-->

Sunday 27 September 2015

XXVI. BRAHMANA VAGGA

XXVI. BRAHMANA VAGGA - BRAHMANA



1. Kisah Brahmana Yang Memiliki Keyakinan Kuat

Suatu ketika, di Savatthi, hidup seorang brahmana yang sangat setia kepada Sang Buddha dan ajaran-Nya. Setelah mendengar khotbah yang diberikan Sang Buddha, setiap hari, ia mengundang para bhikkhu datang ke rumahnya untuk menerima dana makanan. Ketika para bhikkhu telah sampai di rumahnya, ia memperlakukan mereka seperti arahat dan dengan hormat mempersilahkan mereka untuk memasuki rumahnya. Mendapat perlakuan demikian, bhikkhu-bhikkhu yang masih belum mencapai tingkat kesucian (puthujjana) maupun bhikkhu-bhikkhu arahat merasa enggan hati dan memutuskan untuk tidak pergi ke rumah brahmana tersebut keesokan harinya.

Ketika brahmana tersebut mengetahui bahwa para bhikkhu tidak lagi datang ke rumahnya, ia merasa tidak bahagia. Ia pergi menemui Sang Buddha dan memberitahu Beliau tentang para bhikkhu yang tidak lagi datang ke rumahnya. Sang Buddha memanggil para bhikkhu tersebut dan meminta penjelasan. Para bhikkhu mengatakan kepada Sang Buddha bahwa brahmana tersebut memperlakukan mereka semua seperti arahat.

Sang Buddha kemudian bertanya kepada mereka, apakah mereka merasa bangga dan senang ketika mereka diperlakukan seperti itu. Para bhikkhu menjawab tidak.

Kepada mereka Sang Buddha berkata, " O, para bhikkhu jika engkau tidak merasa bangga dan senang ketika diperlakukan seperti arahat, maka engkau tidak bersalah melanggar peraturan disiplin para bhikkhu yang manapun. Kenyataan brahmana tersebut memperlakukan demikian karena ia sangat setia pada para arahat. Jadi, murid-Ku, engkau harus berjuang keras mengurangi nafsu keinginan dan mencapai tingkat kesucian arahat."

XXV. BHIKKHU VAGGA

XXV. BHIKKHU VAGGA - BHIKKHU



1. Kisah Lima Bhikkhu

Suatu ketika terdapatlah lima bhikkhu yang berdiam di Savatti. Masing-masing bhikkhu itu mempraktekkan pengendalian terhadap salah satu dari lima indrianya dan mereka masing-masing menganggap bahwa apa yang ia praktekkan adalah yang paling sulit. Sehingga terjadilah pertentangan pendapat mengenai hal itu; dan mereka tidak dapat mencapai suatu kesamaan pendapat. Akhirnya mereka pergi menghadapSang Buddha untuk menanyakan perihal itu.

Sang Buddha berkata kepada mereka, "Masing-masing indria sama sulitnya untuk dikendalikan; tetapi semua bhikkhu harus mengendalikan kelima indria itu dan bukan hanya salah satu indria saja. Hanya mereka yang telah mengendalikan seluruh indria akan tebebas dari proses tumimbal lahir."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 360 dan 361 berikut ini :

"Cakkhuna samvaro sadhu
sadhu sotena samvaro
ghanena samvaro sadhu
sadhu jivhaya sarmvaro.

Kayena samvaro sadhu
sadhu vacaya samvaro
manasa samvaro sadhu
sadhu sabbattha samvaro
sabattha sambuto bhikkhu
sabbadukkha pamuccati."

Sungguh baik mengendalikan mata;
sungguh baik mengendalikan telinga;
sungguh baik mengendalikan hidung;
sungguh baik mengendalikan lidah.

Sungguh baik mengendalikan perbuatan;
sungguh baik mengendalikan ucapan;
sungguh baik mengendalikan pikiran;
Seorang bhikkhu yang dapat mengendalikan semuanya

akan terbebas dari semua penderitaan.

Friday 25 September 2015

XXIV. TANHA VAGGA

XXIV. TANHA VAGGA - NAFSU KEINGINAN



1. Kisah Kapila dan Ikan

Pada masa Buddha Kasapa, ada seorang bhikkhu bernama Kapila yang sangat terpelajar dalam Kitab Pitaka. Karena sangat terpelajarnya, ia memperoleh kemasyuran dan keberuntungan. Ia juga menjadi sangat sombong dan memandang rendah bhikkhu-bhikkhu lain. Bila para bhikkhu lain menunjukkan padanya apa yang pantas dan apa yang tidak pantas, ia selalu saja menjawab dengan pedas, "Berapa banyak yang kau tahu?" Hal itu menyiratkan bahwa ia tahu lebih banyak daripada bhikkhu-bhikkhu lain. Dengan demikian, lama kelamaan semua bhikkhu yang baik menjauhinya dan hanya bhikkhu-bhikkhu yang tidak baik berada di sekelilingnya.

Pada suatu hari Uposatha, ketika para bhikkhu mengulang `Peraturan Pokok` bagi para bhikkhu (=Patimokkha), Kapila berkata, "Tidak ada apa yang dikatakan sebagai Sutta, Abidhamma, atau Vinaya. Tidak ada bedanya apakah kamu mempunyai kesempatan untuk mendengar Patimokkha atau tidak," dan lain-lainnya. Kemudian ia meninggalkan para bhikkhu yang sedang berkumpul. Jadi, Kapila merupakan rintangan bagi pengembangan dan pertumbuhan Ajaran (Sasana).

Untuk perbuatan jahat ini, Kapila harus menderita di alam neraka (niraya) antara masa Buddha Kasapa dan Buddha Gotama. Setelah itu ia dilahirkan kembali sebagai seekor ikan di Sungai Aciravati. Ikan tersebut, seperti disebutkan di atas, mempunyai tubuh berwarna keemasan yang sangat indah, tetapi mulutnya berbau tidak enak yang sangat menusuk hidung.

Suatu hari, ikan tersebut ditangkap oleh beberapa nelayan dan karena sangat indah, mereka membawanya kepada Raja. Kemudian Raja membawa ikan tersebut kepada Sang Buddha. Ketika ikan itu membuka mulutnya, bau yang tidak enak dan sangat menusuk menyebar ke sekeliling. Raja bertanya kepada Sang Buddha, mengapa ikan seindah itu mempunyai bau yang sedemikian tidak enak dan menusuk hidung.

Thursday 24 September 2015

XXIII. NAGA VAGGA

XXIII. NAGA VAGGA - GAJAH


1. Kisah Menaklukkan Diri Sendiri

Suatu saat ayah Magandiya, karena sangat tertarik dengan kepribadian dan penampilan Sang Buddha, telah mempersembahkan anak perempuannya yang sangat cantik untuk dijadikan istri Sang Buddha Gotama. Tetapi Sang Buddha menolak persembahan itu dan berkata bahwa Beliau tidak akan mau menyentuh hal itu yang penuh dengan kotoran, sekalipun dengan kakinya. Ketika mendengar kata-kata ini kedua ayah dan ibu Magandiya melihat kebenaran dalam kata-kata tersebut dan mencapai tingkat kesucian anagami. Tetapi Magandiya menganggap Sang Buddha sebagai musuh dan bertekad untuk membalas dendam kepada Beliau.

Kemudian ia menjadi salah satu dari tiga istri Raja Udena. Ketika Magandiya mendengar kabar bahwa Sang Buddha telah datang ke Kosambi, ia menyewa beberapa penduduk dan pelayan-pelayannya untuk mencaci maki Sang Buddha saat Beliau memasuki kota untuk berpindapatta. Orang-orang sewaan tersebut mengikuti Sang Buddha dan mencaci maki dengan menggunakan kata-kata yang sedemikian kasar seperti `pencuri, bodoh, unta, keledai, suatu ikatan ke neraka`, dan sebagainya. Mendengar kata-kata yang kasar tersebut, Y.A.Ananda memohon kepada Sang Buddha untuk meninggalkan kota dan pergi ke tempat lain.

Tetapi Sang Buddha menolak dan berkata, "Di kota lain, kita juga mungkin dicaci maki dan tidak mungkin untuk selalu berpindah tempat setiap kali seseorang dicaci maki. Lebih baik menyelesaikan masalah di tempat terjadinya masalah. Saya seperti seekor gajah yang menahan panah-panah yang datang dari semua penjuru. Saya juga akan menahan dengan sabar caci maki yang datang dari orang-orang yang tidak memiliki moral."

