-->

Monday 21 November 2016

Melongok Alam Gaib (Bagian Kedua)

BAB II. BANYAK JIN DI TEMPAT IBADAH


Banyak jin di tempat ibadah ini bukan seperti kasusnya jin Barudi yang mengajak masyarakatnya untuk beramai-ramai ikut beribadah di tempat ibadah manusia.

Saya banyak mengunjungi tempat-tempat ibadah dari berbagai aliran agama. Saya juga banyak melihat tempat-tempat yang menjadi habitat makhluk jin atau masyarakat jin.

Banyaknya hutan, padang belukar dan rawa yang disulap menjadi komplek hunian baru manusia dan di komplek perumahan itu didirikan tempat-tempat ibadah untuk sarana ibadah masyarakatnya. Maka sering terjadi bahwa tempat ibadah itu dibangun tepat di tengah-tengah masyarakat jin atau berada di tengah-tengah habitat jin.

Adanya bangunan ibadah ini tidak membuat masyarakat jin pergi atau pindah. Mereka masih tetap tinggal di tempat aslinya. Jadilah banyak tempat ibadah seperti ini menjadi tempat nongkrong dan bermain mahluk jin, sehingga banyak jin di tempat ibadah, baik itu gereja, vihara, kelenteng, gua dan lain-lain.


1. Di gereja

Thomas berusia sekitar 60 tahun. Umat Katholik dan menjadi pengurus gereja sebagai ketua bagian liturgi. Thomas pernah belajar meditasi dan beberapa ilmu spiritual. Sudah mampu mendeteksi keberadaan makhluk gaib. Beberapa kali Thomas mencoba mengusir keberadaan makhluk gaib yang jahat yang ada di gereja. Tapi belum berhasil, malahan kesehatannya menjadi sering terganggu.

Thomas datang ke rumah saya untuk konsultasi mengenai kesehatannya dan masalah yang ada di gereja. Saya dan istri diajak berkunjung ke gereja. Begitu keluar dari mobil di halaman gereja, saya dan istri sudah disambut oleh gerombolan makhluk gaib. Mereka mengelilingi saya dan istri seolah-olah kami ini makhluk yang enak ditonton. Mereka tidak mengganggu hanya berkerumun menonton kedatangan kami bersama Thomas.

Kami memasuki bagian-bagian ruangan gereja ini. Ruang meditasi dan doa para romo, ruang penyimpanan peralatan misa. ruang serba guna dan lain-lain.semua penuh mahluk jin. ada yang anak-anak, yang muda sampai yang tua. Suatu masyarakat jin tinggal di tempat ini, yang saya lihat steril dari jin hanya altar gereja ini yang berukuran sekitar 5x8 meter. Di ruang altar ini bersih dari jin dan ada malaikat kecil yang menjaganya, yaitu malaikat penjaga altar.

Gereja ini didirikan di sebuah komplek perumahan. Komplek ini dulunya rawa dan ada kuburannya, merupakan habitat makhluk jin. Setelah menjadi perumahan, gereja ini terletak tepat di lokasi perkampungan yang padat jin. Jadi walaupun sudah ada gereja, masyarakat jin di situ tidak otomatis pergi. Mereka masih di situ, mereka masih berhak tinggal di situ. Ada yang baik, juga ada yang jahat. Yang jahat inilah yang sering mengganggu umat yang datang ke gereja tersebut.

Anggapan bahwa kalau sudah ada 'rumah Tuhan' maka segala setan akan menyingkir itu kurang benar. Mereka makhluk jin ini masih memiliki hak untuk tinggal di tempat itu. Ada aturan 'dari atas' dan syarat-syaratnya untuk dapat memindahkan masyarakat jin ini.

Ada beberapa gereja di Jawa Barat yang jalan salib dan gua Maria-nya dipakai nongkrong makhluk jin karena lokasinya memang di dalam habitat jin.


2. Di klenteng

Tepat pada malam tanggal 15 kalender lunar, Akian umur 60-an tahun mengajak saya ke sebuah klenteng melihat pertunjukan demo ilmu kesaktian oleh para medium, loktung atau tungsen yang ada di klenteng tersebut.

Klentengnya cukup bagus, termasuk bangunan baru. belum terlalu lama dibangun. Kepengurusan dan organisasi ritual di klenteng ini cukup baik, diatur oleh orang-orang yang sudah modern, bukan oleh orang-orang tua yang selalu memakai aturan 'kata orang-orang tua dulu'.

Sebelum acara dimulai, saya keliling mengunjungi banyak altar yang ada di klenteng ini. Satu per satu saya perhatikan dengan mata batin saya. Ternyata semua altar yang ada di klenteng ini ada jin-nya. Makhluk jin yang duduk di altar-altar ini. Malahan ada siluman yang ikut duduk di altar klenteng ini.

Saya menerawang mundur, menelusuri masa lalu klenteng ini. Saya ingin tahu mengapa klenteng yang sudah dibangun bagus seperti ini bisa tercemar dan dikuasai oleh makhluk-makhluk jin dan siluman.

