-->

Tuesday 7 January 2014

Pengetahuan dan Kebebasan

Sang Buddha mengajarkan bahwa bermeditasi tentang lima kelompok pencengkeraman adalah meditasi pandangan terang. Ajaran-ajaran Sang Buddha disebut “sutta”, yang berarti “benang”. Ketika seorang tukang kayu ingin menyerut atau menggergaji sepotong balok, dia menarik suatu garis lurus dengan menggunakan benang. Dalam menjalani kehidupan suci, kita menggunakan sutta sebagai benang untuk menarik garis panduan untuk tindakan-tindakan kita. Dalam sutta, Sang Buddha telah memberikan kita garis panduan tentang bagaimana caranya berlatih moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Anda sebaiknya tidak melangkah keluar dari garis tersebut, dan berbicara atau bertindak semau anda. Di bawah ini adalah beberapa kutipan dari sutta-sutta yang berkaitan dengan meditasi tentang lima kelompok pencengkeraman:



“Bentuk materi, bhikkhu-bhikkhu, adalah tidak kekal. Apapun yang tidak kekal, hal itu tidak memuaskan. Apapun yang tidak memuaskan, itu adalah bukan diri. Apapun yang bukan diri harus dianggap, ‘Ini bukan milikku, aku bukan ini, ini bukan diriku sendiri.’ Seseorang harus memahaminya sebagaimana adanya melalui kebijaksanaan yang sempurna,” (S.iii.21)


Anda harus bermeditasi agar anda dapat mengerti bahwa bentuk materi yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan tidak memiliki diri (anatta) ini sesungguhnya tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa diri atau ego. Anda harus bermeditasi dengan cara yang sama terhadap perasaan, pencerapan, bentukbentuk pikiran, dan kesadaran.


Apa keuntungannya menganggap kelompok-kelompok ini sebagai tidak kekal, tidak memuaskan dan bukan diri?

Sang Buddha memberitahukan kita:

“Sehubungan dengan segala hal, murid para Tathagata yang telah diajari tidak lagi memperhatikan bentuk materi, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Dengan tidak memperhatikan mereka, ia menjadi tidak tertarik terhadap mereka. Melalui sikap ini, ia terbebas.” (S.iii.68)


Jika seseorang mengerti bahwa ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan bukan diri adalah sifat alamiah dari lima kelompok pencengkeraman, ia menjadi bosan dengan mereka. Itulah yang dikatakan bahwa seseorang mencapai Jalan Mulia. Sekali seseorang mencapai Jalan Mulia (Magga), ia juga memperoleh Buah (Phala), yang berarti bebas dari kekotoran mental (kilesa). “Dalam keadaan bebas, ia mengetahui ‘Aku telah bebas’.” Ketika anda bebas, anda akan mengetahui dengan sendirinya bahwa anda telah bebas. Dengan kata lain, ketika anda telah menjadi Arahat yang telah memadamkan semua kekotoran mental di dalam diri, anda akan mengetahui bahwa anda telah menjadi seorang Arahat. Semua kutipan tersebut diambil dari Yadaniccasutta (S.iii.21).


Seluruh Khandhavaggasamyutta adalah suatu bagian darinya. Dua sutta secara khusus patut diperhatikan: Silavanta Sutta (S.iii.167), dan Sutavanta Sutta (S.iii.169). Dalam kedua sutta, Y.M Mahakotthika mengajukan beberapa pertanyaan kepada YM Sariputta, yang memberikan jawaban yang sangat singkat, tetapi sangat luar biasa. YM Mahakotthika bertanya:”Apa saja hal-hal, temanku Sariputta, yang harus diperhatikan secara seksama oleh seorang bhikkhu yang memiliki kebiasaan moral?” Perhatikan ungkapan ‘kebiasaan moral’ dalam pertanyaan ini.


