-->

Thursday 1 December 2016

Tercecer Dari Dialaog Dengan Alam Spiritual Bagian Keempat

BAB IV MENGINTIP PERJALANAN ARWAH 


Menulis yang gaib atau bercerita mengenai gaib selalu memunculkan komentar, terutama orang awam. Mereka meragukan atau tidak percaya apa yang ditulis maupun yang dlceritakan di dalam buku itu. Malahan ada yang mengatakan "Memangnya penulisnya sudah pernah meninggal dan pernah jalan-jalan di alam arwah kemudian dapat balik kembali dan bercerita."
Semua komentar dan anggapan seperti diatas saya sepenuhnya dapat menerima, dan semua itu wajar. Yang gaib tidak dapat ditangkap oleh panca indra, oleh karena itu boleh dianggap tidak ada. Tapi apakah benar demikian? Apa yang tidak dapat dirasakan dan di deteksi oleh panca indra itu benar tidak ada?

Saya kira tidak. Banyak yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, tapi keberadaannya benar-benar ada. Orang yang menyepi di puncak gunung atau di tepi hutan dapat mengatakan bahwa di tempat itu sepi-sunyi jauh dari hiruk-pikuk dunia, itu yang dia rasakan sebab dia tidak dapat menangkap gelombang medan listrik yang sampai ke daerah itu berupa gelombang radio, gelombang TV maupun gelombang komunikasi yang lain.

Kalau dia membawa radio dan dinyalakan. Maka tempat sepi-sunyi tadi menjadi tempat yang hiruk-pikuk dan berisik oleh suara musik maupun percakapan. Jadi yang tidak dapat ditangkap maupun dirasakan oleh panca indra manusia bukan berarti tidak ada. bukan berarti bohong. Begitu juga hal gaib dari sebuah perjalanan arwah.

Arwah itu ada dan perjalanan arwah juga ada.Tapi sayang bahwa saya tidak dapat meminjamkan "teropong gaib" saya kepada orang lain agar dia juga dapat ikut melihat hal-hal gaib yang saya lihat.


1. Kertas Sembahyang dan Rumah-rumahan 
Di setiap upacara ritual duka umat Khong Hu Cu, selalu melakukan pembakaran kertas sembahyang yang diyakini sebagai pengiriman uang kepada arwah almarhum. Pengiriman ini dilakukan terus-menerus setiap hari, suatu pemborosan yang tidak perlu. "Kirim uang" boleh-boleh saja, tapi tidak perlu kelewatan seperti itu, kirimkan saja secukupnya, asal ada saja.

Apakah kertas sembahyang yang diyakini sebagai "uang" di alam arwah itu benar? Dan apakah arwah almarhum benar dapat menerima "kiriman" tersebut?

Tidak selalu, tergantung siapa yang melakukan pengiriman tersebut. Kalau yang melakukan adalah orang awam yang membakar kertas sembahyang selembar demi selembar sepanjang hari. Saya dapat menyatakan bahwa tidak ada satu lembar pun kertas uang yang berhasil terkirim kepada almarhum. Kecuali pengiriman dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan spiritual untuk keperluan tersebut.

Akan tetapi apakah "uang" yang dikirimkan dan setelah diterima oleh almarhum dapat dipakai untuk transaksi atau pembeli kebutuhan "disana" di alam arwah?

Tidak. sebab "disana" tidak ada jual-beli.

Saya pernah mendengar seorang suhu atau cai-ma mengatakan kepada keluarga almarhum bahwa tidak perlu "dikirimi rumah-rumahan", kirimi saja uang sebanyak-banyaknya supaya almarhum dapat membeli sendiri "rumah disana". Suatu anjuran yang salah, disana tidak ada jual - beli, apalagi jual - beli rumah.

Saya juga pernah diberitahu oleh tamu saya, waktu dia mau membeli "rumah-rumahan" untuk dikirimkan kepada almarhum keluarganya, sesuai pesan saya, supaya dia membeli "rumah-rumahan" yang sederhana saja, yang paling murah. Si penjual mengatakan bahwa rumah yang sederhana dan murah sifatnya sementara, rumah kaki-lima yang tidak permanen. Jadi akan cepat rusak dan hilang digusur. Si penjual ini ada-ada saja, dia mengira di alam arwah ada penggusuran rumah seperti di Jakarta.

