-->

Thursday 1 December 2016

Tercecer Dari Dialaog Dengan Alam Spiritual Bagian Ketiga

BAB III. MENELUSURI JALAN SPIRITUAL 


1. SAYA BUKAN GURU
"Kau tidak mempunyai guru dan jangan menjadi guru."

Kalimat diatas adalah rambu pertama atau perintah pertama yang diberikan oleh Guru Roh saya. Dan saya sampai sekarang masih memegang teguh perintah tersebut. Tidak menjadi guru, guru spiritual.

Saya dan istri memang tidak mempunyai guru, guru manusia di bidang spiritual. Tapi saya dan istri mempunyai guru roh, guru roh yang membimbing dan mengajarkan laku spiritual.
Oleh karena itu saya dan istri tidak mengajarkan ajaran apapun mengenai spiritual, apalagi mengenai agama, sama sekali tidak. Saya dan istri hanya memberikan informasi berdasarkan pengalaman yang telah kami peroleh selama menjalani laku spiritual.

Informasi ini hendaknya diteliti dulu, dipikirkan dulu dan dipahami dulu dengan baik baru dicari kebenarannya.

Kata-kata Sang Buddha yang sangat bijaksana dan rendah hati adalah :

"Jangan begitu saja percaya hanya karena aku yang mengatakan, tetapi teliti dan buktikan dulu".

Saya menganjurkan : "Jangan begitu saja percaya apa yang saya katakan, tetapi teliti, pikirkan dan temukan kebenarannya dulu".


2. ANGGAPAN YANG SALAH
Ada Pastur Katholik datang ke rumah saya, yang sekarang bertugas di luar Indonesia. Ada Bhiksu Theravada datang ke rumah, sekarang bertugas di Jawa Tengah. Ada Lhama Tibet datang ke rumah, sekarang memberikan pelayanan di Jakarta. Ada spiritualis, ada paranormal dan ada suhu atau guru spiritual dari berbagai aliran pernah datang ke rumah saya untuk diskusi, untuk tukar pikiran dan tukar pengalaman, bukan untuk berdebat mencari kebenaran masing-masing. Saya tidak pernah mau menyediakan waktu untuk berdebat mengenai "kebenaran spiritual". Sebab menurut saya, kebenaran spiritual sulit dibuktikan secara nyata, logika maupun realitasnya. Masing-masing tidak dapat membuktikan kebenaran yang dibawanya. Saya tidak dapat membuktikan apa yang saya katakan, mereka juga tidak dapat membuktikan "kebenaran" yang mereka bawa. Kalau masing-masing tidak dapat membuktikan fakta kebenaran materinya, maka diskusi dan perdebatan semacam ini adalah debat kusir.

Kebenaran spiritual adalah soal "Keyakinan Spiritual", tidak perlu diperdebatkan.

Pernah datang beberapa orang dan kelompok Tao- is untuk diskusi mengenai ajaran spiritual dan metode / cara meditasi yang saya jalankan. Mereka ingin belajar spiritual pada saya. Saya katakan kepada mereka bahwa saya bukan guru spiritual, saya tidak mengajarkan ilmu spiritual apapun, dan mereka kecewa. Maka muncul anggapan bahwa saya tidak mau mengajarkan ilmu saya karena saya takut disaingi.

pernah datang juga kelompok meditasi Buddhis anak-anak muda sekitar 20-30 tahun ini baru saja mengikuti pelatihan meditasi Vipassana di daerah Puncak. Sebelum mereka pulang ke Jawa Timur, mereka meminta waktu untuk diskusi mengenai ajaran spiritual dan mengenai masalah meditasi, mereka mau belajar spiritual dan cara meditasi yang saya jalankan.

Saya beritahu mereka bahwa saya bukan guru spiritual atau guru meditasi, saya tidak mengajarkan ilmu spiritual atau ilmu meditasi. Merekapun kecewa, dan muncul lagi anggapan atau isu yang tidak benar. Ada yang menganggap saya tidak mau mengajarkan ilmu saya karena saya tidak mau / tidak senang melihat orang lain maju!

Semua isu atau anggapan negatif itu tidak membuat saya risau. Saya dapat menerima sikap mereka, sebab mereka belum tahu, mereka belum mengerti, apalagi memahami apa itu ilmu spiritual yang murni, yang penuh akan unsur "Karunia Ilahi".

Karunia Ilahi tidak dapat diperoleh dengan cara belajar seperti di sekolah. karunia Ilahi tidak dapat diturunkan atau diwariskan. Untuk memperoleh karunia ilahi perlu guru roh untuk membimbing menjalani laku spiritual yang murni. Menurut saya, guru manusia sulit memberikan bimbingan kepada muridnya tentang laku spiritual yang murni yang penuh unsur kebenaran spiritual.

Mengenai guru roh dan cara guru roh membimbing manusia, saya sudah menjelaskan dalam buku ke 3 dengan judul : "menelusuri jalan spiritual" sampul warna biru.


