-->

Monday 14 November 2016

Mengintip Perjalanan Arwah (Bagian Kelima)

BAB V : RITUAL ARWAH


1. Upacara Sembahyang Arwah

Banyak upacara kebudayaan tradisional dari banyak aliran kepercayaan telah dikenal dan dilakukan untuk mengiringi upacara duka atau upacara kematian. Seperti slametan untuk arwah, misa arwah, kebaktian dan doa untuk mengiringi perjalanan arwah.

Kesemuanya itu dengan tujuan menghibur arwah, untuk mengarahkan dan memandu arwah supaya tidak salah jalan, untuk menolong dan melindungi arwah dari gangguan arwah lain dan gaib yang jahat, juga untuk mendoakan arwah supaya mendapat bimbingan dari para roh suci, para dewa dan para malaikat untuk melancarkan perjalanan arwahnya. Juga ada unsur untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan.

Sering dalam menghadiri ritual untuk arwah seperti yang saya sebutkan tadi, saya melihat banyak upacara ritual yang “kosong”, artinya ritual yang dilakukan tidak menghasilkan kekuatan spiritual yang dapat menolong sang arwah, seperti yang diharapkan dari tujuan upacara ritual untuk arwah tadi.

Mengapa dapat begitu? Sebab dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut logika dan fakta, maka upacara ritual untuk arwah jauh dari fakta. Faktanya mana kalau upacara ritual-arwah dapat menolong dan dibutuhkan oleh arwah? Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan bukti atau membuktikan.

Oleh karena itu, upacara ritual arwah banyak dilakukan hanya untuk memenuhi syarat-syarat ritual kematian yang sudah lama diikuti, supaya tidak menjadi omongan orang banyak.

Walaupun begitu, saya juga pernah melihat upacara ritual untuk arwah yang “berisi”, artinya benar-benar mempunyai kekuatan spiritual untuk menolong, melindungi dan membimbing arwah dalam menempuh perjalanan arwahnya.

Ritual untuk arwah yang “berisi" sangat berguna dan dibutuhkan oleh arwah . Oleh sebab itu carilah orang yang benar-benar mempunyai kemampuan spiritual untuk melakukan upacara ritual arwah. Supaya upacara ritualnya benar-benar “berisi”. 

Bagaimana anda dapat mengetahui, siapa orang yang mempunyai kemampuan spiritual yang dapat memimpin upacara ritual arwah agar “berisi”? Yang paling gampang dan praktis adalah tanya kepada roh suci dan dewa di altar Vihara/ Klenteng Tri Dharma dengan mempergunakan sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B, atau si C yang dipilih oleh dewa di altar untuk anda pilih memimpin upacara ritual.


Dibawah ini adalah beberapa vihara / kelenteng tri dharma yang dapat dipakai untuk menanyakan : 


1.   Vihara Dewi Kwan im - ching tek yen, petak sembilan - jakarta

2.   Vihara Dewa Kwan Kong - Gg lamceng, perniagaan - jakarta

3.   Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee - Jl angke indah-jakarta

4.   Vihara Dewa Hok Tek Ceng Sin - Jl dr. satrio,karet - jakarta.

5.   Vihara Dewi Kwan Im - pasar lama - tanggerang.

6.   Vihara Dewi Kwan Im - banten lama - serang.

7.   Vihara Dewa Hok Tek Ceng Sin - plered - cirebon.

8.   Vihara Dewi Kwan Im - kantor BAT - cirebon.

9.   Vihara Dewi Kwan Im - Gg lombok - semarang.

10. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee - granjen - semarang.

11. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee - welahan - dekat kudus.