Wednesday 23 September 2015

XXII. NIRAYA VAGGA

XXII. NIRAYA VAGGA - NERAKA



1. Kisah Sundari, Pertapa Wanita Pengembara

Pada saat jumlah orang-orang yang menghormat Sang Buddha meningkat, pertapa-pertapa bukan Buddhis mendapatkan jumlah pengikut mereka semakin berkurang. Oleh karena itu mereka menjadi sangat iri hati terhadap Sang Buddha. Mereka juga takut bahwa keadaan akan semakin buruk jika mereka tidak melakukan sesuatu untuk merusak nama baik Sang Buddha. Kemudian mereka mengundang Sundari, dan berkata kepadanya, "Sundari, kamu adalah seorang wanita muda yang cantik dan pintar. Kami menginginkan kamu membuat malu Samana Gotama dengan mengatakan kepada banyak orang bahwa kamu telah berhubungan kelamin dengannya. Dengan melakukan hal ini, citra baikNya akan rusak, pengikutNya akan berkurang sehingga banyak orang yang akan datang kepada kita. Buatlah penampilan yang terbaik dan pandai-pandailah."

Sundari mengerti apa yang diharapkan darinya. Kemudian pada malam hari, dia pergi ke Vihara Jetavana. Ketika dia ditanya kemana hendak pergi, dia menjawab, "Saya pergi mengunjungi Samana Gotama, saya tinggal bersamanya di kamar harum (Gandha Kuti) di Vihara Jetavana." Setelah mengatakan hal ini, dia pergi ke tempat pertapa-pertapa bukan Buddhis.

Pagi-pagi sekali keesokan harinya dia kembali ke rumahnya. Jika orang-orang menannyakan dia dari mana, dia akan menjawab, "Saya baru dari kamar harum (Gandha Kuti), setelah bermalam semalam dengan Samana Gotama." Wanita itu terus mengatakan hal ini selama dua hari. Pada akhir hari ketiga, pertapa-pertapa menyuruh beberapa pemabuk untuk membunuh Sundari dan meletakkan jenazahnya di tumpukan sampah dekat Vihara Jetavana.

Hari berikutnya, para pertapa menyebarkan berita mengenai hilangnya pertapa wanita pengembara (Paribbajika) Sundari. Mereka pergi menghadap Raja untuk melaporkan kecurigaan mereka. Raja mengijinkan mereka untuk menyelidiki di tempat yang mereka perkirakan. Ketika menemukan jenazah di dekat Vihara Jetavana, mereka membawanya ke istana.

XXI. PAKINNAKA VAGGA

XXI. PAKINNAKA VAGGA - BUNGA RAMPAI


1. Kisah Perbuatan Lampau Sang Buddha

Suatu ketika, musibah kelaparan melanda kota Vesali, diawali dengan musim kering yang lama dan keras. Akibat kekeringan itu hampir semua panen gagal dan banyak orang meninggal dunia karena kelaparan. Hal ini diikuti oleh penyebaran wabah penyakit. Karena masyarakat tidak lagi mampu menangani pembuangan mayat-mayat, maka bau busuk di udara menarik perhatian para raksasa. Penduduk Vesali menghadapi musibah kehancuran yang ditimbulkan oleh kelaparan, penyakit, dan juga kehadiran para raksasa. Dalam kesedihan dan penderitaannya, mereka mencoba mencari perlindungan. Mereka berpikir untuk mencari bantuan dari berbagai sumber, namun akhirnya mereka memutuskan untuk mengundang Sang Buddha.

Serombongan utusan dipimpin oleh Mahali, seorang pangeran suku Licchavi, dan putra brahmana kepala dikirim ke Raja Bimbisara untuk memohon Sang Buddha berkenan melakukan kunjungan ke Vesali, dan menolong mereka yang sedang dalam musibah. Sang Buddha mengetahui bahwa kunjungan ini akan membawa manfaat bagi banyak orang, maka Beliau menyetujui untuk pergi ke Vesali.

Mendengar Sang Buddha bersama para bhikkhu akan mengadakan muhibah ke negara tetangga, Raja Bimbisara memperbaiki jalan dari Rajagaha sampai ke tepi sungai Gangga. Ia juga membuat persiapan-persiapan lain dan mendirikan tempat-tempat beristirahat khusus pada jarak-jarak tertentu dalam setiap yojana.

Ketika segala sesuatunya telah siap, Sang Buddha berangkat menuju ke Vesali bersama lima ratus bikkhu. Raja Bimbisara juga menyertai Sang Buddha. Pada hari ke lima mereka sampai di tepi sungai Gangga dan Raja Bimbisara mengirim kabar pada pangeran-pangeran Licchavi.

Tuesday 22 September 2015

XX. MAGGA VAGGA

XX. MAGGA VAGGA - JALAN


1. Kisah Lima Ratus Bhikkhu

Lima ratus bhikkhu, setelah mengikuti Sang Buddha ke sebuah desa, pulang ke Vihara Jetavana. Sore harinya mereka berbicara tentang perjalanannya, khususnya bidang keadaan tanah apakah datar atau berbukit, lembek atau berbatu, dan lainnya.

Sang Buddha menghampiri mereka, seraya berkata, "Para bhikkhu, jalan yang kalian bicarakan adalah keadaan di luar diri kalian. Seorang bhikkhu seharusnya hanya terpusat pada `jalan utama` (jalan Ariya) dan berusaha keras berbuat sesuai dengan `Jalan Ariya` yang membimbing kita merealisasi kedamaian abadi (nibbana)."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 273 sampai dengan 276 berikut ini :

"Magganatthangiko settho
saccanam caturo pada
virago settho dhammanam
dvipadananca cakkhuma.

Eseva maggo natthanno
dassanassa visuddhiya
etanhi tumhe patipajjatha
marassetam pamohanam.

Etanhi tumhe patipanna
dukkhassantam karissatha
akkhato vo rnaya maggo
annaya sallakantanam.

Tumhehi kiccamatappam
akkhataro tathagata
patipanna pamokkhanti
jhayino marabandhana."

XIX. DHAMMATTHA VAGGA

XIX. DHAMMATTHA VAGGA - ORANG ADIL



1. Kisah Para Hakim

Suatu hari, beberapa bhikkhu sedang berjalan pulang dari menerima dana makanan. Ketika hujan turun, mereka berteduh di suatu gedung pengadilan. Saat berada di sana, mereka melihat bahwa beberapa orang hakim, setelah menerima uang suap, membebaskan suatu perkara.

Mereka melaporkan masalah ini kepada Sang Buddha dan Beliau berkata, "Para bhikkhu ! Dalam memutuskan suatu perkara, jika seseorang terpengaruh oleh rasa kasihan atau pertimbangan keuangan, dia tidak dapat disebut sebagai `si adil` atau `hakim yang patuh pada hukum`. Jika seseorang menimbang bukti-bukti dengan teliti dan memutuskan suatu kasus secara tidak memihak maka ia disebut `si adil` atau `hakim yang patuh pada hukum`."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 256 dan 257 :

"Na tena hoti dhammattho
yenattham sahasa naye
yo ca attham anatthanca
ubbo niccheyya pandito.

Asahasena dhammena
samena nayati pare
dhammassa gutto medhavi
"dhammattho" ti pavuccati."

Orang yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa
tidak dapat dikatakan sebagai orang adil
Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti
mana yang benar dan mana yang salah.

Orang yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa,
bersikap adil dan tidak berat sebelah,
yang senantiasa menjaga kebenaran,

pantas disebut orang adil.

Monday 21 September 2015

XVIII. MALA VAGGA

XVIII. MALA VAGGA - NODA-NODA



1. Kisah Putra Seorang Penjagal

Suatu ketika di Savatthi, ada seorang pria yang menjadi penjagal ternak selama dua puluh lima tahun. Selama itu ia menyembelih ternak dan menjual dagingnya, dan setiap hari ia makan nasi dengan kari daging. Suatu hari ia memberikan sedikit daging kepada istrinya agar dimasak untuk keluarga mereka, kemudian ia pergi mandi ke tepi sungai.

Saat penjagal itu pergi, seorang teman membujuk istrinya untuk menjual sekerat daging tadi kepadanya. Akibatnya tidak ada kari daging untuk si penjagal pada hari itu. Karena ia tidak pernah makan tanpa kari daging, maka si penjagal bergegas pergi ke belakang rumah, dimana terdapat seekor sapi jantan. Ia memotong lidah sapi jantan tersebut dan memanggangnya di atas api. Ketika makan si penjagal menggigit lidah sapi jantan tersebut, tetapi bersamaan dengan itu lidahnya sendiri tergigit putus dan jatuh ke atas piring nasi. Jadi sapi jantan dan si penjagal mengalami penderitaan yang sama, sama-sama terpotong lidahnya.

Si penjagal mengalami kesakitan dan penderitaan yang teramat sangat, dan ia merangkak ke sana ke mari, dengan banyak darah bercucuran dari mulutnya. Kemudian penjagal tersebut meninggal dan terlahir kembali di alam neraka Avici (Niraya Avici).