3.LEBIH PERCAYA 
Banyak orang lebih percaya pada medium, lok- tung atau tung-sen dibandingkan dengan para dewa dan roh suci yang duduk di altar klenteng atau vihara Tri Dharma. Mereka beranggapan bahwa melalui medium lah dapat memperoleh penjelasan dari para dewa atau roh suci secara langsung, karena mediumnya kesurupan dewa.

Banyak orang tidak menyadari bahwa yang berbicara melalui medium itu belum tentu dewa atau roh suci. Bisa saja makhluk gaib yang lain yang bukan garis Ilahi berbicara mengatas-namakan dewa atau roh suci.

Sang mediumnya saja tidak tahu kalau yang "masuk berbicara melalui mulutnya itu bukan dewa atau roh suci, apalagi tamunya yang minta konsultasi. lalu bagaimana cara mengetahui asli atau palsunya yang berbicara melalui medium itu?

Hal ini memang perlu dicarikan solusi, cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan bertanya kepada para dewa dan roh suci yang duduk di altar klenteng, dengan bertanya sendiri melalui sarana pak- pwee. Tanyakan sebelum pergi ke tempat medium, jangan setelah pergi. Lakukan evaluasi tempat itu seperti yang telah saya jelaskan dalam buku ke-5 dengan judul "Dialog dengan Alam Dewa" sampul warna merah mengenai cara bertanya di altar klenteng.

Beruntunglah mereka yang masih mau masuk klenteng dan mampu bertanya pada para dewa di altar.

Bagi orang awam sarana untuk dapat bertanya langsung kepada para dewa hanya ada diklenteng. melalui sarana  pak-pwee. Jangan punya anggapan bahwa pak-wee adalah untung-untungan. Kalau dilakukan dengan penuh kesujudan dan percaya, dapat menyusun pertanyaannya dengan benar, maka jawabannya dapat 90% benar.

Jangan punya pikiran untuk coba-coba, untuk sekedar mau tahu dan lain-lain. Anda akan mendapatkan sekedar jawaban coba-coba atau jawaban sekedar "jawaban asal tahu" saja.


4. MOTIVASI DAN GURU ROH 
Sebenarnya mengenai motivasi mengangkat guru roh dan cara guru roh dalam membimbing manusia telah banyak saya jelaskan di buku ke-3 "menelusuri jalan spiritual". Tetapi karena banyaknya para tamu yang meminta konsultasi mengenai guru roh dan meminta saya mendampingi mereka, maka disini saya tambahkan lagi penjelasan mengenai motivasi dan guru roh.

Banyak para tamu saya yang mempunyai strata roh Nirvana yang ingin mengangkat guru roh. Setelah saya tanyakan kepada Roh Suci garis guru rohnya, misalnya guru rohnya Dewi Kwan Im. Yang bersangkutan belum dapat diterima untuk menjadi murid Dewi Kwan im. Jadi yang menentukan sudah dapat diterima atau belum bukan saya, tapi guru rohnya yang belum bersedia menerima. Mengapa?

Umumnya faktor utama penyebab belum dapat diterimanya seseorang untuk mengangkat guru roh adalah motivasinya yang tidak tepat. Misalnya.menolong orang, untuk dapat menjadi guru spiritual, untuk supaya perjalanan hidupnya menjadi lancar jauh dari halangan hidup, untuk mengisi waktu di hari tua, untuk melindungi diri dan keluarga dari gangguan-gangguan jahat dan lain-lain, semua motivasi seperti ini tidak dapat diterima, guru roh bukan untuk memberikan semua itu.

Ada yang bertanya kepada saya, kenapa motivasi untuk menolong orang tidak diperbolehkan? Bukankah menolong orang itu baik?

Saya tanya padanya, dengan cara apa anda mau menolong orang? Apakah dengan materi atau uang? Atau dengan tenaga dan nasehat untuk memperoleh jalan keluar? Atau menolong orang sakit dengan memberikan kesembuhan? Dengan cara apa memberikan kesembuhan? Apakah dengan kekuatan atau daya supranatural, kekuatan spiritual? "Dengan kekuatan spiritual jawabnya". Jadi motivasi anda mengangkat guru roh adalah agar memperoleh kemampuan daya spiritual atau daya supranatural yang identik dengan kesaktian. Motivasi untuk memperoleh "kesaktian" inilah yang tidak dapat diterima."

Guru roh membimbing manusia bukan untuk memperoleh kesaktian, tetapi membimbing manusia agar memperoleh dan menemukan jalan yang benar, jalan kebenaran dalam menempuh perjalanan hidupnya supaya dapat meningkatkan kebersihan hati nuraninya, dapat meningkatkan kesucian rohnya, yang kemudian akan membawa rohnya memperoleh kenaikan tingkat, kenaikan strata rohnya. Tentu saja untuk mencapai ini semua tidak mudah. Perlu usaha ekstra keras tanpa kenal lelah siap menderita lahir dan batin. Agar Rapot Perjalanan Hidup (RPH) nya biru dan Skala Kadar Karma Buruk (SKKB) rendah.