12. Vihara Dewa Kwan Kong - tuban - jawa timur.

13. Vihara Dewi Thian sang seng bo - lasem - rembang.

14. Vihara Dewa Hian tian siang tee - jalan jagalan - surabaya.

15. Vihara Dewi Kwan Im - kanjeran - surabaya.

16. Vihara Dewa Kong Tek Cun Ong - Gudo - jombang.

17. Vihara Dewa Kwan Kong - jl.kelenteng- bandung.

18. Vihara Dewa Hian Tian Siang Tee - cilacap.

19. Vihara Dewi Kwan Im - pasar gede- solo

20. Vihara Dewi Kwan Im - pamekasan - madura.


2. Mengirim “Rumah” Untuk Arwah

Banyak umat Khong Hu Cu dan Tao-Is yang masih mengikuti kebudayaan tradisionalnya mengadakan upacara pengiriman "rumah " atau apa saja yang sifatnya keduniawian kepada arwah keluarganya yang meninggal. Seperti rumah beserta perlengkapannya, mobil, uang bahkan ada gunung emas dan gunung perak segala. Tentu semuanya ini terbuat dari kertas yang kemudian dibakar dengan suatu upacara ritual agar benda-benda tersebut dapat berwujud dan memasuki dimensi gaib kemudian dapat diterima oleh arwah almarhum.

Apakah benar upacara ritual seperti ini benar-benar berguna untuk arwah?

Dari pengamatan yang saya lakukan bersama istri saya, ritual seperti ini ada gunanya dan manfaatnya untuk arwah, selama arwah tersebut masih ada di alam transisi atau alam arwah gentayangan. Dengan syarat bahwa upacara ritual ini dilakukan oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut, kalau tidak, maka semua yang dikirimkan itu tidak mampu menembus alam transisi arwah, sehingga tidak sampai dan tidak dapat diterima oleh arwah. Jadi mubasir saja.

Untuk mengetahui siapa orang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin upacara ritual pengiriman rumah, dan lain-lain untuk arwah, anda dapat memohon pertolongan para roh suci dan para dewa di altar Vihara Tri Dharma dengan memakai sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B atau si C yang ditunjuk oleh dewa di altar, untuk memimpin upacara ritual tersebut.

Dari pengalaman saya, waktu ibu saya meninggal, kami sekeluarga melakukan pengiriman rumah untuk arwah ibu. Kami pesankan rumah-rumahan dari triplek dengan perlengkapan yang disenangi oleh ibu saya waktu hidupnya, ada taman, ada banyak ayam piaraan dan lain-lain. Rumah dengan semua perlengkapan ini saya kirimkan pada malam sebelum esok harinya dimakamkan. Setelah saya dan istri menyalurkan kekuatan spiritual kedalam rumah-rumahan ini untuk diwujudkan ke alam transisi arwah, saya melihat arwah ibu saya langsung memasuki “rumah” tersebut dan tidak keluar-keluar lagi sampai keesokan harinya. Saya melihat arwah ibu saya begitu senang dengan rumah yang kami kirimkan.

Arwah ibu saya tidak lama tinggal di rumah ini, setelah tiba waktunya untuk naik dan memasuki alam arwah, maka semuanya harus ditinggalkan, tidak ada satu barangpun yang dapat dibawa “naik”. Hal ini sangat menyusahkan dan sangat mengecewakan hati arwah ibu saya. Berkali-kali kunjugan ibu ke rumah saya, berkali-kali pula meminta supaya saya menolong ibu dapat tinggal kembali ke rumahnya yang lama, rumah yang dulu kami kirimkan untuk arwah ibu. Tapi permintaan arwah ibu saya tidak mungkin dapat dipenuhi.

Dari pengalaman ini, saya menyarankan kalau anda yang ingin mengirimkan “rumah” dan lain-lain untuk arwah almarhum keluarga anda, kirimkanlah yang sederhana saja, jangan yang mewah dan mahal, sebab yang mewah akan membuat arwah terikat pada “rumah” mewah itu, dan akan sangat kecewa dan menderita pada saat nanti harus meninggalkan semuanya. Dan yang mahal, anda harus keluar banyak uang untuk “rumah” yang akan menyusahkan arwah almarhum.

Sayangnya banyak ritual pengiriman “rumah” untuk almarhum ini sudah diikuti oleh prestise atau gengsi keluarga. Keluarga-keluarga kaya dan terpandang merasa gengsi dan prestise keluarga akan turun di mata lingkungannya kalau untuk almarhum keluarganya hanya dikirimkan rumah yang sederhana saja atau yang murahan. Atau nanti dianggap kurang berbakti kepada almarhum orang tuanya. Apa lagi kalau orang tuanya meninggalkan warisan dan perusahaan besar.

