-->

Monday 7 November 2016

Menelusuri Jalan Spiritual (Bagian Ketiga)

JALAN SPIRITUAL


l. Tujuan dan Motivasi Laku Spiritual 

Yang saya maksud jalan spiritual adalah perjalanan laku spiritual. Sebagian besar orang menjalani laku spiritual dengan tujuan untuk memperoleh kemampuan menyembuhkan penyakit, untuk
meramal, melihat gaib, dialog dengan gaib, mempunyai kesaktian, dan lain-lain. Kalau tujuan laku spiritual seperti ini, maka dia akan menjadi paranormal atau dukun. Bukan menjadi spiritualis.


Tujuan dan motivasi laku spiritual yang benar adalah untuk membersihkan pikiran dan hati nurani serta mensucikan rohani, agar kualitas rohnya dapat memiliki kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan strata rohnya atau tingkat rohnya menjadi lebih tinggi.

Untuk mencapai semua ini, perlu terlebih dulu memahami bahwa hidup ini untuk apa? Dan harus bagaimana?

l. Untuk orang yang rohnya belum mempunyai "strata langit" atau tingkat langit". Hidup adalah untuk mengelola karma agar raport perjalanan hidupnya "biru" dan skala kadar karma buruk (SKKB)-nya rendah atau nol, supaya orang dapat memutus lingkaran reinkarnasi dan rohnya dapat mencapai strata langit.

2. Untuk orang yang rohnya telah mempunyai strata langit, hidup adalah untuk menjalankan misi dari Tuhan Yang Maha Kuasa atau misi dari "langit" dan agar dapat berhasil menjalankan tugasnya, agar rohnya memperoleh kenaikan tingkat.

Bagaimana cara mencapainya?

l. Untuk yang rohnya belum mempunyai strata langit, perlu memperbaiki raport perjalanan hidupnya agar memperoleh nilai tinggi, untuk laku, amal dan ibadah. Kemudian SKKB harus diturunkan serendah mungkin (Baca buku pertama : Ibadah dari Vihara ke Vihara, sampul warna hijau, mengenai mengelola karma, raport perjalanan hidup dan SKKB) Ini berarti karma buruknya harus terbayar lunas dalam kehidupan ini, atau karma buruk yang tinggal sedikit dapat terbayar di alam arwah.

Untuk membayar lunas karma buruk ini tidak mudah, sebab sifat manusia cenderung menghindari dan lari menjauhi rasa sakit dan penderitaan.

Laku spiritual adalah untuk membersihkan pikiran dan rohani dari semua kotoran atau racun duniawi, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan rohani.

Untuk mencapai kebersihan pikiran dan rohani, harus berani sakit dan menderita. Hal ini merupakan perjalanan yang sulit dan berat. Harus mempunyai tekat yang kuat, mempunyai keluhuran dan kebersihan hati nurani, serta iman dan ketakwaan yang kuat baru dapat berhasil.

Jadi intinya adalah harus berani dan tahan terhadap sakit dan penderitaan baru dapat mencapainya.

Sang Hyang Budha mengatakan bahwa hidup adalah penderitaan. Dan guru roh saya mengatakan : "Dalam menjalani hidup jangan takut menderita, sebab penderitaan akan meringankan dan melancarkan perjalananmu kelak.

2. Untuk yang rohnya telah mempunyai strata langit, untuk dapat menjalankan misinya, maka perlu mempunyai guru roh sebagai pembimbing. Perlu mempunyai fondasi ekonomi untuk menopang kebutuhan hidup dan juga mempunyai fondasi spiritual untuk membentuk wadah spiritual, baru kemudian mengisi wadah spiritual dengan berkah dan bekal spiritual yang diperoleh dari para guru roh. Untuk digunakan menjalankan misinya.Tanpa bimbingan guru roh, sangat sulit untuk dapat berhasil menjalankan misinya.

Bagaimana cara membangun fondasi spiritual, wadah spiritual dan memperoleh bekal spiritual.?

Fondasi spiritual ditentukan oleh raport perjalanan hidup, wadah spiritual ditentukan oleh SKKB. Berkah dan bekal spiritual ditentukan oleh perjalanan spiritual dan laku spiritual dibawah bimbmgan guru roh.

Apa misi yang diberikan oleh Tuhan, berkah dan bekal apa saja yang dibutuhkan dan kepada siapa berkah dan bekal itu dapat diperoleh, serta bagaimana cara mendapatkannya?

Semuanya ini tidak ada guru manusia yang dapat mengetahuinya. Hanya guru roh yang dapat mengetahuinya dan membimbing untuk dapat memperolehnya.