Istri si penjagal merasa sangat gelisah dan ia menginginkan putranya pindah ke tempat tinggal yang lain, agar kemalangan tidak menimpa dirinya pula. Maka ia mengirimkan putranya ke Taxila. Di Taxila, putra si penjagal mempelajari seni dari seorang pandai emas. Kemudian, ia menikahi putri gurunya dan mempunyai beberapa orang anak. Ketika anak-anak mereka sudah dewasa, ia kembali ke Savatthi. Anak-anaknya menganut ajaran Sang Buddha dan telah meningkat keyakinannya. Mereka mengkhawatirkan ayah mereka, yang telah menjadi tua tanpa pernah memikirkan Dhamma maupun kehidupannya yang akan datang.

XVII. KODHA VAGGA

XVII. KODHA VAGGA - KEMARAHAN



1. Kisah Putri Rohini

Pada suatu saat Anuruddha Thera mengunjungi Kapilavatthu. Saat Anuruddha berdiam di vihara, semua anggota keluarganya, kecuali Rohini datang mengunjunginya. Saat mengetahui bahwa ketidakhadiran Rohini disebabkan ia menderita kusta, Anuruddha Thera menyuruh salah satu anggota keluarganya untuk memanggilnya. Dengan menutupi kepalanya karena malu, Rohini pun datang. Anuruddha Thera menyarankan agar ia melakukan perbuatan baik. Beliau mengajurkan agar Rohini menjual beberapa pakaian dan perhiasannya, dan uang hasil penjualan tersebut dapat dipergunakan untuk membangun sebuah kuti bagi para bhikkhu. Rohini setuju dengan apa yang dinasehatkan kepadanya. Anuruddha Thera juga meminta anggota keluarganya yang lain untuk membantu pembangunan tersebut. Selanjutnya Anuruddha Thera meminta Rohini untuk menyapu lantai dan mengisi tempat air setiap hari meskipun pembangunan kuti sedang berlangsung. Rohini melakukan semuanya yang dianjurkan dan kesehatannya pun semakin membaik.

Saat bangunan kuti itu selesai dibangun, Sang Buddha dan para bhikkhu diundang untuk menerima dana makanan. Setelah bersantap, Sang Buddha bertanya siapa yang berdana kuti dan makanan tersebut. Namun saat itu Rohini tidak hadir, maka Sang Buddha meminta agar Rohini dipanggil dan ia pun datang.

Sang Buddha bertanya apakah Rohini tahu mengapa ia menderita penyakit yang mengerikan itu. Rohini menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya. Kemudian Sang Buddha menjelaskan bahwa Rohini menderita penyakit kusta karena perbuatan jahat yang pernah dilakukannya pada kehidupan yang lampau, perbuatan yang diliputi rasa dengki dan marah.

Saturday 19 September 2015

XVI. PIYA VAGGA

XVI. PIYA VAGGA - KECINTAAN



1. Kisah Tiga Pertapa

Suatu ketika terjadi di Savatthi, satu-satunya putra dari sebuah keluarga, pertama kali menjadi seorang bhikkhu, kemudian sang ayah mengikuti menjadi bhikkhu, dan akhirnya sang ibu menjadi seorang bhikkhuni. Mereka sangat dekat satu sama lainnya sehingga mereka jarang tinggal terpisah. Keluarga itu tinggal di vihara seperti tinggal di rumah sendiri, berbicara dan makan bersama, membuat bhikkhu-bhikkhu lain merasa terganggu. Bhikkhu lain melaporkan kelakuan mereka kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memanggil mereka.

Sang Buddha berkata, "Sekali kamu telah bergabung dalam pasamuan Sangha, kamu seharusnya tidak lagi tinggal bersama seperti sebuah keluarga. Jangan melihat mereka yang kaucinta dan melihat mereka yang tidak kaucinta, kedua hal itu merupakan penderitaan, maka kamu seharusnya tidak tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang kamu cintai."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 209, 210, dan 211 berikut :

"Ayoge yunja`mattanam
yogasminca ayojayam
attham hit va piyaggahi
piheta''ttanuyoginam.

Ma piyehi samaganchi
appiyehi kudacanam
piyanam adassanam dukkham
appiyananca dassanam.

Tasma piyam na kayiratha
piyapayo hi papako
gantha tesam na vijjanti
yesam natthi piyappiyam."

XV. SUKHA VAGGA

XV. SUKHA VAGGA - KEBAHAGIAAN



1. Kisah Kesabaran Kerabat Sang Buddha

Kapilavatthu, kota suku Sakya; dan Koliya, kota suku Koliya, terletak di sisi-sisi sungai Rohini. Petani kedua kota bekerja di ladang yang diairi oleh sungai tersebut. Suatu tahun mereka memperoleh hujan yang tidak cukup, sehingga padi serta hasil panen lainnya mulai layu. Petani di kedua sisi sungai ingin mengalirkan air dari sungai Rohini ke ladang mereka masing-masing. Penduduk Koliya mengatakan bahwa air sungai itu tidak cukup untuk mengairi dua sisi, dan jika mereka dapat melipatgandakan aliran air ke ladang mereka, barulah itu akan cukup untuk mengairi padi sampai menguning.

Pada sisi lain, penduduk Kapivatthu menolak hal itu, apabila mereka tidak mendapatkan air, dapat dipastikan hasil panen mereka akan gagal, dan mereka akan terpaksa membeli beras orang lain. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak siap membawa uang dan barang-barang berharga ke seberang sungai untuk ditukar dengan makanan.

Kedua pihak menginginkan air untuk kebutuhan mereka masing-masing, sehingga tumbuh keinginan jahat. Mereka saling memaki dan menantang. Pertengkaran antar petani itu sampai didengar oleh para menteri negara masing-masing, dan mereka melaporkan kejadian tersebut kepada pemimpin mereka masing-masing, sehingga orang-orang di kedua sisi sungai siap bertempur.

Sang Buddha melihat sekeliling dunia dengan kemampuan batin luar biasa Beliau, mengetahui kerabat-kerabat Beliau pada kedua sisi sungai akan bertempur, Beliau memutuskan untuk mencegahnya. Seorang diri Sang Buddha ke tempat mereka dengan melalui udara, dan segera berada di tengah sungai. Kerabat-kerabat Beliau melihat Sang Buddha, dengan penuh kesucian dan kedamaian duduk di atas mereka, melayang di udara. Mereka meletakkan senjatanya ke samping dan menghormat kepada Sang Buddha.

Friday 18 September 2015

XIV. BUDDHA VAGGA

XIV. BUDDHA VAGGA - BUDDHA



1. Kisah Tiga Putri Mara

Brahmana Magandiya dan istrinya tinggal di kerajaan Kuru bersama dengan Magandiya, putri mereka yang amat cantik. Begitu cantiknya putrinya itu sehingga ayahnya dengan keras menolak semua pelamarnya. Suatu hari, pagi-pagi sekali ketika Sang Buddha meninjau sekeliling dunia, Beliau mengetahui bahwa sudah saatnya bagi brahmana Magandiya dan istrinya untuk mencapai tingkat kesucian anagami. Sambil membawa mangkuk dan jubah-Nya, Sang Buddha berangkat ke tempat di mana sang brahmana biasanya melakukan pengorbanan dengan api.

Begitu melihat Sang Buddha, sang brahmana dengan seketika memutuskan bahwa Sang Buddha adalah orang yang layak menjadi suami putrinya. Ia meminta Sang Buddha untuk menunggu di sana dan dengan terburu-buru ia pergi menjemput istri dan putrinya.

Sang Buddha meninggalkan jejak kaki-Nya dan pergi ke tempat lain, yang berada di dekatnya. Ketika Sang brahmana dan keluarganya tiba, mereka hanya menemukan jejak kaki Sang Buddha, istri brahmana berkata bahwa itu adalah jejak kaki dari seorang yang telah terbebas dari keinginan-keinginan hawa nafsu. Kemudian, sang brahmana melihat Sang Buddha dan menawarkan putrinya untuk dinikahi oleh Sang Buddha.

Sang Buddha tidak menerima ataupun tidak menolak penawaran itu, tetapi pertama kali Beliau menceritakan kepada sang brahmana bagaimana putri-putri Mara menggoda-Nya pada saat Beliau baru saja mencapai Ke-buddha-an. Kepada putri-putri Mara yang cantik, Tanha, Arati dan Raga, Sang Buddha berkata, "Tidak ada gunanya menggoda seseorang yang telah terbebas dari keinginan, kemelekatan dan nafsu, karena ia tidak lagi dapat terpikat oleh godaan apapun juga."

