-->

Friday 2 December 2016

Pertanyaan dan Komentar Tentang Spiritual (Bagian Keempat)

ARWAH DAN ALAM ARWAH 


l. Surga itu apa dan dimana?

Hampir setiap hari saya membaca berita duka di koran yang berisi tulisan "Telah berpulang ke rumah Bapa di surga..." Di dalam upacara duka sering saya dengar kata penghiburan seperti, "Nanti kita akan berkumpul kembali di surga." Atau. "Dia (almarhum) telah bebas dari penderitaan dan telah berada di surga" dan lain-lain.
Jadi surga itu sebenarnya apa dan dimana?

Saya pernah berbicara dengan seorang rohaniawan dan spiritualis, dia mengatakan bahwa surganya orang Kristen berbeda dengan surganya umat Buddhis. Nah, bagaimana lagi?

Bertambah rancu dan membingungkan kalau setiap orang mau berbicara tentang surga.

Surga menurut para guru roh saya, juga dari informasi arwah nenek saya dan beberapa arwah yang sudah berhasil mencapai surga.

Surga adalah alam arwah yang paling tinggi. Untuk dapat mencapai surga, arwah tersebut harus memenuhi beberapa syarat. Salah satunya adalah karma buruknya sudah terbayar lunas.

Komentar rohaniawan dan spiritualis tadi tidak salah, surga orang Kristen dan surga umat Buddhis tidak sama. Apa yang dianggap surga di dalam Buddhis lebih cenderung yang disebut nirwana. Jadi surga memang bukan nirwana. Nirwana tempat para dewa dan roh suci, surga tempat para arwah manusia.

Mengenai surga itu apa dan dimana pernah saya tulis dalam buku ke-4 "MENGINTIP PERJALANAN ARWAH" halaman 14.


2. Apakah benar ada orang yang meninggal belum waktunya?

Ada orang mengatakan kepada saya bahwa kelahiran dan kematian ada ditangan Tuhan. Artinya setiap kelahiran dan kematian Tuhan yang menentukan. Kalau begitu semua orang yang meninggal tentu sudah waktunya, yaitu waktu yang ditentukan oleh Tuhan.

Apakah benar seperti itu?

Bagaimana kalau orang ugal-ugalan ngebut dan kecelakaan sampai meninggal?

Atau seorang prajurit gugur dalam peperangan?

Bahkan kalau orang tersebut bunuh diri?

Dari petunjuk para guru roh saya, perbandingan orang yang meninggal sudah waktunya dengan yang belum waktunya 50-50. Cukup banyak dan mengejutkan. Dan angka untuk belum waktunya ini cenderung naik dengan berjalannya waktu karena pembahan prilaku masyarakat dan merajalelanya penyakit-penyakit ganas.


3. Kalau seseorang meninggal belum waktunya, apa yang terjadi?

Hampir semua orang yang baru meninggal tidak tahu dan tidak menyadari kalau dia sudah meninggal. Dia menganggapnya sebagai sedang bermimpi panjang saja. Sampai beberapa lama dia baru mengetahui dan menyadari kalau dia sudah meninggal, tergantung orangnya (almarhum). Biasa- nya antara 7 hari sampai satu bulan. Begitu dia tahu kalau sudah meninggal, dia menjadi bingung, panik, tidak tahu apa yang harus dilakukan, ketakutan dan lain-lain. Dalam keadaan seperti inilah arwah perlu mendapat bimbingan, apa yang harus dia lakukan, kemana dia harus tinggal. dan lain-lain.

Mengenai meninggal belum waktunya, arwah Orang yang,baru meninggal dan arwah yang belum dapat naik ke alam arwah dan lain-lain,sudah saya tulis dalam buku ke 4 "MENGINTIP PERJALANAN ARWAH" halaman 72-75.


4. Apakah makam atau kuburan merupakan tempat tinggal arwah?

Makam atau kuburan bukan tempat atau rumah arwah yang meninggal. Makam adalah tempat penyimpanan tubuh jasmani / jenasah orang meninggal.

Jadi dimana tempat tinggal arwah orang yang meninggal dan belum dapat naik ke alam arwah?