Untuk mengatasi masalah yang terakhir ini, saya sarankan agar anda mengirimkan “rumah” yang mewah tetapi “kosong”, artinya ”rumah“ tersebut tidak dapat terwujud di alam gaib dan tidak sampai ke arwah almarhum. Kemudian mengirimkan “rumah“ yang sederhana tetapi “berisi” yang perlu dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut.

Mengirimkan rumah dan segala barang yang sifatnya duniawi ini hanya berguna untuk arwah yang masih belum naik. Untuk arwah yang sudah naik, semuanya tidak ada gunanya untuk arwah.

Ritual mengirim “rumah“ ini hanya ada di dalam kebudayaan traditioanal umat Khong Hu Cu dan Tao-Is. Apakah ini berarti di alam arwah gentayangan yang punya “rumah pribadi” hanya arwah dari umat ini? Memang benar. Akan tetapi ini tidak berarti arwah dari umat aliran lain terlunta-lunta dan tidak punya tempat tinggal. Tidak.

Di alam arwah gentayangan atau di alam transisi atau alam peralihan ini, ada tempat penampungan berupa bangsal besar. Di tempat inilah para arwah dari aliran kepercayaan lain ditampung dan diurusi, dengan syarat bahwa upacara ritual untuk arwah dan ritual pemakamannya dipimpin oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk mengantarkan arwah almarhum sampai ke bangsal penampungan atau bangsal penantian.

Yang saya tahu ada beberapa daerah terutama di daerah Jawa Timur, masih banyak yang mengikuti upacara pembakaran “rumah-rumahan” atau pengiriman “rumah” untuk arwah almarhum dilakukan pada hari peringatan satu tahun meninggalnya almarhum. Hal ini tentu kurang tepat sasaran, sebab banyak arwah yang sudah “naik” sebelum setahun setelah meninggal. Dan hal ini juga membuat arwah harus gelandangan tidak punya tempat tinggal selama satu tahun dulu, baru dapat rumah-kiriman. Jadi sebaiknya “rumah” dikirim sesaat sebelum upacara pemakaman atau kremasi.

Bagaimana dengan barang-barang lain seperti pengiriman “uang”, mobil, gunung mas, dan lain-lain? Kalau dikirim secara benar, barang-barang ini dapat terwujud di alam arwah gentayangan. Hanya semuanya tidak dapat dipakai di sana. Ini semua hanya membuat arwah senang, merasa nyaman dan bahagia sebab punya uang, punya mobil, bahkan gunung mas. Barang-barang yang sangat didambakan dalam hidupnya. Semua barang ini tidak dapat dipakai di alam arwah, hanya dapat dipakai untuk menghibur diri saja. “Uang” tidak berguna di alam arwah gentayangan, sebab disana tidak ada arwah yang jualan, tidak ada yang dibeli.


3. Meja Abu Sembahyang

Khong Hu Cu mengajarkan agar anak berbakti dan menghormati orang tuanya, bukan hanya waktu orang tuanya masih hidup, tetapi juga setelah orang tuanya meninggal. Untuk itu, umat Khong Hu Cu mewujudkannya dengan mendirikan atau mengadakan meja abu leluhur untuk disembahyangi.

Yang saya maksud abu leluhur disini adalah abu hio atau abu dupa sembahyang, bukan abu kremasi jenazah. Abu kremasi jangan dibawa masuk ke rumah, sebab abu kremasi membawa aura Yin atau aura negatif yang sangat merugikan, sangat tidak baik untuk yang tinggal dirumah itu.

Apakah meja abu sembahyang berguna untuk arwah? Untuk arwah orang yang baru meninggal sangat berguna untuk berlindung dan menghibur arwah, sebab keberadaannya masih diakui dan diingat oleh keluarganya, juga untuk arwah yang belum “naik” dan tidak punya “rumah” karena tidak dikirimi rumah atau kirimannya tidak sampai. Keberadaan meja abu sembahyang ada gunanya untuk arwah, yaitu untuk pos istirahat dari pergi gentayangannya.

Akan tetapi perlu saya ingatkan, jangan sekali-kali meminta kepada arwah almarhum untuk tetap tinggal di altar meja abu sembahyang, dan tidak pergi kemana-mana. Sebab begitu sang arwah setuju dan mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia akan terikat di meja abu sembahyang tersebut untuk waktu yang lama sekali. Ini berarti dia tidak dapat memulai perjalanan arwahnya, yang juga berarti menghukum arwah tersebut.

