-->

Saturday 11 January 2014

Menyembuhkan Dengan Etika

Sebuah kisah tentang tabib terkenal Tiongkok Pi Tong:

Pi Tong adalah seorang tabib pengobatan Tiongkok terkenal selama Dinasti Han Timur (25-220M). Ia dikenal akan kebijaksanaannya, dihormati akan keterampilan medisnya yang luar biasa dan etika medisnya yang mulia. Kisahnya mengingatkan kita bahwa hidup secara etis dapat menjadi korban tetapi membawa manfaat yang besar.


Selain obat-obatan, Pi Tong memiliki pengetahuan dalam strategi militer, menulis artikel yang sangat persuasif, dan membantu Kaisar Liuxiu - pendiri Han Timur.

Pi Tong merawat pasiennya hingga lupa makan dan istirahat. Dia memperlakukan semua pasiennya sederajat, baik kaya atau miskin, dengan hati-hati. Ketika bertemu dengan orang-orang miskin, kadang-kadang ia akan memberikan perawatan dan obat-obatan gratis, ia memberikan sepenuh hatinya untuk membantu mereka. Ketika memperlakukan raja atau pejabat tinggi, dia tidak pernah memasang tarif yang lebih mahal dari harga umumnya.

Raja Pengobatan

Suatu saat, seorang putri kaisar jatuh sakit dan Pi Tong dipanggil. Sang putri didiagnosis menderita gangguan pencernaan kronis, yang menyebabkan masalah pada nafsu makan. Ia mempersiapkan pil untuk sang putri. Setelah sang putri mengambilnya, dia langsung mengalami mual intens dan muntah. Dia kemudian mulai minum lebih banyak air. Beberapa hari kemudian, selera makannya pulih dan kulitnya membaik.

Pi Tong takut kaisar akan menjodohkannya dengan sang putri, dan karena itu, ia buru-buru kembali ke kampung halamannya.

Namun, dengan rasa syukur, kaisar kemudian menganugerahkan Pi Tong gelar 'Raja Obat', dan tidak lama setelahnya, di kampung Pi Tong dibangun sebuah kuil.

Putra yang Setia

Segera setelah diberi gelar kehormatan, Pi Tong mendengar bahwa bagian Selatan Tiongkok diserang wabah, ia langsung meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke lokasi bencana untuk mengobati pasien di sana. Namun, setelah ia meninggalkan rumah, ibunya jatuh sakit.

Kakak Pi Tong mengirim surat kepadanya menjelaskan gejala sakit ibu mereka. Pi Tong sangat cemas tentang penyakit ibunya tapi ia juga memiliki terlalu banyak pasien di Selatan yang tidak bisa diabaikan, dan dari kejauhan, Pi Tong tidak dapat menemukan obat untuk mengobati penyakit sang ibu.

Ibunya yang sakit sangat merindukan Pi Tong, sehingga saudaranya memutuskan untuk membawa ibu mereka bergabung dengan Pi Tong di Selatan.

Pi Tong segera mendiagnosa ibunya segera setelah ia tiba, tapi ia masih tidak bisa menyembuhkan penyakitnya karena dia tidak bisa menemukan obat yang cocok. Setelah beberapa saat, ibunya sangat rindu dengan kampung halaman, Pi Tong meminta saudaranya untuk membawanya pulang lagi.

Perpisahan mereka adalah hal yang menyedihkan. Dengan berlinang air mata, Pi Tong berkata kepada ibunya, "Bukan ananda tidak berbakti kepada ibu, tetapi ananda tidak cukup bijak untuk menemukan obat yang tepat untuk Ibu. Meskipun ananda bisa menyembuhkan penyakit begitu banyak orang, ananda tidak dapat mengobati penyakit ibu sendiri karena obat untuk penyakit ini sangat sulit diemukan di dunia manusia. Hanya karena belas kasih para Dewa, sebagai hadiah atas upaya ananda menyelamatkan orang lain, ibu akan menemukan obat yang tepat."

Pi Tong berharap ibunya kembali pulih dan mengatakan bahwa ia harus merawat dirinya sendiri dan lihat apakah ia akan cukup beruntung untuk menemukan obat yang dibutuhkan sang ibu pada masa depan.

Dalam perjalanan pulang, ibu Pi merasa sangat haus, tapi mereka jauh dari desa manapun dan mereka tidak bisa menemukan air bersih. Jadi saudara Pi Tong meninggalkan ibunya di pinggir jalan dan pergi mencari air. Dalam hutan pohon ash, ia menemukan sebuah tengkorak yang mengandung air hujan dan dua ular kecil yang sedang bermain di dalam. Saudaranya mengusir kedua ular itu dan membawa air itu untuk ibunya. Dia berkata, "Ibu sayang, tutup mata ibu dan habiskan air di dalam tengkorak ini." Ibunya begitu haus, ia memejamkan mata dan meneguk air. Setelah itu, ia merasa jauh lebih baik.

Kemudian dalam perjalanan, mereka melewati sebuah desa kecil. Ibunya merasa sangat lapar, tapi tidak menemukan tempat makan di desa, sehingga saudaranya terpaksa mengemis dari penduduk desa.

Untungnya, ada satu keluarga di desa itu yang baru saja melahirkan sepasang bayi laki-laki kembar. Istri dari keluarga itu buta, sementara suaminya lumpuh, tapi mereka sangat senang memiliki bayi laki-laki kembar. Setelah mereka mendengar bahwa ada seorang pengemis di luar, mereka memberi pengemis sisa makanan sang ibu - semangkuk nasi gandum dan telur, namun kenyataannya telur itu memiliki dua kuning.

Setelah menghabiskan makanan, ibu Pi merasa jauh lebih kuat dan dia berhasil pulang ke kampung halaman mereka. Beberapa waktu kemudian, ibu Pi benar-benar sembuh dari penyakitnya.

Setelah itu, saudara Pi Tong mendapat surat dari Pi Tong yang tertulis, " Jika ibu bisa minum air alami dengan dua naga kecil bermain di dalamnya, dan makan kuning telur ganda dan nasi gandum yang dimasak oleh seorang wanita buta dan suami lumpuh, maka penyakitnya akan sembuh. Namun, karena hal ini sangat sulit untuk didapatkan, hanya karena kebetulan penyakitnya akan sembuh." Ia juga menyatakan keinginannya untuk mengetahui bagaimana keadaan sang ibu.

Kakak Pi Tong sangat terkejut mengetahui bahwa apa yang diperoleh ibunya dalam perjalanan pulang adalah persis apa yang diresepkan Pi Tong. Dia membalas surat Pi Tong, mengatakan bahwa penyakit ibu mereka sembuh oleh metode yang dianjurkannya.

Setelah Pi Tong menerima surat saudaranya, ia menangis dan berkata, "Jadi memang benar bahwa orang-orang baik akan diberkati. Saya mengucapkan terima kasih kepada para Dewa yang menyediakan obat bagi Ibu sehingga Ibu sembuh dari penyakitnya. Saya, Pi Tong, akan terus mengikuti hukum alam semesta dan melakukan perbuatan yang lebih baik dan menyelamat-kan lebih banyak orang untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya atas kemurahan hati para Dewa."

Sumber : Erabaru.net

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close