Penjelasan lebih lanjut ada di buku ke-3 ''MENELUSURI JALAN SPIRITUAL''

Guru roh dan para roh suci mempunyai keterbatasan, dan yang membatasi adalah hukum alam bagi para roh suci.hukum ini sangat berbeda dengan hukum alam manusia. Para roh suci sangat patuh dengan peraturan dan hukum alam ini. Para roh suci sangat hati-hati dan menghindari penyebab pelanggaran. Tetapi manusia menghindari hukuman akibat pelanggaran.

Hal ini dapat diumpamakan : roh suci selalu hati-hati dan waspada untuk selalu memperhatikan rambu-rambu supaya tidak melanggar hukum. Tetapi manusia hanya memperhatikan akibat dari pelanggaran, kalau tidak ada polisi, walaupun tahu ada rambu larangan ya diterobos saja, toh akibat pelanggaran itu tidak ada, tidak ditilang, tidak dihukum.

Di dalam memberikan kebijaksanaan dan pertimbangan, roh suci mengutamakan motivasi, baru hasil akhir, kalau motivasinya baik, tujuannya baik, hasil akhirnya kurang baik atau tidak baik, masih dapat diterima. Kalau manusia, umumnya hanya melihat hasil akhir dan tidak mau melihat motivasinya. Jadi kalau motivasi mau mengangkat guru roh sudah salah, maka roh suci sudah tidak dapat memberikan kebijaksanaan dan pertimbangan lagi. Para roh suci dan para dewa sangat patuh pada hukum alam untuk para dewa.


5. AMAL-BAIK 
Raport Perjalanan Hidup terdiri dari 3 unsur, perilaku baik, amal baik dan ibadah baik. Pada mulanya saya menganggap amal baik paling gampang atau mudah untuk dijalankan, dibandingkan unsur yang lain. Akan tetapi dalam kenyataannya, dari para tamu yang konsultasi, sebagian besar nilai amal-baiknya merah.Sangat jarang yang mempunyai nilai amal baiknya biru. kenapa? Umumnya orang punya anggapan bahwa kalau dia tidak jahat terhadap orang lain, tidak menipu orang, tidak bermusuhan dengan orang lain, sudah cukup. Semua ini membuat prilakunya yang baik, nilai prilakunya yang biru, amal-baiknya tidak tersentuh!

Untuk merubah prilaku yang tidak baik menjadi prilaku yang baik, tidak terlalu sulit. Asal berani berjanji dan melaksanakan janjinya untuk tidak berbuat jahat terhadap orang lain. Begitu janji ini ditepati dan dijalankan, maka tidak lama nilai raport prilakunya akan menjadi biru. Tidak demikian dengan amal baik, amal baik tidak dapat diubah dalam waktu singkat, sebab amal baik bergandengan dengan motivasi amal. Amalnya besar tetapi motivasinya tidak tepat, ada pamrihnya, maka amal baik tersebut bernilai rendah, atau malah tidak ada nilainya. Jangan-jangan amal yang besar itu punya pamrih yang besar pula, seperti suap!

Untuk mempunyai amal yang baik, perlu mempunyai motivasi yang benar dan dilakukan dari waktu ke waktu, setahap demi setahap Tidak dapat dadakan dan sekaligus.

Kasus di bawah ini mungkin dapat memberikan gambaran mengenai motivasi amal yang kurang tepat

Suatu hari datang ke rumah saya pengusaha besar berusia sekitar 50-an, sebut saja bernama  Budi. Datang ke rumah saya lengkap dengan timnya, sekretarisnya dan asisten-asistennya Budi datang untuk konsultasi kesehatannya. penyakitnya sudah diobatkan ke berbagai dokter dan penyembuh alternatif, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, hasilnya kurang memuaskan, kambuh lagi dan kambuh lagi.

Hasil pemeriksaan saya, sakit Budi sulit disembuhkan karena adanya proses pembayaran karma, terutama nilai amal Budi sangat minim atau bahkan hampir nol. Oleh karena itu saya memberitahu Budi agar meningkatkan amal baiknya, supaya banyak beramal. Rupanya Budi menyadari bahwa selama ini dia mengabaikan beramal. Dia tanya perlu beramal dimana? Saya beritahu dia, beramal dapat di panti asuhan dan panti  jompo. Dia langsung memerintahkan sekertarisnya untuk mengeluarkan dana l00 juta, 50 juta untuk panti asuhan dan 50 juta untuk panti jompo.

Saya beritahu dia bahwa cara amal baik seperti itu kurang tepat, nilai amalnya kecil. Nilai amal yang baik adalah dibina setahap demi setahap secara berkelanjutan, bukan sekali saja dengan nilai besar. Saya anjurkan, lakukanlah setiap bulan 10 juta untuk panti asuhan dan l0 juta untuk panti jompo. Dalam 5 bulan nilai amalnya akan membaik dan naik setahap demi setahap.