Apakah meja abu sembahyang masih berguna kalau arwahnya sudah naik? Kalau arwah sudah naik dan sudah memulai perjalanan arwahnya, meja abu sembahyang sudah tidak ada gunanya bagi arwah. Tetapi masih berguna untuk keluarga dan generasi yang akan datang, yaitu untuk mengenang keberadaan para leluhur keluarga dan mempertahankan garis silsilah keluarga. Jadi sifatnya monumental.

Berjalannya waktu membuat perubahan pola hidup masyarakat, juga perubahan umat beragama. Banyak keluarga yang dulunya menganut agama Khong Hu Cu dan Tao-is, anak-anaknya sekarang sudah pindah mengikuti agama lain. 

Dampak yang saya temukan, banyak orang tua yang khawatir kalau nanti dia meninggal tidak ada yang menyembahyangi dan menjadi kelaparan, karena anak-anaknya atau suami/istrinya sudah pindah agama dan tidak lagi mengadakan ritual-arwah. Juga ada yang merasa risau dan takut kalau nanti dia meninggal, dia akan begitu saja dilupakan oleh anak-anak, istri atau suaminya sebab sudah pindah agama. Dia khawatir dihilangkan begitu saja seperti “dari debu kembali ke debu”. Semuanya hilang tanpa bekas.

Kekhawatiran dan ketakutan seperti ini manusiawi sekali, sebab masih terikat oleh kebenaran materi. Kalau nanti dia sudah meninggal dan memulai perjalanan arwahnya, maka semua yang dulu dikhawatirkan dan ditakuti tidak akan pernah terjadi dan tidak pernah dialami.


4. Sembahyang Arwah

Setelah seseorang meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan umumnya masih ingin mempertahankan keberadaan almarhum. Hal ini diwujudkan dengan mengadakan sembahyang untuk arwah almarhum.

Dikenal beberapa macam sembahyang untuk arwah, seperti :

 - Sembahyang hari ulang tahun meninggalnya (sembahyang Cok-Kie)
 - Sembahyang Sin-Cia (sembahyang sehari sebelum Tahun Baru Imlek)
 - Sembahyang Ceng-Beng (sembahyang bersih kuburan)
 - Sembahyang Cio-Ko (sembahyang Jit-Gwee)
 - Sembahyang Ce-It & Cap–Go (sembahyang setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek)

Apakah banyak macam sembahyang untuk arwah ini memang ada gunanya untuk arwah? Dan apakah manfaatnya untuk keluarga yang ditinggalkan?

Bagi arwah yang belum naik dan masih berada di alam arwah gentayangan, semua sembahyang ini ada gunanya untuk arwah. Mempunyai sifat menghibur, keberadaannya masih diingat, dapat menikmati sajian yang disediakan. Kesemuanya ini membuat arwah menjadi terhibur dan senang.

Untuk arwah yang sudah “naik”, tidak semua sembahyang ini berguna untuk arwah. Sebab untuk ”turun” menghadiri sembahyang yang diadakan oleh keluarganya diperlukan ijin” turun”, dan itu tidak mudah. Tidak mudah untuk sering kali mendapat “ijin” turun. Yang sering diijinkan turun adalah untuk menghadiri sembahyang Cok-Kie atau sembahyang Ulang Tahun hari meninggalnya almarhum, dan sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang bersih kuburan.

Manfaat untuk keluarga yang mengadakan sembahyang adalah baktinya kepada orang tua akan mendapat pahala berupa karma baik. Manfaat lain dari mengadakan sembahyang Cok-kie, Ceng-Beng dan Sin-Cia adalah merupakan reuni keluarga besar. Setelah selesai ritual sembahyang, makan bersama dari sajian besar bekas sembahyang. Seperti pada upacara slametan dari kebudayaan tradisional Jawa. Semua dapat mendekatkan dan mempererat ikatan keluarga besar sampai ke generasi penerusnya.

Sembahyang Ceng-Beng

Sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang yang diadakan pada hari Ceng-Beng adalah ritual yang saya anggap “aneh” dibanding sembahyang yang lain. Hari Ceng-Beng tidak menggunakan kalender Imlek, melainkan memakai kalender atau penanggalan Masehi, yaitu setiap tanggal 5 April. Sehingga upacara Ceng-Beng ini selalu berubah menurut penanggalan Imlek. Sedangkan upacara sembahyang lainnya mempergunakan kalender Imlek.

