-->

Thursday 24 November 2016

Membuka Kebenaran Spiritual (Bagian Ketigabelas)

BAB XIII. KEBIJAKSANAAN


A. Menolong dan Karma Buruk

Semua orang baik percaya dan mengakui bahwa menolong adalah perbuatan baik. Maka banyak orang beramai-ramai bahkan berlomba untuk banyak menolong. Semuanya ini tentu dilakukan oleh orang-orang baik tadi.
Tapi kadang orang lupa bahwa menolong itu perlu tindakan bijaksana, menolong perlu memahami kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, menolong dapat menghasilkan karma buruk.

Menolong orang jahat dibandingkan dengan menolong orang baik, pahalanya jauh lebih banyak menolong orang baik. Bahkan menolong orang jahat yang banyak meresahkan orang banyak dapat menghasilkan karma buruk, karena pahalanya menolong orang jahat lebih kecil dibandingkan karma buruk yang didapat karena banyak orang lain dibuat resah dan menderita oleh orang jahat yang ditolong tadi.

Jadi menolong perlu hati-hati, perlu bijaksana. Sebab tanpa kebijaksanaan, yang kelihatan baik itu belum tentu menghasilkan karma baik.


B. Tidak membeda-bedakan

Semua orang baik tahu dan percaya bahwa tidak membeda-bedakan adalah perbuatan baik, maka banyak orang baik berusaha untuk tidak membeda-bedakan. Seorang spiritualis dituntut untuk tidak membeda-bedakan agar dia dapat berbuat dan bertindak adil dan bijaksana.

Karena seorang spiritualis harus adil dan bijaksana, maka dia dituntut untuk dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, untuk dapat membedakan orang yang mempunyai kepedulian dan yang tidak mempunyai kepedulian, untuk membedakan orang yang mempunyai niat dan usaha yang keras dengan orang yang mau terima gampang dan enaknya saja.

Seorang spiritualis juga dituntut untuk tidak membeda-bedakan yang miskin dan yang kaya, yang punya kedudukan dan yang tidak punya kedudukan. Tidak membeda-bedakan ras, kebangsaan dan kepercayaan.

Jadi perlu hati-hati untuk mengetahui mana yang perlu dibedakan dan mana yang tidak boleh dibedakan.

Tuhan Maha Adil, maka Tuhan akan memberikan pahala kepada yang baik, dan memberikan hukuman kepada yang jahat. Tanpa melakukan atau berbuat seperti ini maka tidak dapat dikatakan adil. Adil dan bijaksana,

Banyak orang menghibur diri dengan mengatakan. "Tuhan Maha Pengasih, maka Tuhan tidak pernah dan tidak mungkin menghukum manusia". Orang-orang ini lupa bahwa disamping Tuhan Maha Pengasih. Tuhan juga maha adil. Tuhan tidak akan disebut maha adil kalau tidak menghukum yang jahat dan memberi pahala kepada yang baik.

Seorang spiritualis murni dituntut adil dan bijaksana.


C. Jangan Begitu Saja Percaya

"Jangan begitu saja percaya hanya karena Aku yang mengatakan, tapi teliti dan buktikan dulu". Demikian kata-kata Sang Buddha yang sangat bijaksana dan rendah hati. Kata-kata ini sangat dalam memasuki hati nurani saya, akan saya ingat dan akan saya jalani apa yang dinasehatkan Sang Buddha ini sepanjang hidup saya.

Memang sebelum saya mengetahui kata-kata bijak dari Sang Buddha ini, saya sudah sering mengatakan kepada tamu-tamu saya bahwa saya tidak mengharuskan mereka begitu saja percaya apa yang saya jelaskan. Saya juga katakan, "Jangan mudah percaya apa yang dikatakan oleh manusia, baik dia seorang guru spiritualis, seorang rohaniawan, seorang paranormal dan lain-lain. Tapi teliti dulu, renungkan dulu, temukan dulu kebenarannya."

Kepada para tamu saya katakan :

"Saya juga manusia seperti mereka, anda baru bertemu dan kenal dengan saya belum ada satu jam, jadi jangan begitu saja percaya apa yang saya jelaskan. Jangan mudah percaya pada apa yang dikatakan oleh manusia, siapapun dia".

Ini bukan berarti seseorang tidak boleh bertanya kepada manusia-manusia orang pintar. Boleh ber-tanya dan berkonsultasi kepada banyak orang pintar. Seribu orang pintar boleh didatangi untuk mendapatkan penjelasan dan jawaban, akan tetapi hendaknya jangan begitu saja dipercaya semua penjelasan dan jawaban itu, hendaknya dianggap sebagai informasi saja. Jangan langsung dipercaya, apalagi dilaksanakan atau dijalani. Teliti dan cari dulu kebenarannya dengan ditanyakan kepada para dewa dan roh suci yang duduk di altar Klenteng Tri Dharma melalui sarana pak pwee. Cara bertanya di altar klenteng telah saya jelaskan di buku ke-5 dengan judul "Dialog Dengan Alam Dewa".

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close