Saya tahu Budi menganggap waktu 5 bulan terlalu lama, dia mau segera beramal supaya segera mendapatkan kesembuhan. Saya tidak tahu apakah Budi mengikuti anjuran saya atau tidak. Tetapi saya tahu, Budi mau dengan mudahnya memberikan dana amal 100 juta, sebab mengharapkan imbalan kesembuhan. Jadi beramal besar dengan pamrih yang besar pula. Budi sudah mengeluarkan biaya pengobatan dalam ukuran milyar. Uang 100 juta bukan apa-apa bagi dia. Semoga Budi menyadari hal ini, jangan beramal dengan diboncengi pamrih, nilainya kecil atau malahan bisa tidak punya nilai sama sekali.

Beberapa kasus seperti ini saya temukan, malahan ada kasus bahwa dia mau beramal kalau nanti sudah sembuh, dia menawar kalau sudah sembuh dia pasti beramal. Apakah dia pernah ketemu dokter yang mau dibayar kalau pasiennya telah sembuh? Padahal dia istri dokter!

Amal baik memang tidak mudah, tidak mudah menghilangkan pamrihnya. Hal ini perlu dibina secara bertahap, jauh sebelum masalah dan penderitaannya datang.

Perlu diingatkan bahwa Yang tidak memberi, tidak dapat menerima. Yang mau menerima, perlu mau memberi. Yang diberikan menentukan yang akan diterima. Itulah hukum keseimbangan, hukum alam yang tidak dapat dihindari maupun dimanipulasi oleh semua makhluk hidup.


6. MANTRA DAN DOA 
Mengenai mantra dan doa, saya sudah menuliskan di buku ke-3 "menelusuri jalan spiritual", disini saya hanya menambahkan  sedikit mengenai kekuatan mantra dan doa tadi.

Banyak orang mengira bahwa kekuatan mantra ada pada isi mantranya, sehingga banyak orang terobsesi bahwa kalau dia sudah dapat membaca atau mengucapkan sebuah mantra hebat, dia juga sudah menjadi orang sakti atau hebat. Hal ini sangat menyesatkan, banyak kasus menunjukkan bahwa anggapan mantra hebat akan menghasilkan kekuatan yang hebat telah membawa banyak masalah. Contoh kasus yang banyak terjadi adalah membersihkan rumah dari gangguan makhluk gaib yang jahat, dan mengusir makhluk gaib yang mengganggu manusia. Kalau yang mengusir ber-modalkan mantra ampuh dan hebat yang diucapkan dan kekuatan mantra itu tidak dapat mengalahkan atau mengusir makhluk gaib itu, tapi hanya melukainya saja, maka akibatnya akan membawa masalah yang lebih besar, gaib yang diusir marah dan mengamuk.

Untuk mantra-mantra garis non Ilahi tentu berbeda, garis non Ilahi mempunyai aturan dan "perjanjian" tersendiri.

Ta Pei Cou atau Maha Karuna Dharani adalah mantra hebat, karena kekuatannya ini memicu banyak orang untuk membaca dan melafal mantra ini. Ditambah lagi dengan promosi yang disebarkan secara besar-besaran tentang kehebatan dan kegunaan mantra ini, makin banyak orang tertarik. Akibatnya banyak orang terobsesi merasa memiliki "kesaktian Ta Pei Cou" dan banyak orang mendapat masalah. Ta Pei Cou adalah mantra milik Dewi Kwan Im, kalau mau membaca Ta Pei Cou sebaiknya tanya dulu kepada Dewi Kwan Im, apakah anda diperbolehkan dan baik untuk membaca mantra ini. Kalau diizinkan, tanya lagi berapa lama waktu yang diperbolehkan, satu tahun, dua tahun dan seterusnya.

Saya pernah diprotes, kenapa membaca Ta Pei Cou harus dibatasi, mantra ini kan baik dan untuk kebaikan, tidak masuk akal kalau mantra yang baik dan untuk kebaikan harus dibatasi. Dia membaca Ta Pei Cou sudah bertahun-tahun dan tidak apa-apa. Penjelasan saya dianggap menyesatkan.

Saya yakin banyak orang mempunyai pemikiran seperti ini, tetapi saya tidak merasa risau, saya merasa komentar seperti itu wajar. Sebelum saya tahu, saya mungkin juga punya pemikiran seperti itu. Setelah saya tahu, dari para tamu yang datang konsultasi mengenai masalah gangguan aneh yang dialaminya. Setelah saya telusuri, ternyata gangguan aneh itu berasal dari kekuatan Ta Pei Cou yang tidak terkontrol.

Mantra Ta Pei Cou yang diucapkan dengan benar dan dengan hati nurani yang bersih akan menghasilkan kekuatan Ta Pei Cou yang dapat membuka indra ke-6 seseorang, dapat membuka "telinga gaib atau mata gaib" orang tersebut. Kalau orang tersebut belum dapat mengontrol telinga gaib atau mata gaib ini, maka dia akan mendengar suara aneh atau melihat bayangan aneh diluar kehendaknya, diluar kontrolnya, sehingga mendatangkan keluhan dan masalah bagi dirinya.