Semua "rumah-rumahan" yang dikirimkan ke alam arwah gentayangan atau alam arwah transisi sifatnya sementara, tidak ada yang permanen, artinya begitu arwah pemilik rumah sudah "naik" dan memulai perjalanan arwahnya, maka rumahnya otomatis akan hilang.


2. Tata - Cara Khong Hu Cu dan Kristen
Tata-cara kebudayaan Kong Hu Cu mengajarkan umatnya untuk berbakti kepada orang tua dan leluhur-nya, sehingga ritual sembahyang kepada almarhum dilakukan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun oleh anak-cucu dan buyutnya. Mereka melakukan sembahyang di altar "abu-leluhur" setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek, dengan memberikan sajian makanan dan buah.

Pada hari-hari besar sembahyangan seperti Ceng Beng, cit gwee, sincia dan lain-lain diadakan sembahyangan yang lebih besar untuk para leluhurnya. Jadi keberadaan para leluhur ini dipertahankan dan dihormati hampir sepanjang masa oleh keturunannya.

Apakah ini berguna dan perlu?

Tata-cara Kristen, kalau seorang telah meninggal maka semuanya sudah selesai, semuanya sudah habis. "Dari debu kembali ke debu". Tidak ada apa-apanya lagi, tidak ada sembahyang atau ritual-ritual lainnya.

Apakah ini benar dan baik? 

Dari pengamatan dan pengalaman saya, kedua tata-cara ini ada "plus" dan "minus-nya. Mempunyai kebenaran juga ada tidak benarnya, kalau ditinjau dan sisi arwah almarhum, jadi dari sisi spiritualnya Tata cara Kong Hu Cu mempunyai nilai "plus" , sangat berguna bagi arwah orang yang baru meninggal maupun arwah yang sudah lama meninggal tapi belum dapat naik dan masuk ke alam arwah, untuk memulai perjalanan arwahnya. Para arwah ini masih berada di alam arwah gentayangan atau alam transisi, masih dapat keluyuran kemana-mana, tinggal di rumahnya dulu atau berkunjung ke rumah keluarganya.

Maka tata-cara mengadakan sembahyang, menyediakan makanan dan buah untuk almarhum sangat bermanfaat bagi arwah yang bersangkutan. Para arwah ini merasa kehadirannya, keberadaannya masih diingat dan masih dihormati oleh keluarganya. Ini merupakan sesuatu yang sangat menghibur, menyenangkan dan membahagiakan arwah tersebut.

Akan tetapi kalau arwah almarhum telah "naik" dan memasuki alam arwah untuk memulai perjalanan arwah, maka tata-cara dan upacara sembahyang dan lain- lain untuk mengundang dan menghadirkan para almarhum tersebut sudah tidak berguna, bahkan mengganggu dan menghambat perjalanan arwahnya. Setiap kali diundang dan dihadirkan akan membuat arwah ini menjadi ingat kembali masalah keduniawian, melekat kembali pada keluarga dan lain-lain. Hal seperti ini juga dapat mengganggu tugas-tugas yang sedang dijalankan di alam arwah. Jadi lebih baik tidak dipanggil dan diundang "turun" untuk menerima persembahan berupa upacara sembahyang. Kalau mau mengadakan sembahyang pada hari-hari ceng beng atau sin cia, lakukanlah sebagai seremonial, nostalgia dan reuni keluarga besar saja, tidak perlu mengundang atau menghadirkan para arwah leluhur. Arwah leluhur yang sudah di reinkamasikan kembali, sudah putus hubungan kekeluargaan, sudah tidak dapat dihadirkan.

Bagaimana tata-cara Kristen? "Dari debu kembali ke debu", semuanya sudah selesai, semua sudah habis. sudah "tutup buku". Jadi sudah tidak perlu ada apa-apa lagi.

