-->

Thursday 17 November 2016

Dialog Dengan Alam Dewa (Bagian Keduabelas)

BAB XII. ZIARAH KE PETILASAN JAMBE PITU


Pada tanggal 27 juni 2006, saya dan istri mendampingi rombongan yang terdiri dari sekitar sebelas orang untuk melakukan perjalanan ziarah ke petilasan Jambe Pitu. Seluruh anggota rombongan adalah pelaku spiritual yang membutuhkan berkah dan bekal dari roh suci yang duduk di petilasan Jambe Pitu ini, yaitu berkah dan bekal untuk membentuk fondasi spiritual yang sangat mereka butuhkan dalam laku spiritual yang mereka jalani. Inilah wejangan yang diberikan oleh Eyang yang bersemayam di Jambe Pitu :

Eyang : Aku Eyangmu yang duduk dipetilasan Jambe Pitu, Pangestuku untuk kalian semua, kuterima semua ibadah kalian, juga semua persembahan kalian telah kuterima. Kedatangan kalian semua sudah dinantikan, memang yang menjalani laku spiritual itu, ya seharusnya datang menghadap Eyangmu di sini.

Cucu kinasih, tempatku ini meskipun letaknya terpencil di gunung, tetapi tempat ini , petilasan Jambe Pitu ini, bukan sembarang petilasan. Eyangmu ini ditunjuk oleh Gusti Yang Maha Kuasa, untuk mengamat-amati, mengawasi, membantu memberikan bekal-bekal, yang dibutuhkan oleh para pelaku spiritual di dalam menempuh perjalanan spiritualnya.

Diibaratkan apabila dirimu membangun rumah, aku inilah yang menyusun fondasinya, jadi apabila belum datang ke sini, lalu apa yang diharapkan untuk diterima? Wadahnya apa? Karena belum memiliki fondasi. Apabila kalian sudah datang menghadap ke sini, aku akan meletakkan fondasinya terlebih dahulu, baru kemudian dirimu yang akan membentuk wadahnya, untuk diisi bekal-bekal selanjutnya. Karena itulah cucuku kinasih, dirimu sangatlah beruntung, dirimu bisa hadir menghadap Eyangmu di hari ini. Apabila dirimu tidak datang menghadap ke sini, Wadah spiritualmu belum akan dapat terbentuk.

Karena itulah, sesuai dengan pesan-pesan yang sudah kalian terima, ketika kalian semua datang menghadap Eyang Begawan di petilasan Umbul Jumprit dan Eyangmu Ratu di Pantai Parang Tritis, disitu telah dijelaskan dan ditekankan bahwa di dalam menempuh perjalanan spiritual ini, kalian semua adalah bersaudara, Upayakan selalu bertemu, selalulah membicarakan pengalaman masing-masing , supaya bisa saling melakukan koreksi, kalau ada kesalahan, ada kekeliruan, temannya yang akan memberitahu.

Jangan menganggap dirinya yang benar, jangan menganggap dirinya sudah pintar, aku bisa ini, aku sudah bisa itu, apabila salah, tidak mengetahui, karena tidak ada yang memberitahu. Aku juga mengerti bila dirimu masing-masing itu memiliki guru, tetapi gurumu masing-masing itu juga masih membutuhkan guru yang lain. Setiap guru itu memiliki kekhususan tersendiri, ada guru yang meletakkan dan menyusun fondasi, ada guru yang menjaga kelurusan perjalanannmu, ada guru yang mengajarkan kejujuran hati, guru yang mengajarkan memasuki alam gaib itu harus waspada, harus bagaimana itu juga ada.

Semua berkah dan bekal itu, harus diperoleh dari para roh suci yang berbeda-beda. Tidak bisa diperoleh dari satu guru saja, karena itu jangan sekali-kali merasa gurumu sudah tinggi, tidak memperhatikan guru-guru roh suci yang lainnya. Pemahaman seperti itu merupakan kesalahan yang besar, jangan takabur, apakah cucu kinasih mengerti takabur itu? Jangan sok benar, jangan mentang-mentang memiliki guru, mentang-mentang sudah bisa, tidak memperhatikan yang lain, tidak menganggap yang lain, contohnya seniormu suami-istri ini lho, mereka babak belur sebelum bisa seperti sekarang ini. Dirimu tidak megerti beratnya perjalanan yang mereka berdua tempuh, senang susahnya, perjalanan yang terjal penuh tantangan dan penderitaan.

Menempuh perjalanan spiritual itu tidak mudah, tidak cuma menerima, wah nantinya aku bisa begini, nantinya aku bisa begini begitu. Bukan begitu cucu kinasih, spiritual itu, kalau cuma bisa ini, aku bisa itu, itu namanya dukun, bukan pelaku spiritual.

Yang dinamakan menjalani laku spiritual itu : membersihkan rohani, membersihkan pikiran dan batin kotor. Itulah cucu kinasih tujuannya. Bagaimana membersihkan pikiran yang kotor, sakit dan penderitaan, sakit dan penderitaan untuk dapat membersihkannya. Jangan kalian anggap mudah, kalian anggap enteng, kalian anggap enak, itu keliru cucu kinasih.

Cukup sekian dulu petunjuk Eyangmu, pangestuku untuk dirimu sekalian, terimalah pangestunya Eyang Lengkung Kusumo

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close