-->

Saturday 19 November 2016

Hidup Dalam Teropong Spiritual (Bagian Ketujuh)

BAB VII. HARI TUA YANG BAHAGIA DAN HARI TUA YANG MENDERITA


Banyak para tamu saya yang konsultasi mengenai penderitaan yang dijalani, baik yang menderita di masa mudanya maupun yang menderita di hari tuanya. Yang terbanyak adalah yang menderita di hari tuanya. Yang bahagia di hari tuanya tidak ada yang datang, kecuali untuk keperluan anak atau keluarganya.

Penderitaan selalu memicu orang untuk berusaha mencari jalan agar dapat lepas dari penderitaan, untuk menjauhi penderitaan dan untuk lari dari penderitaan. Ini hal yang wajar, sebab naluri badan jasmani dari semua makhluk hidup adalah menghindar dan lari menjauhi penderitaan. Akan tetapi Sang Buddha Gautama mengatakan :

"Hidup adalah penderitaan." Kenapa? Apa alasannya?

Ajaran Buddhis membahas tentang hukum Karma dan Reinkarnasi. Atau disebut juga sebagai lingkaran Karma dan reinkarnasi.

Pengertiannya adalah : adanya karma buruk yang belum terbayar lunas di kehidupan yang lalu atau di perjalanan arwahnya, di alam arwah. Maka dia harus dilahirkan kembali, direinkarnasikan lagi, agar dalam kehidupannya yang sekarang dapat membayar lunas karma buruk yang belum lunas tadi. Pembayarannya dengan menjalani penderitaan, tidak dengan cara lain.

Oleh karena itu hidup pasti akan menderita, sebab tujuannya untuk membayar karma yang belum lunas.

Masalahnya adalah : di dunia ini yang jumlah penduduknya mencapai 6 milliyar lebih, tidak ada satu orang pun yang sejak dilahirkan sampai usia tua tidak pernah berbuat dosa dan membuat kesalahan yang dapat menghasilkan karma buruk. Ini berarti hidup untuk membayar karma yang lama tapi juga membuat karma buruk baru. Inilah yang di sebut lingkaran Karma dan Reinkarnasi. Lingkaran inilah yang akan diputuskan oleh Sang Buddha melalui ajaran-ajarannya.

Dalam injil Perjanjian Baru, khotbah Yesus Kristus di bukit mengatakan :

- Berbahagialah orang yang menderita karena miskin.
- Berbahagialah orang yang menderita karena dianiaya.
- Berbahagialah orang yang menderita karena lapar dan seterusnya.

Intinya adalah "Berbahagialah orang yang menderita", artinya penderitaan menghasilkan kebahagia-an. Hanya dengan penderitaan, kebahagiaan dapat diperoleh. Bagaimana dengan orang yang sejak lahir sampai tua dan meninggal tidak pernah menderita, selalu bahagia? Secara fakta yang berdasarkan kebenaran materi orang ini memang bisa dikatakan orang yang sangat beruntung sekali mempunyai keberuntungan yang besar sekali. Tapi secara kebenaran spiritual, kalau diteropong secara spiritual, orang ini bukan sangat beruntung sekali, melainkan sangat sial sekali. Sebab sepanjang hidupnya dari lahir sampai meninggal tidak pernah mendapatkan kesempatan membayar atau mengangsur karma buruknya. Ini akan mengakibatkan perjalanan arwahnya dan di kehidupan yang akan datang menjadi berat dan menderita, untuk membayar buruk yang belum sempat dibayar.

Guru Roh saya mengatakan : "Dalam hidup jangan takut menderita, sebab penderitaan itu akan meringankan dan melancarkan perjalananmu." Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus dan Sang Buddha.

-Hidup adalah penderitaan 
-Dalam hidup jangan takut menderita 
-Penderitaan menghasilkan kebahagiaan

Inilah yang diajarkan oleh 3 roh suci dari tingkat Nirvana yang tinggi tentang : hidup - penderitaan - kebahagiaan.

Kembali ke topik : Hari tua yang bahagia dan hari tua yang menderita, sejak dilahirkan orang sudah membawa karmanya sendiri, karma buruk dan karma baik. Karma buruk harus dibayar dengan penderitaan dan karma baik memperoleh pahala berupa kebahagiaan hidup.