Kalau seseorang sudah bertahun-tahun membaca Ta Pei Cou tapi tidak mengalami gangguan apa-apa atau tidak bermasalah. Kalau dia orang awam, maka dapat saya katakan bahwa orang tersebut menyia-nyiakan waktunya, menghabiskan waklunya secara percuma tidak menghasilkan apa-apa. Tidak ada kekuatan Ta Pei Cou yang turun atau masuk ke dalam dirinya. Maka dia tidak merasakan apa-apa, indra ke-6 nya sama sekali tidak terbuka.

Kenapa dapat begitu? Ada beberapa penyebab : 

    - Hati nuraninya tidak bersih dan kurang sujud.
    - Membacanya express tanpa konsentrasi, dibibirnya keluar mantra, pikirannya ada di "mall" atau di tempat lain.
    - Ada makhluk gaib atau kekuatan gaib yang menutup atau menghalangi mantra ini untuk "naik", sehingga pembacaan mantranya menjadi kosong.

Membaca mantra Ta Pei Cou atau juga disebut sebagai mantra Maha Karuna Dharani boleh-boleh saja, tapi pikirkan dan pertimbangkan dulu apa yang telah saya jelaskan diatas. Jangan membaca hanya untuk coba-coba, atau kepingin tahu atau kepingin merasakan. Sebab sekali anda membuka "pintu penghubung" dengan makhluk gaib, maka anda tidak mudah menutupnya kembali.

Mantra yang hebat dan ampuh bukan terletak pada isi mantra, tetapi terletak pada siapa yang mengucapkan mantra itu. Diucapkan seorang spiritual-is dan diucapkan oleh seorang awam tentu sangat berbeda. Sesama spiritualis saja hasilnya tidak sama, sebab masih tergantung pada tingkat pencapaian laku spiritual-nya masing-masing.


7. DISELAMATKAN OLEH BUKU 
Saya senang membaca buku-buku teknik dan ilmu pengetahuan, juga buku mengenai spiritual. Tapi saya tidak pernah di-izinkan oleh Guru Roh saya untuk mempelajari, melatih dan mempraktekkan cara dan metode yang berhubungan dengan ajaran spiritual yang ada di dalam buku-buku tersebut. Saya diperintah oleh Guru Roh saya untuk banyak membaca buku, hanya untuk menambah dan meluaskan wawasan saya. Guru Roh kami berdua sudah mempunyai program dalam membimbing saya dan istri dalam menjalani laku spiritual.

Ada beberapa buku yang telah menolong saya dalam menelusuri perjalanan spiritual saya. Tanpa kehadiran buku ini mungkin saya sudah drop-out atau gagal dalam menempuh laku spiritual saya.

Sekitar tahun 1995 saya harus menghadapi banyak makhluk halus jenis jin yang jahat yang menempati suatu perkampungan di lereng gunung yang banyak goanya, perkampungan ini lebih cocok disebut "sarang penyamun jin, sebab yang tinggal disitu, semuanya jin jahat yang senang mengganggu dan berbuat jahat kepada manusia. Banyak diantaranya yang dimanfaatkan oleh para "dukun" dalam mengganggu manusia.

Dibawah bimbingan Guru Roh saya, saya harus menghancurkan seluruh "sarang penyamun jin jahat ini. Saya melihat seluruh perkampungan dan goa-goa itu habis terbakar, banyak jin menjadi korban.

Setelah kejadian itu saya dihantui rasa bersalah, bagaimanapun makhluk jin adalah makhluk hidup. Saya merasa berdosa kalau saya nanti sering melakukan hal seperti ini. Jadi pendirian saya menjadi goyah dan ragu dalam melanjutkan laku spiritual ini.

Suatu hari saya dibimbing Guru Roh saya masuk sebuah toko buku, sesuai hobby saya membaca buku-buku spiritual, maka saya menghampiri bagian rak buku spirltual, perhatian saya tertuju pada sebuah buku tipis yang tidak menarik, berjudul Bhagavad Gita, diterjemahkan oleh sastrawan terkenal Indonesia. Saya beli buku tipis itu bersama beberapa buku yang lain. Sampai di rumah buku Bhagavad Gita yang pertama saya baca.

Saya sangat terkejut membaca wejangan Prabu Khrisna kepada Arjuna dalam perang Bratayuda itu.

Kalimat yang sampai sekarang masih saya ingat adalah :

"Kalau kau tidak mau menjalankan tugas ini, bukan berarti peristiwanya tidak akan terjadi. Tetapi pelakunya yang diganti agar peristiwanya tetap terjadi. Dan kau menjadi pecundang."

Buku ini banyak berisi wejangan Prabu Khrisna kepada Arjuna, wejangan-wejangan ini menyadarkan saya, bahwa saya tidak boleh berhenti, tidak boleh drop out agar tidak menjadi pecundang.

Buku ke-2 yang menyelamatkan perjalanan spiritual saya adalah Padmakumara. Sekitar tahun 2002 laku spiritual saya mencapai suatu tingkat dimana "Jatidiri" saya di alam gaib menjadi terbuka. Saya tidak menyadari dan tidak mengetahui kondisi saya, tapi para makhluk suci dapat melihat "Jatidiri" saya.