Pada hari Ceng-Beng ini umat Khong Hu Cu dan Tao-is mengadakan bersih kuburan keluarganya dan mengadakan upacara sembahyang Ceng-Beng. Seperti acara bersih kuburan yang dilakukan umat muslim menjelang hari puasa dan hari lebaran.

Sembahyang Cio-Ko

Sembahyang Cio-Ko diadakan setiap bulan 7 Imlek, sehingga ada yang menyebut sembahyang Cit-Gwee dan juga ada yang menamakan sembahyang rebutan. Sembahyang ini ditujukan untuk memberi sajian makanan kepada arwah yang masih gentayangan. Malahan ada yang mengatakan bahwa bulan Cit-Gwee atau bulan 7 Imlek ini, para arwah atau setan kelaparan dilepaskan untuk berebut makanan pada upacara-upacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan diberbagai Vihara atau Klenteng Tri Dharma. Sehingga banyak orang yang percaya bulan Cik-Gwee tidak baik untuk melakukan hal-hal yang penting seperti pindah rumah, membuka usaha baru, melakukan pernikahan, dan lain-lain.

Apakah benar bulan Cit-Gwee begitu sakral atau menyeramkan? 

Menyeramkan sebab anggapan bahwa bulan itu semua setan kelaparan dilepaskan. Sebenarnya anggapan seperti itu tidak benar. Yang dikatakan setan kelaparan dilepas itu tidak ada. Kalau yang dimaksud setan kelaparan adalah arwah “kelaparan” itu memang ada, tapi kalau arwah kelaparan itu dilepas, dilepas dari apa dan dari mana? Ini tidak ada. Yang ada adalah para arwah “kelaparan” itu pada bulan Cit-Gwee diundang makan diupacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan di berbagai Vihara Tri Dharma. Mereka jumlahnya banyak sehingga harus berebutan, sehingga disebut sembahyang rebutan.

Akan tetapi pada upacara sembahyang rebutan ini, yang berebut bukan hanya arwah ”kelaparan”, tetapi juga manusia yang menonton atau penonton upacara ini ikut rebutan barang-barang yang disajikan dalam upacara sembahyang ini. Jadilah tontonan yang menarik banyak pengunjung.

Hari sembahyang Cio-Ko juga digunakan banyak umat Tri Dharma untuk beramal, untuk bakti sosial membantu dan menolong kaum miskin dengan memberi bahan kebutuhan hidup. Jadi lebih sesuai kalau disebut bulan BERAMAL. Beramal untuk arwah gentayangan juga beramal untuk kaum miskin.

Untuk arwah yang sudah naik dan sudah mulai perjalanan arwahnya, tidak ada yang boleh ikut upacara Cio-Ko ini. Bagi arwah yang belum naik, yang masih dialam arwah gentayangan, yang oleh keluarganya masih disembahyangi Ce-It dan Cap–Go, dia tidak mau ikut-ikutan berebut di sembahyang rebutan ini.

Sajian sembahyang

Setiap kali saya mengadakan sembahyang sin-cia, sembahyang untuk arwah leluhur orang tua yang diadakan siang hari, sehari sebelum tahun baru imlek. dalam upacara sembahyang sin-cia ini saya mengundang banyak sekali arwah leluhur dari garis silsilah saya dan garis silsilah istri. sehingga yang dapat hadir sekitar 30-an arwah.

Pada awalnya sebelum saya tahu, kami berdua menyediakan hidangan 30-an mangkuk kecil nasi, minuman juga 30-an cangkir, ditambah masakan, sayuran,buah,kue dan lain-lain., sehingga perlu meja besar untuk menghidangkan semuanya ini. beberapa kali kami menyediakan hidangan besar seperti ini, sampai suatu saat guru roh kami memberitahu bahwa hidangan besar seperti itu berlebihan dan tidak diperlukan.

Hidangan cukup 3 mangkok nasi putih
3 cangkir air teh.
7 macam masakan.
7 macam kue.
Dan 3 macam buah, itu sudah lebih dari cukup.
Dan kesemuanya dalam porsi kecil saja. Hidangan seperti ini sudah cukup untuk menjamu 100 arwah.