Jadi motivasi laku spiritual yang benar adalah :

l. Untuk memutuskan lingkaran reinkarnasi seperti ajaran dalam Budhisme.

2. Untuk dapat berhasil menjalankan misi dari langit, agar dapat menaikan strata roh.

Tujuan dan motivasi laku spiritual bukan untuk memperoleh kesaktian dan hal duniawi. Seperti kekebalan, derajat keagungan, rejeki berlimpah, hidup senang dan panjang umur dan lain-lain. Bukan seperti itu, menjalani laku spiritual bukan untuk main-main dan kesenangan, melainkan suatu perjalanan yang berat penuh penderitaan untuk mencapai pencerahan dan abadi.


2. Fondasi Ekonomi dan Fondasi Spiritual

Guru roh saya menjelaskan bahwa seorang pelaku spiritual perlu mempunyai fondasi ekonomi terlebih dahulu. artinya pelaku spiritual perlu mempunyai sumber dana untuk biaya kebutuhan hidupnya dan mempunyai waktu untuk melakukan ibadah.

Kesemua ini bukan berarti orang harus kaya dulu baru baik untuk menjalankan laku spiritual, bukan seperti itu.Sumber dana untuk biaya hidup dapat berupa gaji yang cukup dari bekerja, hasil usaha, uang pensiun atau pemberian dari anak, dan lain-lain.

Kemudian perlu punya waktu luang untuk melakukan ibadah, berdoa, meditasi, dan lain-lain. Sebab walaupun sumber dana biaya hidup sudah cukup kalau untuk memperolehnya sudah menyita seluruh waktunya sehingga tidak ada waktu luang untuk melakukan ibadah, berdoa dan meditasi, hasilnya pasti nol besar. Begitu juga kalau waktunya cukup tapi kebutuhan biaya hidup tidak mencukupi, maka pikirannya akan selalu tertuju dan tergoda oleh rejeki dan materi.

Beberapa orang menyatakan kepada saya, bahwa dia belum mau atau belum berani menjalani laku spiritual sebab dia masih butuh mencari uang, masih menjalankan usaha , dan lain-lain. Yang artinya masih bergulat dengan dunia materi atau bisnis. Tentunya pemikiran seperti ini tidak tepat. Jangan menjadi pengangguran dulu baru mau menjalani laku spiritual. Sebab tanpa fondasi ekonomi yang baik, seorang pelaku spiritual akan mudah sekali terpeleset atau jatuh ke jalur/jalan yang sesat.

Jangan meletakkan fondasi ekonomi di atas fondasi spiritual, sebab hal ini akan membawa seorang pelaku spiritual ke jalur perdukunan.

Seorang pelaku spiritual perlu mempunyai fondasi spiritual yang baik dan kuat. Tanpa fondasi spiritual, wadah spiritual susah dibangun. Fondasi spiritual ditentukan oleh raport perjalanan hidup seseorang, raport ini hanya terdiri dari 3 komponen, yaitu laku baik, amal baik dan ibadah baik

Mengenai raport perjalanan hidup telah saya tulis dalam buku : Ibadah dari Vihara ke Vihara, sampul warna hijau.

Karena fondasi spiritual ditentukan oleh raport perjalanan hidup, maka perlu untuk berusaha membuat raportnya biru, selama raport tersebut masih merah, apalagi kalau merah-nya angka mati. Maka fondasi spiritual tersebut belum dapat dibangun secara baik dan kuat.

Faktor utama untuk dapat meningkatkan nilai raport adalah belas kasih pada diri seseorang. Orang baru dapat memiliki nilai tinggi "laku baik" kalau dia memiliki rasa belas kasih, juga seseorang baru dapat memiliki nilai tinggi "amal baik" kalau dia memiliki rasa belas kasih, begitu juga ibadah yang baik baru dapat diperoleh kalau hati nuraninya bersih dari nafsu jahat, atau dengan kata lain hati nuraninya penuh rasa belas kasih.

Jadi belas kasih atau cinta kasih adalah inti dari fondasi spiritual. Fondasi spiritual ini baru dapat dibangun dengan baik dan kuat kalau diletakkan di atas fondasi ekonomi yang baik. Karena dengan fondasi ekonomi yang baik, seseorang tidak akan terganggu dan direcoki oleh urusan sarana kebutuhan hidup atau urusan materi. Urusan materi dapat menghambat perjalanan laku spiritual.


3. Wadah Spiritual dan Bekal Spiritual 

Wadah spiritual adalah wadah gaib yang ada pada diri seorang pelaku spiritual untuk dapat menerima dan menampung berkah dan bekal spiritual dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Seorang pelaku spiritual perlu mempunyai wadah spiritual ini, tanpa wadah ini dia tidak dapat menerima apalagi menampung berkah dan bekal yang diperoleh dari laku spiritualnya.