XIII. LOKA VAGGA

XIII. LOKA VAGGA - DUNIA


1. Kisah Seorang Bhikkhu Muda

Suatu saat seorang bhikkhu muda menemani seorangan bhikkhu tua menuju ke rumah Visakha. Setelah menerima dana makanan, bhikkhu tua pergi ke tempat lain, meninggalkan bhikkhu muda di rumah Visakha. Cucu perempuan Visakha sedang menyaring air untuk bhikkhu muda. Ketika ia melihat bayangannya sendiri pada panci besar ia tersenyum. Melihat ia tersenyum, bhikkhu muda menatapnya dan balas tersenyum. Ketika ia melihat bhikkhu muda itu menatapnya dan tersenyum padanya, ia menjadi marah, dan menangis lalu berkata, "Kamu, kepala gundul! Mengapa kau tersenyum padaku?"

Sang bhikkhu muda menjawab, "Dirimu adalah kepala gundul; ayah dan ibumu juga berkepala gundul!" Kemudian, mereka bertengkar dan sang gadis dengan bercucuran air mata pergi kepada neneknya.

Visakha datang dan berkata kepada bhikkhu muda, "Tolong janganlah marah kepada cucu saya. Bukankah seorang bhikkhu memang berkepala gundul, kuku tangan dan kakinya dipotong, dan memakai jubah yang terbuat dari potongan-potangan kain, bepergian untuk menerima dana makanan dengan sebuah mangkuk yang bundar. Apakah yang telah dikatakan oleh gadis muda ini benar?"

Sang Bhikku muda menjawab, "Itu memang benar, tapi mengapa ia harus memaki saya karena hal tersebut ?" Kemudian bhikkhu yang lebih tua datang kembali, tetapi mereka berdua, Visakha dan bhikkhu tua gagal mendamaikan bhikkhu muda dan sang gadis.

Monday 14 September 2015

XII. ATTA VAGGA

XII. ATTA VAGGA - DIRI SENDIRI



1. Kisah Bodhirajakumara

Suatu ketika Pangeran Bodhi membangun sebuah istana yang sangat indah untuk tempat tinggalnya. Ketika istana tersebut selesai dibangun, ia mengundang Sang Buddha untuk berdana makanan.

Untuk acara istimewa ini, ia menghias bangunan dengan memberi pengharum ruangan 4 macam wangi-wangian dan dupa. Juga, kain yang panjang dilembarkan di lantai untuk alas, mulai dari ambang pintu sampai ke dalam ruangan. Karena ia tidak mempunyai anak, pangeran membuat harapan dan tebakan yang sungguh-sungguh, dengan berkata dalam hati: "Bila Sang Buddha berjalan di atas kain tersebut, semoga aku akan mempunyai anak!"

Ketika Sang Buddha tiba, Pangeran Bodhi dengan hormat memohon kepada Beliau sebanyak 3 kali untuk memasuki ruangan. Tetapi Sang Buddha tidak beranjak, hanya melihat pada Ananda. Ananda mengerti dan meminta kepada Pangeran Bodhi untuk memindahkan kain dari ambang pintu. Dan Sang Buddha pun masuk ke dalam istana.

Setibanya di dalam istana, pangeran mempersembahkan makanan yang enak dan terpilih kepada Sang Buddha. Selesai makan, pangeran bertanya : " Bhante, mengapa Bhante tidak mau berjalan di atas kain alas?"

Sang Buddha bertanya balik kepada pangeran: "Bukankah pangeran membentangkan kain itu dengan harapan agar dikaruniai anak apabila Aku berjalan di atas kain itu?"

XI. JARA VAGGA

XI. JARA VAGGA - USIA TUA



1. Kisah Teman-teman Visakha

Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada pesta Bacchanalian yang berlangsung selama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan kemudian meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada kejadian lainnya, dikatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita menjadi mabuk, bernyanyi dan menari,  Mara mengambil kesempatan membuat mereka semakin berani dan tidak tahu malu untuk bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut. Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan". Oleh karena itu, tubuh Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap yang menyebabkan wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri di atas Gunung Meru, dari tempat itu Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan. Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Sebagai wanita kalian tidak seharusnya datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian."

X. DANDA VAGGA

X. DANDA VAGGA - HUKUMAN




1. Kisah Kelompok Enam Bhikkhu

Suatu ketika terdapat tujuh belas bhikkhu sedang membersihkan suatu bangunan komplek Vihara Jetavana dengan tujuan agar dapat menempatinya. Pada saat yang bersamaan tiba di tempat itu pula kelompok enam bhikkhu. Kelompok enam bhikkhu mengatakan kepada kelompok pertama, "Kami adalah senior kalian, jadi sebaiknya kalian memberi kemudahan kepada kami, tempat ini akan kami pergunakan." Kelompok tujuh belas bhikkhu tidak mau memberikan tempat tersebut, sehingga chabbaggi bhikkhu memukuli mereka dan membuat mereka berteriak-teriak kesakitan.

Sang Buddha mendengar perihal itu, kemudian Beliau memberi teguran kepada mereka, dan menetapkan peraturan bahwa bhikkhu tidak boleh memukul bhikkhu lain.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 129 berikut:

"Sabbe tasanti dandassa
sabbe bhayanti maccuno
attanam upamam katva
na haneyya na ghataye."

Semua orang takut akan hukuman;
semua orang takut akan kematian.
Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri,

hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

Sunday 13 September 2015

SIN CING / PRAJNAPARAMITA HRDAYA SUTRA

bodhi-prajna.blogspot.com


 心經
SIN CING

般若波羅密多心經
Puo  Ruo  Po Lo  Mi  Tuo  Sin  Cing


觀 自 在 菩 薩.  行 深 般 若 波 羅 密 多 時.  照 見 五 蘊 皆 空.  度 一 切 苦 厄.
Kuan  Ce  Cai  Phu  Sha.    Sing  Sen Puo  Ruo  Po   Lo   Mi   Tuo  She.   Cao Cien  Wu  Yen Cieh Khung. Tu   Yi   Cieh Khu  Ek.


舍 利 子.  色 不 異 空.  空 不 異 色. 色 即 是 空.  空 即 是 色.  受 想 行 識.
Se    Li    Ce.     Se   Pu  Yi  Khung. Khung Pu   Yi     Se.    Se   Ci   She  Khung. Khung Ci  She  Se.   Sou Siang Sing Se.


亦 復 如 是.  舍 利 子.  是 諸 法 空 相.  不 生 不 滅.  不 垢 不 淨.  不 增 不 減.
 Yi    Fu    Yu   She.     Se    Li    Ce.     She   Cu  Fa Khung Siang.  Pu   Sen   Pu  Mieh.   Pu   Kho  Pu   Cin.   Pu   Cen   Pu   Cien.


是 故.  空 中 無 色.  無 受 想 行 識.  無 眼 耳 鼻 舌 身 意.  無 色 聲 香 味 觸 法.
She  Ku.    Khung Cung Wu Se.    Wu Sou  Siang  Sing Se.   Wu  Yen  El      Pi     Se  Shen  Yi.     Wu   Se   Sen   Siang Wei  Cu  Fa.


無 眼 界.  乃 至 無 意 識 界.  無 無 明. 亦 無 無 明 盡.  乃 至 無 老 死.  亦 無 老 
Wu Yen Cieh.   Nai   Ce   Wu   Yi    Se   Cieh.   Wu  Wu  Ming. Yi    Wu   Wu  Ming Cin.   Nai   Ce   Wu  Lao  Se.      Yi   Wu   Lao


死 盡.  無 苦 集 滅 道.  無 智 亦 無 得.  以 無 所 得 故.  菩 提 薩 埵.  依 般 若 波 
Se    Cin.    Wu  Khu  Ci  Mieh  Tao.    Wu   Ce   Yi    Wu    Te.     Yi   Wu   Suo  Te    Ku.    Phu  Thi  Sha   Tuo.   Yi    Puo  Ruo   Po


羅 密 多 故.  心 無 罣 礙.  無 罣 礙 故.  無 有 恐 怖.  遠 離 顛 倒 夢 想.  究 竟 涅 
Lo    Mi   Tuo   Ku.    Sin  Wu   Kua   Ai.     Wu  Kua   Ai   Ku.    Wu  You  Kung Pu.  Yen Li Tien Tao Mong Siang.     Ciu  Cin  Nie


槃.  三 世 諸 佛.  依 般 若 波 羅 密 多 故.  得 阿 耨 多 羅 三 藐 三 菩 提.  故 知 
Phan.   San   Se   Cu    Fo.      Yi   Puo  Ruo  Po  Lo    Mi   Tuo   Ku.     Te   Ah   Nau   Tuo  Lo  San Miao San  Phu  Thi.     Ku   Ce    


般 若 波 羅 密 多.  是 大 神 咒.  是 大 明 咒.  是 無 上 咒.  是 無 等 等 咒.  能 除 
Puo  Ruo  Po    Lo   Mi   Tuo.    She  Ta    Shen Cou.   She Ta   Ming Cou.   She Wu Sang Cou.    She  Wu  Ten  Ten  Cou.   Nen  Chu 


一 切 苦.  真 實 不 虛.  故 說 般 若 波 羅 密 多 咒.  即 說 咒 曰  :  
Yi  Ciek  Khu.   Cen   Se   Pu     Si.      Ku Shuo Puo   Ruo  Po   Lo   Mie   Tuo  Cou.    Ci   Suo  Cou  Ye   :   


“ 揭 帝 揭 帝.  波 羅 揭 帝.  波 羅 僧 揭 帝.  菩 提 薩 婆 訶.”(3X)
 “ Cieh  Thi  Cieh  Thi.  Po   Lo   Cieh  Thi.     Po    Lo    Sen Cieh Thi.    Phu  Thi   Sha   Pho  Ho.”(3X)

IX. PAPA VAGGA

IX. PAPA VAGGA - KEJAHATAN



1. Kisah Culekasataka

Di Savatthi berdiam sepasang suami istri brahmana. Mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar yang digunakan oleh mereka berdua. Karena itu mereka dikenal dengan nama Ekasataka. Karena mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar, mereka tidak dapat keluar berdua pada saat bersamaan. Jadi, bila si istri pergi mendengarkan khotbah Sang Buddha pada siang hari, maka si suami pergi pada malam hari.