Pada waktu itu saya dan anak perempuan saya menghadiri perayaan "Gotong-Toa Pek Kong" di sebuah klenteng Tri Dharma. Banyak joli yang berisi rupang / patung para dewa dari berbagai klenteng dan daerah ikut upacara Gotong Toa Pek Kong ini.

Saya mendampingi anak saya memasuki ruangan besar tempat berkumpulnya lebih dari 30 joli Toa Pek Kong yang akan diarak. Anak saya dengan kameranya mengambil gambar setiap rupang dewa yang duduk dalam setiap joli untuk dokumentasi. Saya mendampingi dari Joli yang satu kejoli yang lain. Ketika saya dan anak saya berada di tengah-tengah deretan barisan joli, saya sangat terkejut sekali waktu mengetahui bahwa semua dewa yang duduk di joli itu keluar dan memberi hormat pada saya.

Tiba kembali di rumah, untuk beberapa hari saya dibebani pikiran oleh peristiwa di klenteng Tri-Dharma itu. Sebetulnya apa yang terjadi? Kenapa para dewa itu memberi hormat kepada saya? Saya khawatir ini semua hanya ilusi atau imajinasi saja. Jangan-jangan saya sudah keluar dan jalur spiritual saya dan pindah ke jalur sesat.

Mana ada begitu banyak dewa bersama-sama memberi hormat saya. Saya menjadi gelisah, petunjuk dari Guru Roh pun saya ragukan. Ini sudah gawat kalau sampai seseorang sudah mulai meragukan guru rohnya.

Sampai suatu hari saya diperintah Guru Roh saya untuk membaca kembali buku Padmakumara, disitu saya temukan 2 kalimat yang dulunya saya anggap mengada-ada saja. Kalimat itu adalah :

    Kau adalah Yidam, Yidam adalah kau. 
    Kau adalah Buddha, Buddha adalah kau.


Kedua kalimat ini adalah tingkat pencapaian laku spiritual. Yang pertama adalah tingkat menengah, dimana seseorang sudah dapat menyatu dengan guru rohnya. Yang kedua adalah tingkat tinggi, dimana seseorang sudah dapat menyatu dengan Buddha atau menjadi Buddha. Buddha hidup.

Saya yang sudah dipersiapkan dengan baik oleh Guru Roh saya, masih membutuhkan waktu 2 tahun untuk dapat adaptasi / menyesuaikan diri memasuki kondisi ini. Kalau tidak, seseorang dapat goyah dan jatuh memasuki periode ini karena terobsesi menjadi orang suci, menjadi sombong dan lain-lain.


8. JANGAN MENILAI SEBELUM TAHU 
Saya sering bertemu dengan pelaku spiritual dari berbagai aliran untuk diskusi dan saling bertukar pengalaman. Tapi tidak pernah diskusi yang berujung perdebatan. Selalu saya akhiri dengan 'Tidak usah dibahas hal-hal yang berbeda, sebaiknya masing-masing tetap pada pilihannya, itu baik dan penting."

Banyak orang berkomentar miring pada agama orang lain, padahal dia belum pernah tahu isi ajaran agama orang lain itu. Suatu penilaian yang ceroboh, emosional, egois karena ke-"aku" annya dan fanatik. Yang lebih aneh lagi, menurut saya, bagaimana mungkin manusia menghakimi urusan Tuhan atau Allah. Sesuatu yang tidak masuk akal tapi banyak dilakukan orang.

Ada orang mengatakan pada saya bahwa agama Hindu adalah agama primitif sebab menyembah banyak patung, batu, pohon dan lain-lain. Saya tanya, "Apakah anda sudah tahu atau pernah membaca isi ajaran Hindu? "Belum" Anda baca dulu Bhagavad Gita, salah satu kitab suci ajaran Hindu. Setelah mengerti isinya baru membuat penilaian dan berkomentar."

Ada juga salah satu kelompok Kristen yang disebarkan dari pintu ke pintu (door to door) mengatakan bahwa semua Kristen adalah palsu, yang benar hanya Kristen alirannya. Dia memberikan bukti-bukti yang diambil juga dari Injil. Tentu saja dengan penafsirannya sendiri.

Suatu hari mereka datang ke rumah mau diskusi dan menjelaskan pada saya mengenai "Injil itu dongeng atau firman Allah." Saya menolak topik bahasan ini. Dia tanya- "Kenapa?" Saya jawab, "Saya tidak mempersoalkan ajaran Injil atau kitab suci yang lain itu dongeng atau firman Allah, saya/hanya mempersoalkan apakah ajaran itu dapat membuat orang menjadi baik, itu yang terpenting." Banyak ajaran kitab suci yang ditransfer atau diubah menjadi dongeng agar mudah dimengerti dan membuat banyak orang menjadi orang baik. Jadi bagi saya apapun namanya, yang penting dapat membuat orang menjadi orang baik.


