-->

Thursday 17 November 2016

Dialog Dengan Alam Dewa (Bagian Kesebelas)

BAB XI. PETILASAN SUCI DAN BERKAHNYA


Teman saya di Metafisika Study Club menanyakan mengenai berkah dari petilasan suci. Banyak petilasan suci tersebar di pulau Jawa yang usianya telah mencapai ratusan tahun. Menurut pandangan hukum reinkarnasi, tentunya arwah atau roh dari tokoh yang ada di petilasan tersebut sudah diinkarnasikan lagi, di suatu tempat sebagai tokoh lain.

Pertanyaannya adalah siapa yang memberikan berkah kepada peziarah yang datang ke petilasan suci itu? Dan bagi spiritualis yang memiliki mata batin dan dapat melihat bahwa sosok suci itu masih tampak di petilasan itu, siapa beliau itu?

Pertanyaan seperti ini sudah ada pada saya sekitar 10 tahun yang lalu, dan dalam meditasi yang saya lakukan menghadap guru roh saya, saya pernah menanyakan fenomena ini. Pada waktu itu dijawab bahwa saya belum sampai pada pemahaman alam roh dan misi roh, nanti setelah tiba waktunya saya akan mengetahui jawabannya.

Baru sekitar 4 tahun yang lalu saya mendapatkan jawabannya. Untuk dapat memahami penjelasannya, perlu untuk mengetahui terlebih dahulu mengenai alam roh, strata/tingkatan roh dan misi roh.

Alam roh amat sangat luas dan rumit, serumit hukum karma dan reinkarnasi, oleh sebab itu apa yang dapat diketahui manusia mengenai alam roh hanya sedikit sekali. Ada banyak sekali aturan dan batasan di alam roh, yang juga dikenal sebagai hukum alam semesta.

Roh didalam perjalanannya menuju ke Tuhan Y.M.E atau juga dikenal sebagai evolusi roh, harus melalui banyak tahapan atau strata, untuk dapat naik strata, roh perlu untuk dapat berhasil menjalankan misinya yang diberikan oleh Tuhan.

Misi roh. 
Bagaimana roh menjalankan misinya? Bagi roh yang telah memiliki strata langit, istilah yang dipakai dalam taoisme dan konfusianisme, atau strata nirvana, istilah dalam Budhisme, atau strata surga, istilah dalam kitab suci Kristen dan Islam, misi roh adalah menolong manusia menemukan jalan Tuhan, jalan kebenaran dan menolong manusia dari penderitaan.

Untuk menjalankan misi ini, roh dapat menempuh beberapa jalan, diantaranya :

1. Turun sebagai manusia (reinkarnasi)

2. Turun sebagai roh suci yang duduk/bersemayam di tempat-tempat pemujaan seperti petilasan-petilasan suci, vihara, pura, klenteng dan lain-lain tempat pemujaan yang dikramatkan.

Jati diri. 
Agar dapat berhasil menjalankan misinya, roh perlu memakai/mempunyai jati diri, oleh karena itu roh perlu mempergunakan jati diri tokoh-tokoh legendaris di daerah tempat tugasnya, terutama yang telah ada petilasannya, untuk memudahkan menjalankan misinya, supaya nasehat, petunjuk dan bimbingannya mudah diterima dan dituruti oleh masyarakat setempat. Seperti tokoh Semar, Kanjeng Ratu Kidul, Sunan Kalijogo dan lain-lain di Tanah Jawa.

Tidak semua petilasan putih atau suci, yang dimaksud petilasan putih adalah pada petilasan tersebut bersemayam roh suci utusan Tuhan yang sedang menjalankan tugas menolong penderitaan manusia. Tetapi ada banyak petilasan dan tempat yang dikramatkan yang isinya tidak putih lagi, atau petilasan hitam. Pada petilasan hitam ini bersemayam bangsa jin, walau jin ada yang baik dan ada yang jahat, tetapi keduanya bukan utusan Tuhan, jadi bukan jalur Illahi.

Bangsa jin juga dapat memakai jati diri tokoh legenda setempat, jadi perlu waspada, hati-hati dan teliti untuk mengamatinya.

Bagaimana petilasan suci dapat berubah menjadi petilasan hitam?

Hal ini sangat tergantung pada umat atau pesiarahnya dan juga cara pengelola petilasan tersebut.
Kalau sebagian besar pesiarahnya dengan tujuan meminta yang “tidak-tidak”, seperti untuk perjudian, pesugihan, penglarisan, kesaktian dan lain-lain, dimana roh suci tersebut tidak dapat memberikan, dan kalau ditunggu untuk waktu yang cukup lama para pesiarah dan masyarakat di tempat itu tidak juga menyadari bahwa permohonan-permohonan seperti itu menyalahi kehendak Tuhan, maka roh suci tersebut akan meninggalkan petilasan dan pindah menjalankan misinya di tempat lain dengan jati diri yang lain pula.

Begitu petilasan tersebut ditinggalkan oleh yang putih/roh suci, maka akan segera dimasuki oleh bangsa jin yang dengan senang hati akan memenuhi permintaan-permintaan para peziarah yang “tidak-tidak” tadi dengan meminta imbalan.
Kalau pengurus petilasan mengelolanya secara sangat komersil, roh suci akan berusaha menyadarkan, kalau tidak juga sadar, maka orang-orang itu akan disingkirkan atau diganti, kalau masih tidak berhasil, maka roh suci itu pun akan meninggalkan petilasan tersebut. Jadilah petilasan yang asalnya putih menjadi hitam.

Bagaimana mengetahui petilasan masih putih atau sudah tercemar menjadi hitam?

Untuk orang awam sulit mengetahuinya, bagi seorang spiritualis juga tidak mudah untuk mengetahui. Sebab yang hitam dapat memakai jati diri yang putih, memalsukan jati diri. Bagi spiritualis yang memiliki guru roh dari garis Illahi, maka kepada guru roh lah dapat bertanya putih-hitamnya suatu tempat, tetapi bila guru rohnya bukan dari garis Illahi, misalnya bangsa jin, maka jawaban sang guru akan selalu putih, sebab yang bersemayam di tempat itu sebangsa dengan dia, jin.

Guru roh dari garis Illahi tidak datang sendiri pada seseorang, melainkan perlu diminta dengan upacara resmi tapi sederhana di tempat yang terpilih.

Jadi siapa yang ada di petilasan suci itu dan siapa yang memberikan berkah kepada peziarah atau pengunjung? Saya kira anda sekarang sudah mengetahuinya.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close