Pada suatu malam, ketika brahmana mendengarkan khotbah Sang Buddha, seluruh badannya diliputi keriangan yang sangat menyenangkan dan timbul keinginan yang kuat untuk memberikan pakaian luar yang dikenakannya kepada Sang Buddha. Tetapi dia menyadari jika dia memberikan pakaian luar yang satu-satunya dia miliki berarti tidak ada lagi pakaian luar yang tertinggal buat dia dan istrinya. Dia ragu-ragu dan bimbang.

Malam jaga pertama dan malam jaga kedua pun berlalu, pada malam jaga ketiga, brahmana berkata pada dirinya sendiri, "Jika saya bimbang dan ragu-ragu, saya tidak akan dapat menghindar terlahir ke empat alam rendah (Apaya), saya akan memberikan pakaian luar saya kepada Sang Buddha."

Setelah berkata begitu, dia meletakkan pakaian luarnya ke kaki Sang Buddha dan dia berteriak, "Saya menang! Saya menang! Saya menang!"

Wednesday 9 September 2015

VIII. SAHASSA VAGGA

VIII. SAHASSA VAGGA - RIBUAN



1. Kisah Tambadathika

Tambadathika mengabdi kepada raja sebagai penjagal para pencuri selama lima puluh lima tahun, dan ia baru saja pensiun dari pekerjaannya. Suatu hari, setelah mempersiapkan bubur nasi di rumahnya, ia pergi ke sungai untuk mandi. Ia mempersiapkan bubur nasi itu untuk dimakannya setelah kembali dari sungai.

Pada waktu Tambadathika mengambil bubur nasi, Sariputta Thera yang baru saja bangun dari meditasi Jhana Samapatti, berada di muka pintu rumahnya. Pada saat melihat Sariputta Thera, Tambadathika berpikir, "Meskipun dalam hidupku saya telah menghukum mati para pencuri, sekarang saya seharusnya mempersembahkan makanan ini kepada bhikkhu itu." Kemudian ia mengundang Sariputta Thera untuk datang ke rumahnya dan dengan hormat mempersembahkan nasi tersebut.

Setelah bersantap, Sariputta Thera mengajarkan Dhamma kepadanya, tapi Tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelisah mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera mengetahui hal ini, ia memutuskan untuk menanyakan dengan bijaksana apakah ia membunuh pencuri atas kehendaknya atau diperintahkan untuk melakukan hal itu. Tambadathika menjawab bahwa ia diperintah raja untuk membunuh mereka dan ia tidak berniat untuk membunuh. Kemudian Sariputta Thera bertanya, "Jika demikian, apakah kamu bersalah atau tidak?" Tambadathika menyimpulkan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas perbuatan jahat tersebut, ia tidak bersalah.

VII. ARAHANTA VAGGA

VII. ARAHANTA VAGGA - ARAHAT



1. Kisah Pertanyaan Jivaka

Devadatta, pada suatu kesempatan, mencoba untuk membunuh Sang Buddha dengan mendorong batu besar dari puncak bukit Gijjhakuta (Puncak Burung Nasar). Batu tersebut jatuh membentur sisi bukit dan sepotong serpihannya melukai ibu jari kaki Sang Buddha. Kemudian Beliau dibawa ke Vihara Hutan Mangga milik Jivaka. Di sana Jivaka yang dikenal sebagai seorang tabib, mengobati ibu jari kaki sang Buddha dan membalutnya. Jivaka kemudian pergi ke kota untuk mengobati pasien lainnya, tetapi berjanji untuk kembali dan membuka balutan tersebut pada sore hari. Karena kesibukannya, Jivaka pulang malam hari, tetapi pintu kota telah ditutup dan ia tidak dapat menemui Sang Buddha. Ia sangat bingung sebab apabila pembalut tidak dibuka pada waktunya, seluruh badan Sang Buddha akan demam dan Sang Buddha akan sangat menderita.

Pada saat yang sama, Sang Buddha yang telah mengetahui bahwa Jivaka tidak dapat datang pada waktunya berkata kepada Ananda untuk membuka balutan dari ibu jarinya dan ternyata luka tersebut telah sembuh.

VI. PANDITA VAGGA

VI. PANDITA VAGGA - ORANG BIJAKSANA


1. Kisah Bhikkhu Radha

Radha adalah seorang brahmana miskin yang tinggal di vihara. Ia hanya melakukan sedikit pelayanan untuk para bhikkhu. Atas pelayanannya ia memperoleh makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Tidak ada seorang pun yang mendorongnya menjadi seorang bhikkhu, meskipun ia mempunyai keinginan yang besar untuk menjadi bhikkhu.

Suatu hari, ketika hari menjelang pagi. Sang Buddha mengamati dunia dengan kemampuan batin luar biasa-Nya. Dilihat-Nya brahmana tua itu mempunyai kesempatan untuk mencapai tingkat kesucian arahat.

Paginya, Sang Buddha pergi menemui brahmin tua itu dan mengetahui bahwa para bhikkhu di vihara tersebut tidak menginginkan brahmin tua itu bergabung dalam pasamuan bhikkhu.

Sang Buddha mengundang para bhikkhu dan bertanya, "Apakah ada di antara para bhikkhu di sini yang mengingat hal baik yang pernah dilakukan oleh orang tua ini?"

Atas pertanyaan ini Yang Ariya Sariputta menjawab "Bhante, saya mengingat satu peristiwa ketika orang tua itu memberikan sesendok nasi kepada saya".

"Jika demikian", Sang Buddha berkata: "Tidakkah seharusnya kamu menolong dermawan itu untuk membebaskannya dari penderitaan hidup?"

Monday 7 September 2015

V. BALA VAGGA

V. BALA VAGGA - Orang Bodoh


1. Kisah Seorang Pemuda

Suatu hari Raja Pasenadi dari Kosala sedang berjalan-jalan di kota. Secara tidak sengaja beliau melihat seorang wanita muda berdiri dekat jendela rumahnya dan beliau langsung jatuh cinta. Raja mencoba untuk menemukan berbagai cara dan kesempatan untuk mendapatkannya. Setelah mengetahui bahwa wanita muda itu telah menikah, Raja memanggil suami wanita muda tersebut dan dijadikan pelayan di istana.

Suatu ketika raja memerintahkan suami wanita muda itu untuk melakukan suatu pekerjaan yang sangat sulit. Pemuda itu diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat, yaitu satu yojana (dua belas mil) jauhnya dari Savatthi, serta membawa pulang beberapa bunga teratai Kumuda dan sedikit tanah merah yang dikenal dengan nama Arunavati, tanahnya Naga, dan kembali ke Savatthi pada sore yang sama, pada waktu raja mandi.

Tujuan raja adalah untuk membunuh suami wanita muda tersebut, jika ia gagal kembali pada waktu yang telah ditentukan, dan mengambil wanita muda itu sebagai istrinya.

Sunday 6 September 2015

IV. PUPPHA VAGGA

IV. PUPPHA VAGGA - Bunga-Bunga


1. Kisah Lima Ratus Bhikkhu

Setelah mengikuti Sang Buddha ke suatu desa, lima ratus bhikkhu pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sorenya, para bhikkhu tersebut membicarakan perjalanan yang baru dilakukan, khususnya kondisi desa tersebut, apakah berbukit-bukit, menanjak, tanahnya berlumpur, berpasir, merah atau hitam, dan sebagainya, Sang Buddha menghampiri mereka.