Dari dialog yang saya lakukan dengan para arwah yang hadir, saya tahu hidangan yang disenangi oleh mereka adalah makanan kegemaran mereka waktu masih hidup. ini bukan berarti kalau makanan kegemaran mereka jumblahnya lebih dari 7 macam, anda tidak perlu mengadakan lebih dari 7 macam, cukup dengan 7 macam saja.

Apakah semua hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang dapat dinikmati oleh arwah? Tidak selalu.

Agar hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang arwah dapat dinikmati oleh arwah, anda perlu sembahyang dan berdoa ke Tuhan dulu, memohon ijin dan restu dari Tuhan untuk mengadakan upacara sembahyang yang anda persembahkan kepada arwah leluhur keluarga anda, dan memohon agar hidangan yang disajikan dapat dinikmati oleh para arwah yang hadir.

Waktu untuk upacara sembahyang umumnya hanya 1 jam, setelah selesai , bakarlah kertas sembahyang sebagai sarana penutupan  upacara sembahyang.

Untuk mengetahui apakah arwah leluhur yang anda undang datang atau tidak, apakah hidangan yang anda sajikan dapat dinikmati atau tidak, anda dapat menanyakan kepada para dewa dan roh suci di altar vihara tri dharma, agar kalau ada yang tidak sampai ke tujuan dapat diperbaiki atau dicarikan solusinya.

5. Arwah strata nirwana.

Waktu pak Irwan meninggal (kasus no 8), beberapa minggu kemudian keluarga pak Irwan ke rumah saya untuk menanyakan perjalanan arwah pak Irwan.

Saya memberitahukan bahwa arwah pak Irwan kurang dari 24jam setelah meninggal, sudah naik dan kembali ke alam nirwana. sebab pak Irwan rohnya strata nirwana.

Oleh karena itu, untuk pak Irwan sudah tidak diperlukan lagi segala upacara tradisional sembahyang arwah, seperti mengirim "rumah" dan lain-lain.

Waktu istri pak Irwan menceritakan hal ini kepada familli dan teman-teman dekatnya. Ada yang memberitahu istri pak Irwan bahwa nirwana tidaklah semudah itu dicapai, untuk dapat mencapai nirwana butuh waktu yang lama dan sulit.

Saya jelaskan kepada keluarga pak Irwan, yang dikatakan orang itu benar sekali, nirwana tdak mudah dicapai, bahkan amat sulit dicapai, juga butuh waktu yang lama sekali. itu benar sekali.

Akan tetapi orang yang mengatakan bahwa jangan percaya kalau arwah pak Irwan sudah mencapai di nirwana, itu tidak benar, dia belum tahu kalau pak Irwan sudah memiliki strata nirwana., rohnya memang beasal dari nirwana. Jadi begitu meninggal, rohnya segera kembali ke tempat asalnya, nirwana

Kalau seperti anda semua ini, yang belum mempunyai strata nirwana, teramat sulit dan butuh waktu ribuan tahun agar dapat mencapai strata nirwana seperti pak irwan" kata saya kepada keluarga pak irwan.

Agar tidak menjadi omongan negatif dari familli pak Irwan dan teman-teman dekatnya, lakukan saja upacara sembahyang arwah yang sudah menjadi kebiasaan dari kebudayaan tradisional. Cukup sederhana saja, tidak perlu yang mewah dan mahal, sebab semuanya itu tidak berguna sama sekali untuk pak Irwan almarhum.

Orang yang mempunyai roh berstrata nirwana artinya rohnya berasal dari alam tingkat nirwana. Pada saat dilahirkan tidak membawa karma buruk dan karma buruknya (SKKB) sama sengan nol. 

Konsekwensinya pada saat "pulang" maka karma nya juga harus kembali nol.

Mengenai roh berstrata "nirwana" atau berstrata "langit" ini akan saya tulis lebih panjang pada buku ke 5 berjudul "DIALOG DENGAN ALAM DEWA"

Semoga tulisan ini dalam buku ini dapat sedikit membantu menambah wawasan anda tentang cerita perjalanan arwah, hidup setelah mati. 


Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close