Berbuahnya karma baik dan karma buruk ini tidak dapat diatur menurut kemauan dan selera yang bersangkutan. Tetapi muncul sesuai dengan aturan gaib yang sudah ditetapkan, yang tidak boleh diketahui oleh manusia, kecuali oleh "tukang ramal" yang "ASLI"

Karma buruk ini dapat ditunda atau tertunda pembayarannya melalui beberapa cara :

l. Selalu lari dan menjauhi penderitaan.

2. Melalui bantuan paranormal yang mampu melakukan penundaan pembayaran karma buruk.

Saya tidak menganjurkan kedua cara ini. Saya tidak setuju dengan penundaan karma maupun bisa tertundanya pembayaran karma. Sebab kedua hal ini dapat memperparah keadaan, dapat meningkatkan penderitaan. Karma perlu dikelola secara tepat dan bijaksana. Mengenai mengelola karma saya sudah menjelaskan di buku pertama saya berjudul : Ibadah Dari Vihara Ke Vihara. Sampul warna hijau.

Jadi hari tua yang bahagia dialami oleh orang yang mau dan lelah membayar karma buruknya di saat dia masih muda atau belum tua. Sehingga di hari tuanya tinggal menikmati buah dari karma baiknya (kalau punya), berupa kebahagiaan di hari tua.

Hari tua yang menderita dialami oleh mereka yang selalu menghindar dan lari dari penderitaan, termasuk yang diprotek atau dilindungi dan dimanjakan oleh orang tuanya. Juga termasuk yang menunda karma lewat "Orang pintar" dan lain-lain.

Hari tua yang menderita hampir dialami oleh semua orang yang mempunyai strata roh Nirwana tapi tidak tahu, tidak mengerti atau tidak percaya tentang konsekwensinya. Sehingga pada saat akan "pulang", dia harus melunasi karma buruknya. SKKB-nya harus nol.

Bagi yang punya strata roh Nirvana supaya hati- hati, kelolalah karma buruk dengan baik sedini mungkin agar di hari tua sudah tinggal sedikit, bahkan kalau dapat dibuat nol. Mengenai mengelola karma sudah saya tulis dalam buku saya yang pertama berjudul : "Ibadah Dari Vihara Ke Vihara'.

Kasus para tamu yang datang ke mmah umumnya terbagi 2 :

Pertama : Mereka yang di hari tuanya mengeluhkan penderitaannya yang semakin berat, sakitnya tidak sembuh-sembuh. Keluarganya yang makin berantakan, ekonomi keluarga makin merosot, dll.

Kedua : Keluarga atau anak-anaknya yang datang untuk konsultasi mengenai sakit orang tuanya yang sudah menahun tidak sembuh-sembuh. Bahkan ada yang sudah koma bertahun-tahun, yang terlama koma sudah 11 tahun. Jadi khawatir ada yang menghambat, ada yang diberati dan belum rela, bahkan ada yang mengira ada gaib sebagai penyebabnya. Seperti pernah pasang susuk, pernah belajar ilmu non Ilahi, dll. Memang kemungkinan seperti itu tetap ada, tapi umumnya adalah karena karma yang tidak dikelola dengan baik, karena tidak percaya, tidak tahu, tidak mengerti, bahkan ada yang melecehkan.

Untuk dapat mengelola karma dengan baik dan benar tidak mudah. Tanpa menjalani laku spiritual, hampir boleh dikatakan tidak mungkin, yang menjalani laku spiritual saja tanpa dibimbing oleh Guru Roh masih sulit. Perlu mempunyai Guru Roh untuk membimbing dan mengarahkan agar karma seseorang dapat dikelola dengan baik. Hanya guru roh yang diangkat secara resmi dengan suatu upacara resmi yang sangat sederhana, yang dapat mengatur datangnya atau berbuahnya karma seseorang. Guru Roh akan mengatur agar di saat dia kuat didatangkan pembayaran karma yang besar, di saat dia lemah didatangkan pembayaran karma yang ringan saja. Dan diatur dan dibimbing agar membayar yang lama, tidak membuat yang baru. "Kalau kau ditampar pipi kirimu berikan pipi kananmu" kata Yesus Kristus, tapi jangan ditonjok pipi kanannya. Ungkapan ini benar, jangan diremehkan, sebab mempunyai arti spiritual yang sangat dalam.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close