Mengetahui apa yang mereka bicarakan, Sang Buddha berkata, "Bhikkhu, bumi yang engkau bicarakan ada di luar tubuh ini. Sesungguhnya lebih baik meneliti diri sendiri dan mempersiapkan diri untuk berlatih meditasi."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 44 dan 45 berikut ini:

"Ko imam pathavim vicessati
yamalokanca imam sadevakam
ko dhammapadam sudesitam
kusalo pupphamiva pacessati.

Sekho pathavim vicessati
yamalokanca imam sadevakam
sekho dhammapadam sudesitam
kusalo pupphamiva pacessati."

Siapakah yang akan menaklukkan dunia ini
beserta alam Yama dan alam Dewa?
Siapakah yang akan menyelidiki Jalan Kebajikan
yang telah diterangkan dengan jelas,
seperti seorang perangkai bunga yang pandai memilih bunga?

Seorang Sekha (siswa yang masih berlatih) akan menaklukkan dunia ini beserta alam Yama dan alam Dewa.
Seorang siswa yang masih berlatih ini akan menyelidiki jalan kebajikan yang telah diajarkan dengan jelas,
seperti seorang perangkai bunga yang pandai memilih bunga.

Sang Buddha menambahkan, bahwa dengan mengerti diri sendiri, seorang bhikkhu akan mengerti akan dunia ini, surga dan neraka, ia juga akan dapat merealisasikan Dhamma yang Agung, seperti rangkaian bunga yang dirangkai oleh seorang akhli merangkai bunga.


Lima ratus bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir
.

Paritta & Sutta

I. KEBAKTIAN UMUM


1.   PEMBUKAAN

Pemimpin Kebaktian : memberi tanda kebaktian dimulai (dengan gong, lonceng, dan sebagainya). Pemimpin Kebaktian menyalakan lilin dan dupa (hio), kemudian meletakkan dupa di tempatnya, sementara hadirin duduk bertumpu lutut dan bersikap anjali. Setelah dupa diletakkan di tempatnya, Pemimpin Kebaktian dan para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala (bersikap anjali dengan menyentuh dahi).


2.   NAMÂKARA GÂTHÂ (Syair Penghormatan)

Pemimpin Kebaktian mengucapkan kalimat per kalimat dan diikuti oleh hadirin :

ARAHAM SAMMÂSAMBUDDHO BHAGAVÂ
BUDDHAM BHAGAVANTAM ABHIVADEMI
(namaskara)

SVÂKKHÂTO BHAGAVANTÂ DHAMMO
DHAMMAM NAMASSÂMI
(namaskara)

SUPATIPANNO BHAGAVATO SÂVAKASANGHO
SANGHAM NAMâMI
(namaskara)

Sang bhagava, Yang maha suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna;
aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Sang Bhagava.
(namaskara)

Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang bhagava;
Aku bersujud di hadapan Dhamma.
(namaskara)

Sangha Siswa Sang Bhagava telah bertindak sempurna;
aku bersujud dihadapan Sangha.


* Sikap dalam namaskara, lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi, siku, telapak tangan ) menyentuh lantai.



3.   PUJA GATHA (Syair Puja)

(hadirin tetap duduk bertumpu lutut dan bersikap anjali)

PEMIMPIN KEBAKTIAN:

YAMAMHA KHO MAYAM BHAGAVANTAM SARANAM GATA,
YO NO BHAGAVATA SATTHA, YASSA CA MAYAM BHAGAVATO
DHAMMAM ROCEMA, IMEHI SAKKAREHI TAM BHAGAVANTAM
SASADDHAMMAM, SASAVAKASANGHAM ABHIPUJAYAMA.


4.   PUBBABHAGANAMAKARA (Penghormatan Awal)

(hadirin duduk bersimpuh/bersila)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM BUDDHASSA BHAGAVATO PUBBABHAGANAMAKARAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan penghormatan awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagava.

BERSAMA-SAMA :

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASA
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna.

(tiga kali)


5.   TISARANA (Tiga perlindungan)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM TISARANAGAMANAPATHAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan Tiga Perlindungan

BERSAMA-SAMA :

BUDDHAM SARANAM GACHAMI
DHAMMAM SARANAM GACHAMI
SANGHAM SARANAM GACHAMI

Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Sangha (baca : Sang-gha)

DUTIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACHAMI
DUTIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACHAMI
DUTIYAMPI SANGHAM SARANAM GACHAMI

Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Sangha

TATIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACHAMI
TATIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACHAMI
TATIYAMPI SANGHAM SARANAM GACHAMI

Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Sangha



6.   PANCASILA (Lima Latihan Sila)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM PANCASIKKHAPADAPATHAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan Lima Latihan Sila

BERSAMA-SAMA :

- PANATIPATA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- ADINNADANA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- KAMESU MICCHACARA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- MUSAVADA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- SURAMERAYA MAJJAPAMADATTHANA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI

- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan seksualitas yang tidak
  dibenarkan.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mengucapkan ucapan yang tidak benar.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak minum segala minuman keras yang dapat
  menyebabkan lemahnya kesadaran.


7.   BUDDHANUSSATI (Perenungan Terhadap Buddha)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM BUDDHANUSSATINAYAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan Perenungan Terhadap Buddha

BERSAMA-SAMA :

ITI PI SO BHAGAVA ARAHAM SAMMASAMBUDDHO,
VIJJACARANA-SAMPANNO SUGATO LOKAVIDU,
ANUTTARO PURISADAMMASARATHI SATTHA DEVAMANUSSANAM,
BUDDHO BHAGAVA’TI.

Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai penerangan Sempurna : Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya. Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana). Pengenal segenap alam. Pembimbing manusia yang tiada taranya. Guru para dewa dan manusia. Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.

(diam sejenak merenungkan sifat-sifat Sang Buddha)


8.   DHAMMANUSSATI (Perenungan Terhadap Dhamma)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM DHAMMANUSSATINAYAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan Perenungan Terhadap Dhamma

BERSAMA-SAMA :

SVAKKHATO BHAGAVATA DHAMMO,
SANDITTHIKO AKALIKO EHIPASSIKO,
OPAYANIKO PACCATTAM VEDITABBO VINNUHI`TI.

Dhamma Sang Bhagava telam sempurna dibabarkan; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

(diam sejenak merenungkan sifat-sifat Dhamma)

9.   SANGHANUSSATI (Perenungan Terhadap Sangha)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM SANGHANUSSATINAYAM KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan Perenungan Terhadap Sangha (baca: Sang-gha)

BERSAMA-SAMA :

SUPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO,
UJUPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO,
NAYAPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO,
SAMICIPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO,
YADIDAM CATARI PURISAYUGANI ATTHAPURISAPUGGALA,
ESA BHAGATO SAVAKASANGHO,
AHUNEYYO PAHUNEYYO DAKKHINEYYO ANJALIKARANIYO,
ANUTTARAM PUNNAKKHETTAM LOKASSA`TI.

Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak baik;
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak lurus;
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak benar;
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak patut.
Mereka, merupakan empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis makhluk suci *), itulah Sangha siswa Sang Bhagava;
Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan;
Lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta.

(diam sejenak merenungkan sifat-sifat Sangha)

*) Mereka disebut Ariya Sangha : makhluk-makhluk yang telah mencapai Sotapatti Magga dan phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala dan Arahatta Magga dan Phala.


10. SACCAKIRIYA GATHA (Pernyataan Kebenaran)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM SACCAKIRIYAGATHAYO KAROMA SE
Marilah kita mengucapkan  Pernyataan Kebenaran

BERSAMA-SAMA :

NATTHI ME SARANAM ANNAM
BUDDHO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA

NATTHI ME SARANAM ANNAM
DHAMMO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA

NATTHI ME SARANAM ANNAM
SANGHO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA


Tiada perlindungan lain bagiku
Sang Buddha-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.

Tiada perlindungan lain bagiku
Dhamma-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.

Tiada perlindungan lain bagiku
Sangha-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.