Wadah spiritual ini dibangun dan didudukkan diatas fondasi spiritual. Tanpa fondasi spiritual yang baik dan kuat, wadah spiritual ini akan mudah goyah dan terguling. Kapasitas atau besarnya wadah spiritual ini di tentukan oleh besarnya kadar karma buruk yang masih ada pada diri seseorang, yang saya singkat dengan istilah SKKB, Skala Kadar Karma Buruk. Mempunyai skala dari 0 sampai dengan 99.

Makin kecil SKKB seseorang, makin besar wadah spiritual yang dapat dibentuk. Oleh karena itu seorang pelaku spiritual perlu untuk berusaha menurunkan SKKB nya sampai serendah mungkin.

SKKB 50 adalah batas maximum bagi pelaku spiritual dapat menjalankan laku spiritualnya dengan baik di bawah bimbingan guru roh. Di atas 50, perjalanan spirituahiya akan sangat berat dan penuh penderitaan untuk menurunkan agar SKKBnya menjadi 50 atau lebih rendah lagi.

SKKB 30 adalah batas maximum bagi pelaku spiritual untuk dapat mulai membangun wadah spiritualnya. Oleh karena itu target pertama guru roh dalam membimbing manusia menjalani laku spiritual adalah menurunkan SKKB dari 50 menjadi 30, agar wadah spiritual mulai dapat dibangun untuk kemudian dapat diisi dengan bekal spiritual yang dibutuhkan.

Penurunan SKKB dari 50 ke 30 ini cukup berat dan tidak mudah, apalagi kalau lebih dari 50 dan harus diturunkan sampai 30. Saya benar-benar tidak menganjurkan seseorang dengan SKKB diatas 50 menjalani laku spiritual dibimbing guru roh.

Bagaimana cara menurunkan SKKB? Mengelola karma dibawah bimbingan guru roh.

Karma buruk adalah hasil perbuatan seseorang yang menyebabkan mahluk lain menderita. Karma buruk ini perlu dibayar dan harus dibayar.

Membayarnya dengan mengalami penderitaan. Yang penting adalah jangan sampai dalam penderitaan untuk membayar karma buruk ini menyebabkan mahluk lain ikut menderita. Sebab ini berarti membayar yang lama membuat yang baru, hasihiya nol. SKKB nya tetap saja tidak turun.

Maka perlu untuk dapat mengelola karma dengan baik dan benar di bawah bimbingan guru roh. Mengapa perlu bimbingan guru roh? Hanya guru roh yang dapat mengatur jadwal datang dan berbuahnya karma buruk manusia bimbingannya.

Disaat manusia yang dibimbingnya sedang lemah, diatur agar karma buruk yang kecil saja yang datang, disaat sedang kuat, didatangkan karma buruk yang besar untuk dibayar. Sehingga manusia yang dibimbingnya tidak terlalu berat menjalaninya.

Yang perlu selalu diingat adalah di saat membayar yang lama, jangan membuat yang baru. Walaupun guru roh telah memberikan bimbingan, tetapi sisi bebas manusia tidak dapat dijangkau oleh guru roh Jadi perlu kepatuhan terhadap bimbingan yang diberikan oleh guru roh.

Setelah wadah spiritual dapat dibangun dan dibentuk, perlu diisi dengan berkah dan bekal spiritual untuk digunakan sebagai bekal perjalanan spiritual menuju jenjang yang lebih tinggi. Apa saja berkah dan bekal yang dibutuhkan? Dari siapa dan darimana memperolehnya? Bagaimana cara memperolehnya? Semua ini hanya guru roh yang dapat memberikan petunjuk dan membimbingnya.


4. Tahap-tahap Laku Spiritual

Menempuh perjalanan spiritual seperti menempuh jenjang pendidikan. Semuanya dilakukan secara bertahap atau bertingkat. Ada tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat perguruan tinggi dan seterusnya.

Begitu juga dalam menempuh perjalanan spiritual harus dilakukan secara bertahap, satu persatu dan tidak boleh melompat-lompat, harus sesuai dengan program dan prosesnya masing-masing.

Modal utamanya adalah kesabaran, ketekunan, kesujudan dan terima sepengasihnya. Jangan membuat target dan inisiatif sendiri, sebab alam spiritual adalah alam gaib yang hanya dapat dijangkau secara samar-samar saja.