Ternyata klenteng ini dulunya adalah vihara atau klenteng rumahan milik seorang suhu yang membuka praktek menolong orang. Setelah umatnya banyak, mereka gotong royong mendirikan sebuah klenteng umum dan memindahkan semua rupang / patung yang lama ke altar klenteng yang baru.

Altar klenteng / vihara rumahan yang lama sebenamya sudah tercemar oleh gaib non Ilahi. Jadi setelah dipindahkan ke klenteng yang baru dengan altar baru plus rupang / patung lama. maka altar klenteng baru ini menjadi tercemar berisi makhluk jin dan siluman yang menyamar sebagai dewa yang patungnya dialtarkan.

Dulu waktu saya masih melakukan ibadah keliling, saya menemukan beberapa klenteng kecil yang altarnya sudah tercemar. Penyebabnya sama seperti yang saya jelaskan di atas.

Sebaiknya kalau mendirikan klenteng baru, jangan sembarangan mengaltarkan rupang / patung lama bekas altar rumahan. Dan mintalah petunjuk dan nasehat di klenteng dengan strata altar khusus.

Kalau mau minta petunjuk suhu atau spiritualis boleh-boleh saja, tapi sebaiknya petunjuk dan nasehatnya ditanyakan kebenarannya di altar khusus sebuah klenteng. Jangan sampai membangun klenteng yang sudah memakan biaya besar, waktu dan tenaga yang tidak sedikit, menjadi mubasir karena di altarnya tidak ada dewa atau roh suci yang 'duduk'.


3. Di vihara

Saya dan istri pernah diminta untuk mendampingi sepasang calon pengantin untuk pemberkatan pernikahan di sebuah vihara Buddhis. Karena saya dan istri belum pernah berkunjung ke vihara ini.saya pandang perlu untuk melihat dulu altar vihara ini.

Saya memilih hari minggu siang setelah upacara puja bakti selesai, agar saya dapat melihat dan meneliti allar-altar yang ada di vihara ini. Saya mengajak dua teman yang sudah memiliki kemampuan melihat gaib. Selesai acara puja bakti, masih banyak umat di vihara ini. Kami ber-4 memasuki ruang puja bakti. Satu per satu altar para Budha dan Bodhisatva kami teliti. Dengan mata batin saya melihat banyak makhluk jin di ruang ini dan ada yang kurang ajar nangkring di patung yang ada di ruang altar.

Saya meminta teman saya juga mengamati makhluk-makhluk jin ini. Dia bilang banyak makhluk jin yang kelihatan teler ngantuk-ngantukan. Setelah mereka dengar kita sedang membicarakan mereka, mereka seperti terbangun dan memperhatikan kehadiran kami ber-4.

Saya melihat ada satu jin yang nampang di depan satu umat yang sedang sujud sembahyang. Kelihatan jin ini senang dan bangga disembah oleh manusia. Padahal umat itu tidak sadar dan tidak melihat ada jin yang sedang nampang di depannya dengan lagak seorang raja disembah rakyatnya.

Setelah keliling melihat altar-altar ini, saya ingin tahu mengapa altar di vihara ini banyak makhluk jin-nya. Ternyata vihara ini juga dibangun dan didirikan tepat di tengah habitat masyarakat jin. Komplek perumahan ini dulunya juga rawa-rawa yang diuruk menjadi hunian manusia.

Walaupun sudah didirikan vihara Buddhis, dan saya percaya waktu peresmiannya pasti memakai upacara besar dan dihadiri oleh banyak biksu senior dari berbagai aliran Buddhis. Mereka semua juga pasti bersama-sama membaca mantra pengisian atau inisiasi pengisian rupang. Saya juga percaya pada waktu berlangsungnya upacara ini ada banyak Buddha dan Bodhisatva dari nirvana yang hadir. Tapi mengapa para makhluk jin masih dapat bermain-main di altar ini?

Guru roh saya menjelaskan: "Vihara ini terletak di habitat jin yang sifatnya yin / negatif. Aura Ilahi yang bersifat yang / positif belum terbentuk. Oleh sebab itu para Buddha dan Bodhisatva belum dapat menetap atau bersemayam di altar-altar vihara ini. Butuh waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan aura 'yang' . Ini bukan berarti altar vihara ini kosong.

Pada upacara-upacara besar yang dilakukan oleh umat vihara ini, para Budha dan Bodhisatva akan tetap hadir. Selesai upacara akan kembali ke "nirvana."

Saya sering menemukan vihara seperti ini, hanya pada upacara-upacara besar saja hadir para Buddha dan Bodhisatva, selesai upacara altarnya kosong. Pada vihara yang didirikan bukan di daerah habitat jin, altarnya di hari-hari biasa hanya kosong.

Yang didirikan di daerah habitat jin, altarnya di hari-hari biasa ada banyak jin bermain-main di situ. Kalau ada upacara besar mereka menyingkir dulu.

Vihara Buddhis yang altarnya kosong tetap dibutuhkan dan baik untuk pembabaran dharma, untuk latihan meditasi dan lain-lain.


Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close