin dengan perilaku seperti sekarang ini, tidak lama lagi SKKB Firman akan mentok di angka 99. Dan saya tahu apa yang akan terjadi pada Firman kalau SKKB-nya mentok. Firman akan mengalami penderitaan berat yang tidak satu orang pun dapat menolong. Seperti mendadak gagal ginjal, lumpuh, stroke, buta, koma, kanker dll.

Kalau saya tidak memandang hubungan dekat dengan keluarga ini mungkin saya tidak mau masuk lebih jauh ke urusan keluarga mereka. Tapi mengingat saya dulu mengenal almarhum ayahnya, saya menganggap perlu memberitahu keluarga ini, terutama Firman. Saya katakan :

"Mulai malam ini, bukan besok pagi, begitu kamu keluar dari pintu rumah saya, perilakumu terhadap ibumu perlu kamu ubah jangan kurang ajar lagi, begitu juga terhadap orang tua lain. Saya tidak bohong juga tidak menakuti kamu. Kamu percaya saya tidak untung apa-apa, kamu tidak percaya saya pun tidak rugi apa-apa. Ini semua untuk kebaikan dirimu juga untuk ibumu. Pikirkan baik- baik."

Semuanya saya jelaskan pada Firman dan keluarga ini. Saya minta ibunya dan semua keluarga ini untuk sering mengingatkan dan mengawasi Firman. Ibunya menitikkan air mata, saya tahu ibunya sangat khawatir dan takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan anak bungsunya.Satu minggu kemudian, istri saya menerima telpon dari ibunya Firman bahwa Firman telah berubah baik. Syukurlah, semoga berhasil.


Kasus 3 : SKKB kehidupan sekarang

Annie ibu rumah tangga berusia 50-an tahun. Pertama kali Annie membuat janji lewat telepon untuk konsultasi penyakitnya, yang dikatakan dalam telepon adalah :

"Saya mau bicara dengan Herman dan Silvie?"

Waktu itu kebetulan saya yang menerima teleponnya.Dalam hati saya mengira Annie ini pasti sudah tua dan berumur jauh lebih tua dari saya atau istri saya, mungkin sudah 90-an tahun. Sebab biasanya hanya orang yang merasa jauh lebih tua yang memanggil orang lain yang belum dikenalnya dengan nama saja. Seperti orang tua terhadap anak atau bos kepada karyawannya.

Jadi waktu Annie datang ke rumah saya dengan kursi roda, stroke lumpuh dan menderita penyakit kanker payudara, dari data pribadinya saya tahu SKKB Annie sangat tinggi dan RPH-nya merah dan angka mati. Saya heran mengapa Annie yang sudah beberapa tahun menderita kanker dan stroke lumpuh dengan kursi roda, SKKB-nya masih begitu tinggi. Apakah membayar yang lama masih banyak membuat yang baru?

Dari data pribadi yang saya lihat, Annie mempunyai strata roh Nirwana. Ini berarti waktu dilahirkan Annie tidak membawa karma buruk dari kehidupan yang lalu. Semua karma buruk atau SKKB Annie adalah hasil perbuatan dalam kehidupan sekarang ini.

Saya beritahukan kepada keluarga ini bahwa sakit Annie adalah murmi sakit medis, tidak ada unsur non medisnya, dan semua yang dijalani oleh Annie adalah proses penurunan SKKB. Saya hanya dapat membantu bagaimana menyikapinya, bukan untuk menyembuhkan.

Sekitar satu setengah bulan kemudian, Annie membuat janji konsultasi lagi. Lewat telepon kata dan kalimatnya tidak berubah, tetap seperti bos terhadap karyawannya. Baru setelah saya jawab agak keras, dia agak melunak, mungkin dia baru sadar bahwa dia tidak telepon kepada karyawannya.

Kembali Annie datang dengan kursi roda yang didorong oleh suaminya. Saya mulai menggunakan kata dan kalimat yang agak keras untuk menyadarkan dia agar dapat mengubah perilaku hidupnya, merubah kepedulian hidupnya, agar kondisi kesehatannya bisa lebih baik.

Setelah Annie meninggalkan rumah saya. Tamu saya selanjutnya masuk, dia tadi mendengarkan apa yang saya katakan kepada Annie. Tamu saya bilang pada saya :


"Saya kira ibu tadi sulit untuk mengubah perilaku hidupnya seperti yang Pak Herman nasehatkan."