Arwah orang meninggal yang belum dapat naik ke alam arwah sering masih berada di rumahnya atau di rumah orang tuanya dan lain-lain. Baru setelah dia bosan dan mulai ada "keberanian" untuk keluyuran, dia mulai berkunjung ke tempat lain seperti ke rumah saudaranya atau temannya.

Jadi arwah ini memang dapat keluyuran kemana dia suka. Maka dia sering disebut arwah gentayangan, dan alam dimana dia dapat gentayangan disebut sebagai alam arwah gentayangan.

Saya sering mengetahui keluarga yang baru ditinggal oleh orang tuanya atau anaknya, sering melakukan kunjungan ke makam almarhum hanya untuk dapat berdekatan dan menemani arwah almarhum sambil ngobrol-ngobrol kecil. Ada yang melakukan 2-3 kali dalam seminggu, bukan main.

Setelah saya jelaskan bahwa almarhum tidak tinggal di makam itu, melainkan berada di rumahnya dulu, mereka baru menyadari dan melakukan sedikit ritual di rumahnya untuk arwah almarhum.


5. Apakah perlu dikirim rumah-rumahan arwah?

Saya sudah banyak menerima pertanyaan mengenai "rumah arwah" ini. Ada yang tanya, apakah arwah memang perlu dikirimi rumah?

Kalau yang kirim rumah arwah hanya etnis Tionghoa / Kong Hu Cu saja, apakah arwah dari etnis lain semuanya hanya jadi gelandangan karena tidak punya rumah?

Kalau begitu di alam arwah sana ada banyak rumah kosong yang sudah ditinggal "naik" oleh arwah pemiliknya?

Semua pertanyaan ini ada yang serius juga ada yang tendensi melecehkan tradisi kebudayaan Kong Hu Cu mengenai upacara ritual duka. Saya dan istri sudah banyak menerima pelajaran tentang perjalanan arwah. Saya sudah banyak tahu mengenai perjalanan arwah dan kondisi kehidupan arwah.

Di sini, tulisan saya ini, bukan meminta anda percaya, bukan untuk meminta pembenaran, juga bukan untuk meminta pengakuan. Saya hanya mau memberikan informasi yang saya anggap ada baiknya dan ada gunanya untuk diketahui.

Memang benar bahwa di alam arwah gentayangan sana, hanya arwah yang dikirimi "rumah" yang memiliki "rumah pribadi". Dan rumah pribadi ini akan hilang begitu arwahnya sudah "naik". Jadi hilang begitu saja tanpa digusur. Kalau arwah lain mau cari "rumah bekas" untuk ditinggali. arwah itu tidak akan menemukan.

Apakah arwah perlu dikirimi "rumah"?

Tergantung. Kalau dia sudah waktunya meninggal, Tidak perlu dikirimi rumah.

Kalau dia belum waktunya meninggal, jadi masih lama tinggal di alam arwah gentayangan, sebaiknya dikirimi rumah agar dia tidak selalu gentayangan yang bisa beresiko diganggu arwah jahat lain atau oleh makhluk halus lain. Bahkan juga dapat beresiko mengganggu keluarganya sebab orang yang didekati oleh makhluk halus atau arwah akan terganggu, menjadi resah atau susah tidur dan lain-lain.


6. Bagaimana cara mengirimkan rumah arwah yang benar?

Saya dan istri sering melayat ke rumah duka. Juga melihat dan mengetahui cara pengiriman rumah arwah. Sebagian besar atau bahkan lebih dari 90% rumah arwah yang dikirim tidak sampai ke alamatnya. Artinya tidak berhasil diterima oleh arwah almarhum.

Banyak rumah duka yang menawarkan paket ritual upacara duka, termasuk rumah arwah dan ritual pengirimannya. Yang sering saya temukan, pengiriman paket rumah arwah dilakukan sangat manusiawi dan duniawi, artinya seperti kirim paket lewat pos atau titipan kilat saja. Ada alamat yang dituju, ada pengirimnya, ada daftar barangnya, kadang disertai kwitansi dan "akte notaris"nya. Dengan diiringi sedikit mantra dan doa, rumah arwah itu dikirim lewat cara pembakaran.