Tata-cara ini tentu baik sekali untuk para arwah yang sudah "naik" dan sudah menempuh perjalanan arwahnya. Tapi bagi para arwah almarhum yang masih belum naik, arwah dari orang yang baru meninggal, hal ini kurang baik bagi arwah almarhum, mereka sedih, kecewa bahkan penasaran karena merasa keberadaannya sudah begitu saja dilupakan, begitu cepat dilupakan oleh keluarganya, oleh orang-orang terdekatnya. Suatu kondisi yang sangat menyedihkan bagi arwah orang yang baru meninggal dan belum naik ke alam arwah.

Yang lebih baik adalah mengambil jalan tengah, sebelum arwah almarhum naik, pakai tata-cara Khong Hu Cu, kalau arwah sudah naik, pakai tara-cara Kristen.

Bagaimana mengetahui arwah almarhum sudah naik atau belum? Tanya kepada para dewa dan roh suci yang duduk di altar klenteng Tri Dharma dengan sarana pak- pwee. Cara tanya di altar sudah saya jelaskan di dalam buku ke-5 "Dialog dengan Alam Dewa" sampul warna merah.


3. Lebih Baik Dibayar Sekarang
Sudah ada beberapa buku yang menulis mengenai perjalanan ke neraka, baik versi Tao, Buddhis maupun Kristen dan Katholik. Semuanya berisi hal yang menyeramkan, penderitaan hebat dialami oleh para arwah yang sedang menjalani hukuman di alam neraka.

Apakah isi tulisan dalam buku itu benar?

Dari pengamatan saya, tidak semuanya benar tapi ada juga yang benar. Tidak benar kalau dikatakan hukuman itu diterima di alam neraka. Hampir semua peristiwa hukuman itu dijalani di alam arwah, yaitu "api pencucian" dan di "rumah hukuman", karena berat dan hebatnya penderitaan yang dialami di "api pencucian" dan di "rumah hukuman" ini maka banyak yang menganggap dan mengira sudah ada di alam neraka.

Di alam neraka keadaannya jauh lebih berat, tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia. Roh yang masuk di alam neraka sudah kehilangan jati-diri bahkan tidak tahu lagi "dia itu apa".

Hukuman dan penderitaan di alam arwah, di api pecucian dan di rumah hukuman, jauh lebih berat

Penderitaan yang paling berat yang dapat dijalani atau diterima di dalam kehidupan ini, karena itu jauh lebih baik semua dosa dan karma buruk manusia dapat dibayar dalam kehidupan di dunia ini jangan tunggu atau ditunda untuk membayar di alam arwah. Sayangnya tidak semua dosa dan karma buruk dapat dibayar di alam kehidupan duniawi ini. Ada dosa dan karma buruk yang baru dapat dibayar di alam arwah atau harus dibayar di alam arwah, seperti dosa dan karma buruk akibat melecehkan para roh suci dan para dewa dari berbagai aliran kepercayaan atau agama, dan melanggar aturan dan hukum alam semesta, yang tidak mengakibatkan mahluk hidup lain ikut menderita. Kesemuanya ini tidak dapat dibayar dalam kehidupan duniawi.

Hukuman di alam arwah adalah dosa dan karma buruk yang belum terbayar di alam kehidupan ditambah hukuman yang harus dijalani di alam arwah. Dan kalau masih ada sisa hukuman yang belum terbayar di alam arwah, sedangkan waktu untuk reinkarnasinya sudah tiba, maka sisa hukuman atau sisa karma buruk ini akan tetap terbawa dalam kehidupan yang akan datang, harus dibayar di kehidupannya yang akan datang. Maka sebaiknya bayarlah dosa dan karma buruk di alam kehidupan yang sekarang ini, Jangan dibawa ke alam arwah.

Oleh karena itu Guru Roh saya mengatakan: "Dalam hidup Jangan takut menderita, sebab penderitaan itu nanti akan melancarkan dan meringankan perjalanan-mu".

Sang Budha mengatakan : "Hidup adalah penderitaan".

Dan Yesus Kristus berkata : "Berbahagialah orang yang menderita".

Apakah anda masih ragu mengenai "kebenaran" ini? Pikirkan dan renungkan baik-baik, jangan lari dari penderitaan, bayar lunas dalam kehidupan sekarang ini. Itu jauh lebih ringan dan lebih baik.