9. MELIHAT DENGAN MATA GURU 
Saya sudah sering bertemu dengan orang yang mempunyai kemampuan supranatural sejak kecil, ada juga yang sudah dewasa maupun yang sudah tua. Daya supranaturalnya dimiliki tanpa belajar, tanpa berlatih apa-apa, begitu saja muncul sendiri. Sehingga kadang-kadang membuat yang bersangkutan kelabakan, ada yang ketakutan dan ingin cepat membuang atau menghilangkan kemampuan tersebut.

Yang paling banyak saya temukan adalah kemampuan mendengar gaib atau telinga gaib dan kemampuan melihat gaib atau mata gaib.

Dahulu sebelum saya mengetahui dan mengerti, saya menganggap mempunyai kemampuan mata gaib dan telinga gaib sangat menguntungkan. Bahkan saya sempat iri terhadap mereka, merasa mereka begitu beruntung tanpa susah payah melatih diri sudah memperoleh kemampuan hebat, dapat melihat gaib dan dapat dialog dengan gaib, mahluk dari alam gaib, baik itu dewa atau jin dan lain-lain.

Setelah saya tahu dan mengerti mekanisme kemampuan supranatural itu dengan segala resiko dan keuntungannya, resikonya lebih besar dibandingkan keuntungannya. Sebab kemampuan seperti itu mudah diketahui oleh makhluk Jin dan dimanfaatkan oleh Jin untuk kepentingan "seolah-olah" bagi pemilik kemampuan tersebut. Padahal kepentingan yang lebih besar adalah untuk jin itu sendiri.

Kemampuan melihat gaib dan mendengar gaib yang muncul sendiri, mudah tertipu dan ditipu oleh makhluk gaib atau makhluk halus. Maka kemampuan seperti ini sangat rawan, mudah diintervensi atau disusupi oleh makhluk non Ilahi yang memalsukan jati diri sebagai makhluk Ilahi seperti para dewa dan roh suci. Kemudian makhluk non Ilahi ini berangsur-angsur menguasai orang tersebut. Kalau sudah dikuasai, sangat sulit untuk melepaskan diri. Perlu sangat hati-hati dan waspada karena yang berebut ingin memanfaatkan orang yang mempunyai kemampuan seperti ini adalah para makhluk non Ilahi. Para dewa dan roh suci jarang sekali mau memanfaatkan kemampuan orang seperti ini kecuali dia memang pelaku spiritual murni garis llahi.

Kemampuan mata gaib dan telinga gaib yang dimiliki secara alami mudah diketahui oleh makhluk gaib. Tidak demikian dengan melihat dengan "mata Guru". Bagi pelaku spiritual yang telah mengangkat guru roh, sebaiknya melihat gaib dengan "mata guru", artinya penglihatan gaib yang diterima berdasarkan apa yang diberikan oleh guru roh, bukan oleh mata gaib orang tersebut. Mata guru tidak mudah ditipu dan tertipu. tidak dapat diketahui dan dirasakan oleh makhluk gaib non Ilahi yang sedang anda amati. Dan yang sangat penting adalah mata guru tidak akan memberikan penglihatan yang dapat membuat muridnya grogi, ketakutan dan panik atau menjadi tergoda.

Penglihatan yang diberikan oleh mata guru tidak selalu yang sebenarnya, tetapi selalu yang terbaik untuk sang murid pada saat itu. Buat apa yang sebenarnya kalau tidak baik untuk yang bersangkutan, yang dapat mencelakakan sang murid. Mata guru hanya dapat diperoleh bagi pelaku spiritual yang telah mempunyai guru roh, dan telah mencapai tingkat spiritual tertentu.


10. DROP-OUT DITINGGALKAN GURU 
Lima point atau lima penyebab seseorang ditinggalkan oleh guru rohnya sudah saya jelaskan dalam buku ke-3, "menelusuri jalan spiritual" hal 83.

Disini akan saya tambahkan empat point lagi :

a. Motivasi berubah
b. Tetap di "jalur lama" nya
c. Guru roh merepotkan
d. Meminta dan menerima non Ilahi.


a. motivasi berubah
Motivasi awal yang bagus dan benar, mau membersihkan pikiran dan mensucikan rohani, memohon bimbingan dan belajar dari guru agar dapat berangsur-angsur melepaskan kemelekatan duniawi, berusaha membuat RPH nya angka biru dan menurunkan SKKB nya serendah mungkin. Tidak membuat target dan tidak berinisiatif sendiri, terima sepengasihnya, tekun, rajin dan disiplin dan lain-lain.

Kemudian motivasinya berubah, ketekunannya menurun, tidak disiplin. Mulai diboncengi hal-hal yang duniawi, mau menjadi suhu dan orang pintar ingin punya daya supranatural untuk menolong orang, untuk mengisi waktu di hari tua dan lain-lain. Motivasi yang telah berubah seperti ini memungkinkan seseorang ditinggalkan oleh guru roh. Tentu sebelum ditinggalkan telah diberi waktu yang cukup lama untuk sadar dan kembali ke motivasi semula.