Pengiriman rumah arwah perlu dilakukan oleh orang pintar yang memang memiliki kemampuan untuk mengirim dan mewujudkan rumah kertas itu menjadi rumah arwah di alam arwah gentayangan dan dapat diterima oleh arwah yang bersangkutan. Untuk keperluan ini, jaman sekarang sudah langka yang dapat melakukannya dengan benar dan berhasil.

Saya dan istri pernah beberapa kali memandu orang yang akan mengirim rumah arwah. Saya dan, istri hanya memandu cara-caranya, pelaksanaannya dapat dilakukan sendiri. Yang diperlukan adalah memohon pertolongan kepada para dewa di altar klenteng Tridharma untuk meminta "Hu" yang diisi dengan kekuatan pengantar pengiriman rumah arwah.

Beberapa orang telah kami pandu cara pengiriman rumah arwah dengan pertolongan "Hu" ini berhasil dengan baik, berhasil diterima oleh arwah almarhum.


7. Bagaimana cara menolong meringankan perjalanan arwah almarhum?

Pertanyaan seperti ini juga sering saya terima dari para tamu saya. Wajar kalau seseorang ingin sekali dapat menolong atau membantu meringankan perjalanan arwah almarhum. Banyak yang melakukan 'pelimpahan jasa" untuk almarhum oleh anak- anaknya. Apakah cara ini dapat menolong?

Saya kira tidak. Pelimpahan jasa ada hubungannya dengan mekanisme karma. Sang anak beramal mendapatkan karma baik, dan karma baik ini akan dilimpahkan kepada almarhum orang tuanya.

Hal ini tidak mungkin terjadi, sebab karma tidak dapat dipindah-kan, juga tidak dapat diwariskan.

Maka yang dapat pahala berupa karma baik adalah sang anak yang telah beramal tersebut. Dan jasa pahala ini tidak dapat dilimpahkan kepada siapa-pun.

Jadi kalau mau menolong arwah jangan berbentuk karma baik. Menolong arwah perlu mengetahui terlebih dahulu kondisi arwah tersebut.

Kalau arwah belum naik, maka arwah tersebut masih ada di alam arwah gentayangan yang sama dengan alam kehidupan dunia ini.

Umumnya arwah ini gentayangan mendatangi rumah saudara-saudaranya, ke rumah orang tuanya atau ya tinggal di rumahnya dulu (kalau tidak dikirimi rumah arwah).

Pada arwah seperti ini bisa dihibur dengan mengadakan meja sembahyang kecil dan sederhana, dipasang fotonya, diberi air minum, lampu dan lain-lain.

Tujuannya hanya untuk menghibur agar arwah tersebut menjadi senang karena masih diingat oleh keluarganya, masih diperhatikan oleh keluarganya.

Cara yang lain adalah mengirimi rumah arwah agar dia dapat tenang tinggal di "rumahnya sendiri", rumah arwah. Ia dapat duduk, tidur, buka pintu dan jendela seperti dulu dia masih hidup. Di rumah manusia dia tidak dapat melakukan semua itu.


8. Bagaimana perjalanan arwah orang yang memiliki strata nirwana atau strata langit?

Dibandingkan jumlah orang yang tidak punya strata langit, maka jumlah orang yang memiliki strata langit sangat sedikit. Walaupun begitu, beberapa kali saya bertemu dengan orang berstrata langit, sebagian besar bertemu di rumah saya waktu dia ikut atau menemani tamu saya konsultasi.

Dari pembicaraan yang saya lakukan dengan mereka, saya tahu bahwa" sebenarnya mereka datang ke rumah saya bukan kebetulan, tapi didorong oleh roh pendamping yang dibawa sejak lahir untuk mendampingi mereka agar dapat bertemu dengan guru rohnya.

Sayang sekali, banyak diantara mereka yang tidak percaya dan tertarik terhadap spiritual. Padahal kesempatan untuk mengetahui dan bertemu dengan guru roh sangat berharga.

Di buku ke-4 "MENGINTIP PERJALANAN ARWAH" halaman 66-71 saya telah menuliskan dialog saya dan istri dengan arwah Pak Irwan, seseorang yang memiliki strata langit dalam menempuh perjalanan arwahnya. Silahkan dibaca lagi.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close