Jika anda hendak berlatih meditasi pandangan terang dengan tujuan mencapai Jalan Mulia (Magga), Buah Mulia (Phala), dan nibbana, anda akan membutuhkan persyaratan dasar berupa kebiasaan moral. Jika anda bahkan tidak memiliki kebiasaan moral, anda tidak dapat mengharapkan tingkat-tingkat konsentrasi dan pandangan terang yang lebih tinggi.


YM Sariputta menjawab: ”Lima kelompok pencengkeraman, temanku Kotthika, harus diperhatikan dengan seksama oleh seorang bhikkhu yang memiliki kebiasaan moral, sebagai tidak kekal, tidak memuaskan, sebagai penyakit, sebagai bisul, sebagai duri, sebagai rasa sakit, sebagai keadaan sakit, sebagai benda asing, sebagai pembusukan, sebagai kekosongan, sebagai bukan diri.”


Apa manfaatnya bermeditasi seperti itu? YM Sariputta meneruskan: “Memang, temanku, adalah mungkin untuk seorang bhikkhu yang memiliki kebiasaan moral yang dengan seksama memperhatikan lima kelompok pencengkeraman untuk mencapai Buah Mulia dari pemenang arus.”


Jadi jika anda ingin menjadi pemenang arus (Sotapanna), dan tidak pernah lagi terlahir kembali di empat alam rendah (apaya), anda harus bermeditasi pada lima kelompok pencengkeraman (pancupadanakkhandha) untuk mengerti sifat mereka yang tidak kekal, tidak memuaskan, dan bukan diri. Namun tidak hanya sampai di situ. Anda juga dapat menjadi Arahat. YM Kotthika selanjutnya bertanya: “Hal-hal apakah, temanku Sāriputta, yang harus diperhatikan secara seksama oleh seorang bhikkhu yang merupakan pemenang arus?”


YM Sariputta menjawab bahwa lima kelompok pencengkeraman yang sama harus secara seksama diperhatikan oleh seorang pemenang arus sebagai tidak kekal, tidak memuaskan, dan bukan diri. Hasilnya adalah kemajuan menuju tahap ‘kembali satu kali’ (Sakadāgāmi). Sakadāgami bermeditasi tentang mereka lagi untuk mencapai tahap ‘tidak kembali’ (Anāgāmi), dan Anāgami melanjutkan meditasi dengan cara yang sama untuk mencapai tingkat Arahat. Bahkan seorang Arahat juga bermeditasi tentang lima kelompok yang sama.


Apa manfaat yang dapat diperoleh seorang Arahat dengan terus bermeditasi? Dia tidak akan dapat menjadi Buddha Diam (Paccekkhā Buddha) atau Buddha Maha Tahu (Sammāsambuddha) dengan melakukan hal itu. Seorang Arahat akan menghentikan lingkaran tumimbal lahir sebagai arahat dengan mencapai parinibbāna pada saat kematiannya. Sang Arahat tidak memiliki sisa kekotoran mental yang harus dihilangkan dan tidak perlu lagi mengembangkan moralitas (sīla), konsentrasi (samādhi), atau kebijaksanaan (paññā) karena semuanya telah sempurna.


Satu manfaat yang diperoleh sang Arahat dengan bermeditasi tentang lima kelompok adalah berdiam dengan nyaman di sini dan sekarang. Walaupun dia telah menjadi Arahat, jika ia tidak bermeditasi, kekacauan dan kegelisahan akan muncul pada enam pintu indera. Di sini, kekacauan bukan berarti penderitaan mental. Seiring dengan obyek indera yang terus-menerus muncul, kedamaian mentalnya terganggu, cuma itu saja.


Jangankan para Arahat, bahkan para yogi jaman sekarang juga merasa kurang nyaman bila mereka harus menemui obyek indera sebab mereka sungguh-sungguh ingin mencapai pandangan terang. Ketika mereka pulang ke rumah dari pusat meditasi, mereka melihat pemandangan, mendengar bunyi dan suara, terlibat dalam urusan duniawi, dan tidak lagi menemukan kedamaian sama sekali, sehingga sebagian dari mereka tidak lama kemudian segera kembali lagi ke pusat meditasi. Namun bagi yang lainnya, kekacauan terasa tidak terlalu lama. Hanya lima atau sepuluh hari. Dengan sangat cepat, pemikiran-pemikiran duniawi menyelimuti mereka lagi, dan mereka tenggelam lagi dalam kegiatan rutin sebagai perumah tangga.