Ingat, guru roh kalau meninggalkan manusia yang dibimbing tanpa pemberitahuan sama sekali. Begitu saja ditinggal tanpa yang bersangkutan menyadari atau mengetahui.


b. Tetap di jalur lamanya 
Guru roh dalam membimbing mempunyai program yang khusus untuk muridnya. Program bimbingan ini tidak boleh dicampuri oleh siapapun sebab keputusan akhir ada di tangan guru roh.

Sudah banyak orang yang saya dampingi mengangkat guru roh, terutama mereka yang mempunyai strata roh Nirvana. Juga banyak diantaranya sudah mempunyai kemampuan supranatural sebelum mengangkat guru. Seperti dia sudah mempunyai mata gaib dan telinga gaib, sudah dapat kontak dengan gaib dan lain- lain.

Selama ini yang saya temukan, hampir semuanya yang telah mempunyai kemampuan supranatural gagal melanjutkan laku spiritualnya. Ditinggalkan oleh Sang Guru sebab mereka segan dan tidak patuh dengan program guru. Mereka masih menjalankan cara-cara lamanya dan menempuh jalur lamanya, dengan memakai kemampuan supranatural, tanpa tanya dan mendapat izin guru rohnya, mereka jalan sendiri. Jadi untuk apa mengangkat guru, kalau mau jalan sendiri. Guru roh pun meninggalkan dia, tanpa dia sadari.


c. Guru Roh Merepotkan 
Kalau orang sudah mempunyai guru roh, maka semua yang dilakukan yang berhubungan dengan gaib harus ditanyakan dan mendapat izin dari guru, harus sesuai dengan program bimbingan dari guru. Umpama-nya mau menolong orang sakit, perlu tanya dulu pada guru, apakah si A boleh ditolong, apakah dia mampu menolong, dengan cara apa menolongnya dan lain-lain. Ini semua perlu ditanyakan dulu. Kesemuanya ini dianggap merepotkan saja. Mereka menganggap tanya dulu ke guru merepotkan, mereka menganggap bahwa dia sudah mempunyai kemampuan menolong orang, sebelum mengangkat guru, jadi mau menolong orang tidak perlu tanya guru, menolong orang tidak ada hubungannya dengan guru.

Suatu anggapan dan pemikiran yang sangat salah, dia lupa tugas guru dan kewajiban murid. Jangan inisiatif sendiri dan keputusan akhir ada di guru. Harus se-izin guru.


d. Meminta dan Menerima Non Ilahi 
Sifat sebagian besar manusia, mau lebih hebat dan bertambah hebat, supaya lebih dikenal dan bertambah terkenal mempunyai nama besar dan dikagumi banyak orang. Semua sifat ini merupakan pantangan untuk pelaku spiritual garis Ilahi. Semua ini akan menjerumuskan ke jalan sesat. Sayangnya sebagian besar manusia sulit melepaskan semua sifat diatas. Semua mau lebih hebat dan lebih terkenal, dan sarana sudah tersedia bahkan tersedia banyak. Di garis non Ilahi cukup banyak tersedia sarana untuk menjadi hebat dan terkenal. Bahkan tidak butuh waktu lama dan tidak sulit memperolehnya. Dengan syarat-syarat tertentu orang tinggal meminta lalu menerima kemampuan supra-natural, makin tinggi syarat yang dipenuhi, makin hebat kemampuan supranatural yang diterima.

Susahnya masih banyak yang mengira bahwa ilmu tidak ada yang putih atau hitam, semuanya sama. Mau putih atau hitam semuanya tergantung orangnya yang menggunakan ilmu tersebut. Apakah mau dipakai untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Pandangan yang kurang tepat, untuk ini saya sudah menjelaskan dalam buku ke-3 "menelusuri jalan spiritual" hal 41. Sampul warna biru.

Guru roh saya menjelaskan, ada aturan di alam dewa dan para roh suci bahwa :

- Kalau orang sudah memiliki yang putih, yang Ilahi, kalau diganggu atau diintervensi oleh yang hitam, yang non Ilahi, maka yang putih akan memberikan perlindungan sebatas kemampuannya.

- Kalau orang sudah memiliki yang putih, dia meminta, menerima atau mengundang yang hitam, maka yang putih akan pulang meninggalkan orang tersebut.

- Kalau orang sudah memiliki yang hitam, dia mengundang, meminta atau menerima yang putih maka yang putih tidak pernah mau datang sebelum yang hitam disingkirkan dan semua bekas-bekasnya dibersihkan. Untuk membersihkan diri dari bekas yang hitam tidak mudah, perlu usaha keras dan ritual tertentu.

Inilah penyebab mengapa orang pada awalnya mempunyai yang putih, yang Ilahi, kemudian tanpa disadari ditinggalkan oleh yang putih - guru roh, sebab secara sadar atau tidak sadar, atau tidak tahu telah menerima, meminta atau mengundang yang non Ilahi, yang hitam.Waktu ditinggalkan yang putih, yang bersangkutan sama sekali tidak tahu, karena yang putih begitu saja pergi dan yang hitam menggantikan dengan jati diri yang putih. Putih yang palsu. Maka perlu selalu waspada, hati- hati dan teliti.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close