"Kenapa anda berkata begitu?"

"Sebab saya tadi mendengar apa yang dia katakan pada suaminya yang dengan susah payah mendorong kursi roda dan menaikkan dia ke mobil."

"Apa yang kau dengar? Apa yang dia katakan?"

"Masak kepada suaminya dia menegur dengan kata-kata kasar :
"Kamu ini seperti supir saja!"


"Iya itulah, walaupun sudah menderita seperti itu bertahun-tahun, SKKB-nya tetap tinggi dan RPH-nya tetap merah angka mati. Kalau dia tidak dapat mengubah perilakunya, suatu saat mulutnya akan dibungkam dengan stroke susulan yang membuat dia tidak dapat ngomong. Sebab selama ini mulutnya lah yang membuat karma-karma buruk baru." Kata saya kepada tamu yang baru masuk tadi.

Walaupun annie mempunyai strata roh Nirwana, mempunyai karma buruk sama dengan nol waktu dilahirkan, tapi sisi bebas Annie berbicara lain. Karena situasi lingkungan dimana dia dilahirkan dan kondisi kehidupan yang dia jalani, membuat jalan roda kehidupannya menjadi susah dan penuh penderitaan di hari tuanya.

Maka dari itu, Perilaku baik, Amal baik dan Ibadah baik serta karma yang baik jangan disepelekan. Tidak percaya dan tidak tahu bukan berarti tidak apa-apa.


Kasus 4 : SKKB mentok

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya dibawa oleh tamu saya, seorang ibu rumah tangga setengah baya, untuk melihat anak laki-lakinya yang sedang koma dirawat di sebuah rumah sakit mewah. Rudy berumur 36 tahun, anak pertama ibu ini, sudah 10 hari koma dan dirawat di ruang ICU - VIP. Ruang ini mewah dan luas dengan jendela besar menghadap taman yang asri.

Di ruang ini ada 5 tempat tidur, hanya 3 yang terisi. Setelah memeriksa Rudy saya mendekati 2 pasien yang lain, yang pertama perempuan muda berusia 23 tahun dan kedua pemuda berumur 30 tahun. Semuanya dalam kondisi koma, beku. Hanya gerakan kecil di dada saja yang terlihat, gerakan nafas mereka. Banyak selang menyalurkan obat ke tubuh mereka masing-masing.

Hati saya cemas, sedih dan iba melihat ini semua. Dalam hati saya bertanya-tanya, mereka semua kenapa bisa koma seperti ini, bukankah usia 25-35 tahun adalah saat kuat-kuatnya tubuh jasmani. Tapi mereka semua tergeletak tidak berdaya disini untuk waktu yang lama, yang belum dapat ditentukan kapan akan sadar.

Kesemua ini mengusik saya untuk mendekati mereka, memeriksa mereka dengan mata batin saya, dengan teropong spiritual. Yang pertama perempuan 23 tahun itu SKKB-nya sudah mentok, pemicu komanya adalah gangguan penunggu rumah yang jahat di daerah Serpong. Yang kedua pemuda 30 tahun itu SKKB-nya juga sudah montok. Pemicu koma adalah kiriman santet yang dikirim oleh seorang perempuan muda.

Pemuda ini sebut saja bemama Rio, anak orang kaya, setelah gagal lulus sekolahnya di Amerika, pulang ke Indonesia masih membawa dan mengumbar kehidupan malamnya seperti di Amerika. Bergaul bebas dari perempuan satu ke perempuan yang lain. Kebetulan ada satu perempuan yang dihamili lalu ditinggal adalah perempuan yang lingkungannya dekat dengan dunia paranormal atau perdukunan. Karena sakit hati maka dikirimlah santet ke Rio yang SKKB-nya sudah montok. sebagai pemicu saja yang membuat Rio koma. Saya percaya, kalau SKKB Rio tidak mentok, guna-guna santet yang dikirim ke Rio belum dapat membuat Rio koma, paling hanya membuat sakit berkepanjangan.

Hati-hati dan jauhilah perbuatan yang dapat membuat SKKB naik, yaitu perbuatan yang dapat menghasilkan karma buruk.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close