11. MANGALA SUTTA (Sutta tentang Berkah Utama)

PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM MANGALA SUTTAM BHANAMA SE
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Berkah Utama

BERSAMA-SAMA :

EVAMME SUTAM,
EKAM SAMAYAM BHAGAVA, SAVATTHIYAM VIHARATI, JETAVANE ANATHAPINDIKASSA ARAME.
ATHA KHO ANATHARA DEVATA, ABHIKKANTAYA RATTIYA ABHIKKANTAVANNA KEVALAKAPPAM JETAVANAM OBHASETVA. YENA BHAGAVA TENUPASANKAMI, UPASANKAMITVA BHAGAVANTAM ABHIVADETVA EKAMANTAM ATTHASI, EKAMANTAM THITA KHO SA DEVATA BHAGAVANTAM GATHAYA AJJHABASI:

BAHU DEVA MANUSSA CA
MANGALANI ACINTAYUM
AKANKHAMANA SOTTHANAM
BRUHI MANGALAMUTTAMAM

ASEVANA CA BALANAM
PANDITANANCA SEVANA
PUJA CA PUJANIYANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PATIRUPADESAVASO CA
PUBBE CA KATAPUNNATA
ATTASAMMAPANIDHI CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

BAHUSACCANCA SIPPANCA
VINAYO CA SUSIKKHITO
SUBHASITA CA YA VACA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

MATAPITU UPATTHANAM
PUTTADARASSA SANGAHO
ANAKULA CA KAMMANTA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

DANANCA DHAMMACARIYA CA
NATAKANANCA SANGAHO
ANAVAJJANI KAMMANI
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ARATI VIRATI PAPA
MAJJAPANA CA SANNAMO
APPAMADO CA DHAMMESU
ETAMMANGALAMUTTAMAM

GARAVO CA NIVATO CA
SANTUTTHI CA KATANNUTA
KALENA DHAMMASAVANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

KHANTI CA SOVACASSATA
SAMANANANCA DASSANAM
KALENA DHAMMASAKACCHA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

TAPO CA BRAHMACARIYANCA
ARIYASACCANA DASSANAM
NIBBANASACCHIKIRIYA CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PHUTTHASSA LOKADHAMMEHI
CITTAM YASSA NA KAMPATI
ASOKAM VIRAJAM KHEMAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ETADISANI KATVANA
SABBATTHAMAPARAJITA
SABBATTHA SOTTHIM GACCHANTI
TANTESAM MANGALAMUTTAMAM` TI.


Demikianlah telah kudengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, dihutan Jeta di Vihara Anathapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta menghampiri Sang Bhagava, menghormat Beliau lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri disatu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair ini :

“Banyak Dewa dan manusia
Berselisih paham tentang berkah
Yang diharapkan membawa keselamatan;
Terangkanlah, apa Berkah Utama itu ? “

“Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana.
Menghormat mereka yang patut dihormat ,
Itulah Berkah Utama

Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama

Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan
Itulah Berkah Utama

Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan isteri
Bekerja bebas dari pertentangan
Itulah Berkah Utama

Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela
Itulah Berkah Utama

Menjauhi, tidak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras
Tekun melaksanakan Dhamma
Itulah Berkah Utama

Selalu menghormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Bersemangat dalam menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibanna
Itulah Berkah Utama

Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan,
Tiada susah, tanapa noda, penuh damai
Itulah Berkah Utama

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga
Itulah Berkah Utama.


12. KARANIYA METTA SUTTA (Sutta tentang Kasih Sayang yang harus Dikembangkan)


PEMIMPIN KEBAKTIAN :

HANDAMAYAM KARANIYAMETTASUTTAM BHANAMA SE
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Kasih Sayang yang Harus Dikembangkan

BERSAMA-SAMA :

KARANIYAMATTHAKUSALENA
YAN TAM SANTAM PADAM ABHISAMECCA
SAKKO UJU CA SUHUJU CA
SUVACO CASSA MUDU ANATIMANI

SANTUSSAKO CA SUBHARO CA
APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI
SANTINDRIYO CA NIPAKO CA
APPAGABBHO KULESU ANANUGIDDHO

NA CA KHUDDAM SAMACARE KINCI
YENA VINNU PARE UPAVADEYYUM
SUKHINO VA KHEMINO HONTU
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

YE KECI PANABHUTATTHI
TASA VA THAVARA VA ANAVASESA
DIGHA VA YE MAHANTA VA
MAJJHIMA RASSAKA ANUKATHULA

DITTHA VA YE VA ADDITTHA
YE CA DURE VASANTI AVIDURE
BHUTA VA SAMBHAVESI VA
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

NA PARO PARAM NIKUBBETHA
NATIMANNETHA KATTHACI NAM KANCI
BYAROSANA PATIGHASANNA
NANNAMANNASSA DUKKHAMICCHEYYA

MATA YATHA NIYAM PUTTAM
AYUSA EKAPUTTAMANURAKKHE
EVAMPI SABBABHUTESU
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM

METTANCA SABBALOKASMIM
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM
UDDHAM ADHO CA TIRIYANCA
ASAMBADHAM AVERAM ASAPATTAM

TITTHANCARAM NISINNO VA
SAYANO VA YAVATASSA VIGATAMIDDHO
ETAM SATIM ADHITTHEYYA
BRAHMAMETAM VIHARAM IDHAMAHU

DITTHINCA ANUPAGAMMA
SILAVA DASSANENA SAMPANNO
KAMESU VINEYYA GEDHAM
NA HI JATU GABBHASEYYAM PUNARETI’TI


Inilah yang harus dikerjakan
oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan.
Untuk mencapai ketenangan,
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur,
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.

Merasa puas, mudah disokong/dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.

Tidak berbuat kesalahan walaupun kecil
yang dapat dicela oleh Para Bijaksana
Hendaklah ia berpikir :
Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram,
Semoga semua makhluk berbahagia.

Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
Yang tampak atau tidak tampak
Yang jauh atau pun dekat
Yang terlahir atau yang akan lahir
Semoga semua makhluk berbahagia.
Jangan menipu orang lain
Atau menghina siapa saja.
Jangan karena marah dan benci
Mengharapkan orang lain celaka.

Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.
Kasih sayangnya ke segenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Ke atas, ke bawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.
Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma
Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang atta/aku)
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga.


13. BRAHMAVIHARAPHARANA (Peresapan Brahmavihara)

PEMIMPIN KEBAKTIAN:
HANDAMAYAM BRAHMAVIHARAPHARANA BHANAMA SE

BERSAMA-SAMA:

(METTA)
AHAM SUKHITO HOMI
NIDDUKKHO HOMI
AVERO HOMI
ABYAPAJJHO HOMI
ANIGHO HOMI
SUKHI ATTANAM PARIHARAMI

SABBE SATTA SUKHITA HONTU
NIDDUKHA HONTU
AVERA HONTU
ABYAPAJJHA HONTU
ANIGHA HONTU
SUKHI ATTANAM PARIHARANTU.

(KARUNA)
SABBE SATTA DUKKHA PAMUCCANTU

(MUDITA)
SABBE SATTA MA LADDHASAMPATTITO VIGACCHANTU

(UPEKKHA)
SABBE SATTA
KAMMASSAKA
KAMMADAYADA
KAMMAYONI
KAMMABANDHU
KAMMAPATISARANA
YAM KAMMAM KARISSANTI
KALYANAM VA PAPAKAM VA
TASSA DAYADA BHAVISSANTI


PEMIMPIN KEBAKTIAN:
Marilah kita mengucapkan Peresapan Brahma Vihara

BERSAMA-SAMA:

(CINTA KASIH)
Semoga aku berbahagia
Bebas dan penderitaan
Bebas dan kebenuan
Bebas dan penyakit
Bebas dan kesukaran
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku
sendiri.

Semoga semua rnakhluk berbahagia
Bebas dan penderitaan
Bebas dan kebencian
Bebas dan kesakitan
Bebas dan kesukaran
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan
mereka sendiri.

(KASIH SAYANG / WELASASIH)
Semoga semua makhluk bebas dan penderitaan

(SIMPATI)
Semoga semua mahkluk tidak kehilangan kesejahteran yang telah mereka peroleh.

(KESEIMBANGAN BATIN)
Semua makhluk:
Memiliki karmanya sendiri
Mewarisi karmanya sendiri
Lahir dan karmanya sendiri
Berhubungan dengan karmanya sendiri
Terlindung oleh karmanya sendiri.
Apa pun karma yang diperbuatnya
Baik atau buruk,
Itulah yang akan diwarisinya.


14. ABHINHAPACCAVEKKHANA (Kerap Kali Direnungkan)

PEMIMPIN KEBAKTIAN:
HANDAMAYAM ABHI APACCAVEKKHANAPATHAM BHA­NAMA SE

BERSAMA-SAMA:

JARA DHAMMOMHI
JARAM ANATITO
BYADHIDHAMMOMHI
BYADHIM ANATITO
MARANA DHAMMOMHI
MARANAM ANATITO
SABBEHI ME PIYEHI MANAPEHI NANABHAVO VINABHAVO.

KAMMASSAKOMHI
KAMMADAYADO
KAMMAYONI
KAMMABANDHU

KAMMAPATISARANO
YAM KAMMAM KARISSAMI
KALYANAM VA PAPAKAM VA
TASSA DAYADO BHAVISSAMI
EVAM AMHEHI ABHINHAM PACCAVEKKHITABBAM


PEMIMPIN KEBAKTIAN:
Marilah kita mengucapkan Perenungan Kerapkali

BERSAMA-SAMA:

Aku akan menderita usia tua,
Aku belum mengatasi usia tua.
Aku akan menderita sakit,
Aku belum mengatasi penyakit.
Aku akan menderita kematian,
Aku belum mengatasi kematian.
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi
akan berubah, akan terpisah dariku.