Tahap pertama adalah Pendekatan Roh, Tuhan Yang Maha Kuasa adalah roh dan alam spiritual adalah alam roh. Jadi untuk memasuki alam roh dan mendekatkan diri ke Tuhan Yang Maha Kuasa hanya dapat dilakukan oleh roh, bukan oleh pikiran dan jasmani.

Pendekatan roh dapat diartikan mendekatkan roh seseorang kepada Tuhan, tetapi juga dapat diartikan mendekatkan roh manusia kepada guru rohnya. Sangat langka roh manusia dapat menjangkau Tuhan. Dalam tulisan pendekatan roh, saya tujukan kepada pendekatan roh seseorang kepada guru rohnya, yaitu orang yang sudah mempunyai guru roh.

Karena pendekatan ini adalah pendekatan roh, maka peranan roh sangat diperlukan. Ini berarti roh perlu dibangunkan terlebih dahulu, dan dapat dilakukan dengan cara setiap hari meluangkan waktu sedikitnya 10 menit untuk melakukan meditasi dan berdoa kepada guru roh. Kalau konsentrasi dan meditasinya sudah mantap dan lancar, waktunya dapat diperpanjang sampai l jam.

Tahap kedua adalah membangunkan roh. Kalau tahap pendekatan roh telah dilakukan dengan tekun, sampai satu saat roh seseorang akan dibangunkan. Hal ini ditandai dengan suatu gerakan, biasanya tangan yang digerakan. Gerakan tangan ini diluar kehendak kita, bergerak sendiri dari gerakan perlahan sampai gerakan yang cepat dan kuat. Gerakan tangan ini digerakan oleh roh kita sendiri, bukan oleh pikiran kita, dan juga bukan oleh guru roh kita.

Perkembangan selanjutnya, gerakan ini mulai mempunyai makna atau arti dan petunjuk, untuk memberitahukan kita apa yang sedang dibenahi dan dikehendaki oleh guru roh. 

Sampai disini seseorang sudah memasuki tahap ketiga, yaitu terjadinya kontak batin dengan guru roh.

Setelah tahap kontak batin ini dapat berjalan dengan lancar dan mantap. Semua gerakan tangan dapat dimengerti dan dipahami makna dan artinya melalui "roso" (bukan perasaan), maka perkembangan selanjutnya adalah memasuki tahap ke-empat, komunikasi dengan guru roh.

Agar komunikasi dengan guru roh melalui "roso" ini tidak tercampur dengan perasaan yang bersifat jasmani, maka petunjuk melalui gerakan tangan sering masih diperlukan.

Tahap selanjutnya adalah tahap ke-lima, bimbingan guru roh. Tahap awal dari bimbingan guru roh adalah membenahi jasmani dan rohani manusia. Dibersihkan dan dikuatkan unsur-unsur jasmani dan rohaninya. Kelima tahap awal ini perlu dijalani secara berurutan tidak boleh lompat-lompat atau secara berbarengan/sekaligus.

Tahap komunikasi dengan guru roh adalah tahap yang penting sekali untuk dicapai. Tanpa kemampuan komunikasi dengan guru, bimbingan guru belum dapat dilakukan.Keempat tahap awal dari laku spiritual ini adalah untuk dapat mencapai kemampuan komunikasi dengan guru roh, bukan komunikasi dengan mahluk gaib yang lain.

Karena peranan roh sangat dominan atau menonjol, maka bimbingan atau petunjuk dapat datang dari roh kita sendiri, bukan dari guru roh. Hal ini perlu diwaspadai dan selalu hati-hati dan teliti untuk menyikapinya. Sebab kemampuan roh kita jauh dibawah guru roh. Semua petunjuk sebaiknya dilakukan recheck.

Lambat dan cepatnya seseorang mampu mencapai setiap tahapnya tergantung pribadi masing-masing. Seperti aset kemampuan yang dapat dibawa dari kehidupan lalunya atau reinkarnasi masa lalunya, pembacaan mantra, pernah melakukan pelatihan meditasi atau pernah belajar ilmu spiritual sebelum mempunyai guru roh.

Yang baik untuk diketahui adalah bahwa "yang cepat" belum tentu baik dan menguntungkan. Cepat memperoleh kemampuan dan tidak diikuti peningkatan pemahaman spiritual akan berakibat buruk, bisa melenceng, terbentur-bentur dan menyakitkan.

Dan "yang lambat" belum tentu salah dan rugi, sering kali malahan lebih baik dan lebih aman. Umumnya yang lambat memperoleh kemampuan disebabkan menunggu pondasi spiritual dan pemahaman spiritualnya kuat dan mantap, baru diikuti kemampuan yang meningkat. Bukan sebaliknya, kemampuan meningkat dulu, baru diikuti pemahamannya. 

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close