4. Jangan Mempersulit Diri
Banyak hal yang dilakukan manusia yang dapat mempersulit dirinya sendiri, karena emosi lalu membuat ikrar atau sumpah, atau ikut-ikutan orang lain yang belum tentu benar.

Saya pernah mendengar orang mengatakan kalau sekali sudah mengadakan upacara sembahyang Tuhan atau disebut sembahyang King Dhi Kong yang diadakan tengah malam jam 12 Imlek tanggal 8, malam tanggal 9 bulan pertama, maka setiap tahun harus mengadakan, kalau tidak akan ada sanksinya, ada hukumannya.

Ada juga yang mengatakan kalau tahun ini sembahyang dengan persembahan kertas sembahyang sebanyak 10, maka tahun depan harus lebih banyak, setiap tahun harus lebih banyak dari tahun sebelumnya, kalau tidak maka rejekinya akan berkurang.

Pada klenteng yang ramai dikunjungi umat, dewa dan roh suci duduk dan bersemayam 24 jam per hari di altar. Maka para umat yang mau bersembahyang tidak perlu lagi mencari hari baik untuk sembahyang, setiap waktu adalah baik untuk sembahyang. Jadi tidak perlu berdesak-desakkan untuk sembahyang di hari tanggal 1 dan 15 bulan Imlek. Setiap waktu anda akan diterima oleh para dewa dan roh suci di altar.

Juga ada yang punya anggapan bahwa kalau tahun ini mempersembahkan kue tertentu dengan diameter 10 cm, tahun depan harus 15 cm, dan tahun depannya lagi harus 20 cm, setiap tahun perlu dipersembahkan yang lebih besar dari tahun yang lalu, sampai ada yang membuat kue mangkok dengan diameter 50 cm. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana mengatur dan meletakkan di meja sembahyang kalau nanti diametemya sudah menjadi 100 cm. Berapa beratnya dan berapa biaya pembuatannya, ini nanti pasti dapat memecahkan rekor kue mangkok terbesar.

Jadi sebaiknya dipertimbangkan baik-baik, apakah anggapan atau "tata-cara yang aneh-aneh" ini akan mempersulit diri sendiri atau tidak. Kalau ya, lebih baik jangan dilakukan, percayalah tidak ada sanksi apa-apa kalau "tata-cara yang aneh-aneh" itu tidak diikuti.

Masih banyak orang yang kalau mau sembahyang di klenteng atau vihara perlu mencari hari dulu, bahkan sampai ke-jam berapa sebaiknya sembahyang dilakukan. Tanggal 1 dan 15 setiap bulan Imlek dipercaya sebagai hari baik untuk sembahyang di klenteng dan vihara, di hari yang lain kurang mantap, rejekinya kurang.

Apakah betul demikian?

Pada klenteng dan vihara yang para dewa dan roh sucinya tidak "duduk" atau tidak bersemayam 24 jam sehari di tempat itu, sembahyang pada tanggal 1 dan 1 5 bulan Imlek memang benar dan baik. Sebab para suci baru banyak yang "turun" di vihara dan klenteng semacam itu pada hari-hari itu. Diluar waktu itu, para suci tidak ada disitu, altar hanya dijaga oleh dewa kecil penjaga altar atau dewa pengurus altar. Oleh karena itu ada nasehat yang diberikan oleh para "orang tua" bahwa kalau mau meminta petunjuk atau ada permohonan, supaya tanya dulu dengan pak-pwee. Apakah dewa atau roh suci yang "duduk di altar" ada di tempat? Kalau ada baru dilanjutkan dengan permohonan atau pertanyaan. kalau belum ada, supaya ditunggu sebentar baru ditanya-kan lagi.


