-->

Saturday 19 November 2016

Hidup Dalam Teropong Spiritual (Bagian Kedelapan)

BAB VIII. MEMILIH HARI BAIK


Hari baik banyak dibutuhkan orang, maka banyak orang perlu mencari dan memilih dengan tepat, benar dan baik bagi yang bersangkutan. Memilih hari baik untuk pernikahan, untuk pindah rumah, untuk buka toko dan usaha, untuk pemakaman, dll.

Banyak orang mencari dan memilih hari baik dengan cara perhitungan yang diambil dari buku, dari rumus yang tertulis di buku menurut adat kebudayaan tradisional masing-masing golongan. Sehingga hasilnya bisa beraneka ragam. Yang baik menurut perhitungan Tionghoa dapat berbeda dengan perhitungan Jawa. Kalau sudah begini mana yang dianggap benar, mana yang baik untuk digunakan?

Walaupun saya hanya memberikan konsultasi mengenai kesehatan non medis. Ada juga tamu yang menanyakan tentang hari baik. Yang mempunyai karunia Ilahi untuk mencari hari baik adalah istri saya, saya hanya membantu untuk re-check dan cross-check, agar tidak terjadi kesalahan.

Di samping mencari hari baik, istri saya juga mempunyai karunia Ilahi dalam melakukan upacara kwe-pang, upacara kias melepas burung, melindungi dan memagari rumah, memberi pengisian obat dengan prana.

Di dalam mencari hari baik, kami tidak mempergunakan metode rumus yang ada di buku, juga tidak memakai perhitungan apa pun. Kami hanya meminta data pribadi yang diperlukan, kemudian dengan data itu kami memohon kemurahan hati dan belas kasih dari guru roh kami untuk dapat memilihkan hari baik yang dibutuhkan oleh yang bersangkutan. Hasil yang kami dapat berasal dari para roh suci dan dewa dari tingkat Nirvana yang tinggi. Yang kadang berbeda dengan hasil perhitungan menurut buku.

Setiap kali ada tamu yang menanyakan hari baik, selalu kami tanyakan apakah dia sudah mendapat mandat dari keluarga untuk mencari dan menentukan hari baik. Kalau belum kami tidak mau mencarikan hari baik, sebab kalau hari baik yang kami berikan tidak digunakan, maka kami sudah tidak boleh bertanya lagi mengenai hari baik untuk keluarga ini. Karena dianggap menggampangkan dan asal tanya saja.


Kasus l : Hari baik buka toko

Adi bersama istrinya datang ke rumah untuk konsultasi mengenai kesehatan dan rumahnya. Juga menanyakan hari baik untuk pindahan tokonya. Istri saya sudah mencarikan hari baik untuk buka dan pindahan tokonya. Waktu saya dan istri datang membersihkan Rumahnya, saya lihat toko disamping rumahnya belum dibuka. Hari yang kami pilihkan tidak jadi dipakai sebab sudah lewat. Pembukaan tokonya ditunda.

Waktu Adi memberitahu kalau dia mau minta tolong dicarikan hari baik lagi, saya langsung diberitahu oleh Guru Roh bahwa Adi sudah tidak diperbolehkan tanya lagi soal hari baik.

Saya hanya memberitahu Adi agar dia minta sendiri di altar Klenteng, minta hari baik pada altar dengan sarana pak-pwee.


Kasus 2 : Hari baik pernikahan

Orang tua Hendra menanyakan hari baik untuk pernikahan Hendra, istri saya sudah mencarikan dua hari baik untuk keperluan ini, alternatif pertama dan alternatif kedua.

Orang tua Hendra juga menanyakan hari baik untuk pemikahan Hendra pada "Orang pintar" atau suhu yang menghitung menurut buku. Hasilnya berbeda.

Perundingan antar orang tua Hendra dengan besan memutuskan memakai yang dihitung menurut buku. Orang tua Hendra memberitahu istri saya. Istri saya cross-check dan re-check hari baik yang akan dipakai, saya ikut re-check. Hasilnya hari baik itu tidak baik untuk pasangan mempelai ini. Akan timbul masalah setelah menikah.

Kami tidak dapat berbuat apa-apa, kami juga tidak tahu masalah apa yang bakal dialami pasangan ini. Belum satu tahun usia pemikahan mereka mulai muncul masalah keluarga. Kemudian disusul masalah lain, telah 3 tahun pemikahan Hendra dan istrinya belum diberi momongan, istri Hendra belum dapat hamil walaupun sudah berobat ke banyak dokter.

Oleh istri saya diberitahu, ini dampak dari hari pernikahan yang kurang baik. Kalau mau harus melakukan ritual kias temanten, yang perlu ditentukan harinya, agar hambatan ini dapat dihilangkan. Sekitar satu tahun setelah melakukan ritual kias kemanten, istri Hendra hamil dan anak pertamanya lahir dengan selamat dan sehat.


Kasus 3 : Menikah di hari l Suro 

Hari itu saya menerima undangan pernikahan. teman dekat saya mau menikahkan putri pertamanya. Waktu saya melihat penanggalan saya terkejut, hari itu bertepatan dengan tanggal l bulan Sura menurut penanggalan Jawa. Tanggal yang sangat dipantang dan dilarang untuk upacara nikah atau upacara lain.

Saya beritahu istri, hari baik untuk pernikahan ini pasti dicari dan dihitung hanya berdasarkan penanggalan Imlek, jadi cara perhitungan kebudayaan Tionghoa saja. Tidak melihat lagi perhitungan menurut kebudayaan Jawa dan penanggalan Jawa.

Kalau pernikahan ini dilangsungkan di luar tanah Jawa, mungkin tidak membawa akibat apa-apa. Saya beritahu istri saya bahwa kalau pasangan pengantin ini dapat bertahan satu tahun saja sudah beruntung. Dan betul, beberapa bulan kemudian, pasangan ini sudah pisah dan akhirnya resmi cerai.

Saya menemukan beberapa kasus dimana hari tanggal l Suro dipakai upacara nikah dan pindah rumah. Semuanya mendatangkan masalah, bisa keharmonisan rumah tangga juga bisa kesehatan keluarga.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close