Seorang Arahat tidak pernah kembali lagi kepada kebiasaan lama mereka. Bila seorang Arahat menemui berbagai obyek indera selama tidak bermeditasi, akan muncul kekacauan. Hanya ketika berada dalam meditasi vipassanā baru seorang Arahat menemukan kedamaian pikiran. Dengan demikian bermeditasi tentang lima kelompok pencengkeraman memberikan ketenangan pikiran bagi seorang Arahat.


Sekali lagi, selama seseorang selalu bermeditasi dengan sungguhsungguh, secara terus-menerus muncul perhatian penuh dan pemahaman tentang ketidakkekalan, sifat tidak memuaskan, dan bukan diri. Ini adalah manfaat yang lain. Sang Arahat yang terus-menerus memiliki perhatian penuh dan pemahaman, mampu menikmati pencapaian Buah Mulia setiap waktu dan sepanjang waktu yang dia inginankan. Ini adalah dua manfaat bagi seorang Arahat yang bermeditasi tentang lima kelompok pencengkeraman.


Jawaban-jawaban di atas diberikan oleh YM Sāriputta dalam kitab Sīlavanta Sutta, juga ditemukan di kitab Sutavanta Sutta. Perbedaan satu-satunya di antara kedua sutta adalah dalam istilah “sīlavanta” yaitu “kebiasaan moral”, dan “sutavanta” yaitu “terpelajar”. Semua kata-kata yang lainnya adalah sama. Berdasarkan kedua sutta ini, dan yang lainnya tentang kelompok-kelompok pencengkeraman`, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: ”Pengetahuan pandangan terang datang dari bermeditasi tentang lima kelompok pencengkeraman.”


Sekarang saya akan kembali kepada cengkraman yang muncul melalui enam pintu indera. Ketika orang melihat, mereka berpikir tentang mereka sendiri atau orang lain sebagai kekal, telah hidup sebelumnya, sedang hidup sekarang, akan hidup di masa yang akan datang, sebagai sesuatu yang selalu hidup. Mereka menganggap diri mereka bahagia, bagus, atau indah. Mereka berpikir tentang diri mereka sebagai makhluk hidup.


Mereka berpikir dengan cara yang sama ketika mereka mendengar, mencium, mengecap, atau menyentuh. Indera sentuhan tersebar di seluruh tubuh, di mana ada darah dan daging. Bilamana sentuhan muncul, pencengkeraman muncul. Menekuk, meluruskan, dan menggerakkan anggota tubuh yang disebut sebelumnya semuanya adalah contoh-contoh sentuhan. Begitu juga dengan tegangan dan regangan pada gerakan kembang dan kempisnya dinding perut. Kita akan membahas hal ini secara rinci di bagian berikutnya.


Ketika seseorang berpikir atau berimajinasi, ia menganggap, “Diri yang hidup sebelumnya sedang berpikir sekarang.” Sehingga ia menganggap dirinya orang atau makhluk yang kekal. Ia juga menganggap bahwa berpikir itu enak, menyenangkan. Ia menganggapnya sebagai kebahagiaan. Jika diberitahu bahwa pemikiran itu akan hilang, ia tidak dapat menerimanya, ia menjadi kurang senang. Ini disebabkan karena ia mencengkeram kepada hal itu. Sehingga ia mencengkeram kepada apa pun yang masuk melalui enam pintu indera sebagai sesuatu yang kekal, bahagia, dan memiliki diri. Ia bergembira dengannya disertai hasrat, dan mencengkeram kepadanya. Anda harus bermeditasi tentang lima kelompok yang melekat dan mencengkeram.

Sumber : Fundamentals Of Insight Meditation - Mahasi Sayadaw

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close