5. Hong-Sui dan Hari Baik
Waktu saya masih bekerja sebagai kontraktor di bidang AC, saya sering menemukan masalah yang berhubungan dengan hong sui yaitu ilmu tata-letak untuk rumah. Karena banyak pengalaman yang saya dapat tentang hong sui untuk rumah tinggal, termasuk rumah teman dekat saya yang baru dapat di selesaikan setelah bongkar pasang selama 2 tahun lebih. Saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa kalau anda membangun rumah dengan satu ahli hong sui, maka rumah anda akan selesai dalam waktu 1 tahun, kalau dengan dua ahli hong sui, maka rumah anda baru dapat selesai 2 tahun atau lebih, kalau anda panggil tiga ahli hong sui, maka rumah anda tidak pernah selesai. Sebab ilmu  hong sui, mempunyai banyak cara dan metode perhitungannya,dan banyak diantaranya yang tidak sejalan atau berbeda. Oleh karena itu jangan mempersulit diri dengan mengundang banyak ahli hong sui untuk membangun rumah, makin banyak bukan makin baik, tapi makin berantakan.


Apakah hong sui diperlukan?

Hong sui tidak mutlak! Jadi tidak perlu, tapi ada sisi positifnya, ada sisi baiknya. Dan yang baik belum tentu diperlukan.

Tingkat mengambil keputusan dalam kehidupan spiritual adalah : boleh atau tidak, baik atau tidak dan perlu atau tidak.

Kalau mau pakai perhitungan hong sui, pakai pokok-pokok utamanya saja, tidak perlu sampai detail.

Saya beberapa kali menemukan rumah tamu saya yang dibongkar-pasang pintu dan kamarnya. Setiap panggil ahli hong sui maka pintu dan kamamya, tata-ruangnya diubah lagi dan diubah lagi, sebab masalah kesehatannya terganggu, terganggu seluruh keluarga.

Waktu saya datang ke rumahnya, rumahnya sedang dirapikan dari perubahan yang ke-4 tata-ruangnya. Setelah saya periksa, gangguan kesehatan yang menimpa keluarga ini disebabkan tanah rumah ini berunsur yin atau negatif yang sangat kuat, tanah dimana rumah ini didirikan adalah bekas kuburan masal dijaman V.O.C, di jaman Belanda dulu dipakai untuk pembunuhan masal.

Oleh karena itu walaupun hong sui nya diubah berkali-kali, tetap saja kesehatan keluarga ini terganggu, terutama sang istri. Setelah saya netralkan tanah yin ini dengan pasir dari Parang Tritis, baru keadaan kesehatan keluarga ini berangsur-angsur membaik, si istri membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan kesehatannya. Hong sui tidak mutlak, hong sui tidak dapat mengubah tanah yin menjadi yang atau positif, hong sui juga tidak dapat mengusir mahluk gaib yang jahat.

Beberapa tamu saya yang menanyakan hari baik untuk upacara pemikahan maupun hari baik untuk upacara duka, banyak yang meminta sampai detail, sampai jam nya diperlukan. Dan saya selalu mengatakan jam tidak mutlak. tidak perlu sampai detail jam keluar pengantin, jam ketemu mempelai dan lain-lain.

Begitu juga untuk upacara duka, meminta detail jam tutup-peti, jam berangkat, jam masuk liang lahat dan lain-lain. Dan saya juga selalu memberitahu bahwa jam tidak mutlak. Dilakukan baik, tidak dilakukan juga tidak apa-apa, tapi ada diantaranya yang tidak mantap dengan penjelasan saya. Maka saya anjurkan untuk memakai jam yang sudah disarankan oleh para "orang tua" atau "orang pintar saja. Perlu dipertimbangkan, bagaimana kalau jam yang ditentukan itu menjadi mempersulit keadaan, misalnya pengantin keluar rumah jam 6 pagi, bertemu jam 10 pagi dan lain-lain. Atau pemakaman masuk liang lahat jam 6 pagi dan lain-lain.

Mengapa "jam yang sulit" ini jarang ada, sebab kalau ditentukan atau dipilih maka keluarga yang bersangkutan juga sulit melaksanakan, jadi dipilih saja yang tidak mempersulit keadaan. Jadi jam boleh dipilih sendiri, yang tidak mempersulit diri sendiri. Toh faktor jam tidak mutlak, dipakai boleh, tidak dipakai juga tidak apa-apa. Paling enak pilih sendiri jam-nya. bukan harinya.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close