Aku adalah pemilik karmaku sendiri
Pewaris karmaku sendiri
Lahir dan karmaku sendiri
Berhubungan dengan karmaku sendiri

Terlindung oleh karmaku sendiri
Apa pun karma yang kuperbuat
Baik atau buruk
Itulah yang akan kuwarisi.
Hendaklah ini kerap kali direnungkan.


15. SAMADHI: METTA-BHAVANA (Meditasi: Pengembangan Kasih Sayang)

Pada akhir samadhi, Pemimpin Kebaktian mengucapkan:

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
Semoga semua makhluk berbahagia

atau

SABBE SATTA SADA HONTU AVERA SUKHAJIVINO
Semoga semua makhluk selamanya hidup berbahagia bebas dari kebencian.


16. ARADHANA TISARANA PANCASILA (Permohonan Tiga perlindungan dan Lima Latihan Sila)

Apabila kebaktian dihadiri oleh bhikkhu, maka Pañcasila
(nomor 6) dalam Tuntunan Kebaktian ini tidak dibacakan.
Setelah penibacaan paritta selesai, hadirin memohon
Tisarana-Pañcasila kepada bhikkhu dengan membacakan:

BERSAMA-SAMA:

MAYAM BHANTE
TISARANENA SAHA PANCASILANI YACAMA.
Bhante
Kami memohon Tisarana dan Pancasila

DUTIYAMPI MAVAM BHANTE TISARANENA SAHA PANCASILANI YACAMA.
Untuk kedua kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisarana dan Pancasila.

TATIYAMPI MAYAM BHANTE TISARANENA SAHA PANCASILANI YACAMA.
Untuk ketiga kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisarana dan Pancasila.

Atau

OKASA AHAM BHANTE,
TISARANENA SADDHTM PANCASILAM DHAMMAM YACAMI, ANUGAHAM KATVA SILAM DETHA ME BHANTE.
Perkenankanlah Bhante,
Berikan padaku Tisarana serta Pancasila
Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante.

DUTIYAMPI OKASA AHAM BHANTE, TISARANENA SADDHIM PANCASILAM DHAMMAM YACAMI, ANUGAHAM KATVA SILAM DETHA ME BHANTE.
Untuk kedua kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisarana serta Pancasila
Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante.

TATIYAMPI OKASA AHAM BHANTE, TISARANENA SADDHIM PANCASILAM DHAMMAM YACAMI, ANUGAJIAM KATVA SILAM DETHA ME BHANTE.
Untuk ketiga kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisarana serta Pancasila
Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante.


BHIKKHU:
YAMAHAM VADAMI TAM VADETHA
Ikutilah apa yang saya ucapkan.

HADIRIN:
AMA, BHANTE.
Baik, Bhante.

BHIKKHU:
NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUD­DHASSA
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna.
(tiga kali)

HADIRIN: (mengikuti)

BHIKKHU: (mengucapkan Tisarana kalimat per kalimat)


HADIRIN: (mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kelimat per kalimat)

BUDDHAM SARANAM GACHAMI
DHAMMAM SARANAM GACHAMI
SANGHAM SARANAM GACHAMI

Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Sangha (baca : Sang-gha)

DUTIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACHAMI
DUTIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACHAMI
DUTIYAMPI SANGHAM SARANAM GACHAMI

Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Sangha

TATIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACHAMI
TATIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACHAMI
TATIYAMPI SANGHAM SARANAM GACHAMI

Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Sangha

BHIKKHU:
TISARANA GAMANAM PARIPUNAM

HADIRIN:
AMA, BHANTE

BHIKKHU: (mengucapkan Pancasila kalimat per kalimat)

HADIRIN: (mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kalimat per kalimat)

- PANATIPATA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- ADINNADANA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- KAMESU MICCHACARA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- MUSAVADA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADIYAMI
- SURAMERAYA MAJJAPAMADATTHANA VERAMANI SIKKHAPADAM
  SAMADIYAMI

- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan seksualitas yang tidak
  dibenarkan
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mengucapkan ucapan yang tidak benar.
- Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak minum segala minuman keras yang dapat
  menyebabkan lemahnya kesadaran.

BHIKKHU:
IMANI PANCASIKKHAPADANI
SILENA SUGATIM YANTI
SILENA BHOGASAMPADA
SILENA NIBBHUTIM YANTI
TASMA SILAM VISODHAYE

HADIRIN:
AMA, BHANTE.

SADHU! SADHU! SADHU!


17. ARADHANA PARITTA (Permohonan Paritta)

Permohonan Paritta ini dibacakan apabila uamt mengundang bhikkhu/samanera ke rumah atau pada acara upacara di vihara, cetiya, dan sebagainya. Hal ini dilakukan setelah permohonan Pancasila.
Perpohonan Paritta ini adalah sebagai berikut:

VIPATTIPATIBAHAYA
SABBA SAMPATTI SIDDHIYA
SABBA DUKKHA VINASAYA
PARITTAM BRUTHA MANGALAM

VIPATTIPATIBAHAYA
SABBA SAMPATTI SHIDDHIYA
SABBA BHAYA VINASAYA
PARITTAM BRUTHA MANGALAM

VIPATTIPATIBAHAYA
SABBA SAMPATTI SIDDHIYA
SABBA ROGA VINASAYA
PARITTAM BRUTHA MANGALAM


Untuk menolak marabahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua dukkha
Sudilah membacakan paritta perlindungan

Untuk menolak marabahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua rasa takut
Sudilah membacakan paritta perlindungan

Untuk menolak marabahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua penyakit
Sudilah membacakan paritta perlindungan.


18. ARADHANA DHAMMADESANA (Permohonan Dhammadesana)

Permohonan Dhammadesana ini dilaksanakan setelah Permohonan Pancasila di Vihara, Cetiya, dan sebagainya pada bhikkhu, samanera yang hadir pada waktu itu:

BRAHMA CA LOKADHIPATI SAHAMPATI
KATANJALI ANDIUVARAM AYACATHA
SANTIDHA SATTAPPARAJAKKHAJATIKA
DESETU DHAMMAM ANUKAMPIMAM PAJAM

Brahma Sahampati, penguasa dunia
Merangkap kedua tangannya (beranjali) dan memohon:
Ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka.
Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka.


19.DHAMMADESANA (Kotbah Dhamma)


20. PEMBERKAHAN

Bila Kebaktian dihadiri bhikkhu, bhikkhu memberikan
pemberkahan.


21. Ettavata (Pelimpahan Jasa)

PEMIMPIN KEBAKTIAN:
HANDAMAYAM ETTAVATA DINNAM KAROMA SE

ETTAVATA CA AMHEHI
SAMBHATAM PUNNASAMPADAM
SABBE DEVA ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYA

ETTAVATA CA AMHEHI
SAMBHATAM PUNNASAMPADAM
SABBE BHUTA ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYA

ETTAVATA CA AMHEHI
SAMBHATAM PUNNASAMPADAM
SABBE SATTA ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYA

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU LOKASANTI

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU INDONESIA

IDAM VO NATINAM HOTU
SUKHITA HONTU NATAYO (3X)

DEVO VASATU KALENA
SASSA SAMPATTI HOTU CA
PHITO BHAVATU LOKO CA
RAJA BHAVATU DHAMMIKO

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU VIHARA / CETIYA ......

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU SASANAM

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU DESANAM

AKASATTHA CA BHUMMATTHA
DEVA NAGA MAHIDDHIKA
PUNNAM TAM ANUMODITVA
CIRAM RAKKHANTU MAM PARAM`TI


PEMIMPIN KEBAKTIAN:
Marilah kita mengucapkan paritta Ettavata:

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa.
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa.
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa.
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna

Semoga para makhluk hidup di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi perdamaian dunia

Semoga para makhluk hidup di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi Indonesia.

Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang telah meninggal
Semoga mereka berbahagia.

Semoga hujan tepat pada musimnya
Semoga dunia maju dengan pesat
Serta selalu bahagia dan damai
Semoga Pemerintah / Pemimpin berlaku lurus.

Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi
Para dewa dan naga yang perkasa
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi Ajaran

Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi
Para dewa dan naga yang perkasa
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi pembabaran Dharma

Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi
Para dewa dan naga yang perkasa
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi kita semua.


Saturday 5 September 2015

Orang Biasa - Confucius

Zi Gong, seorang murid terkenal Konfusius, bertanya, "Apa yang harus dilakukan seseorang agar memenuhi standar sebagai orang biasa? "  

Konfusius berkata, "Kita harus tahu rasa malu dan tidak melakukan apa-apa yang memalukan. Ketika menjalankan misi dengan negara-negara lain, seseorang harus mencapainya. Dengan cara ini, seseorang memenuhi standar."

Zi Gong bertanya, "Bolehkah saya bertanya apa tingkat berikutnya?"

Konfusius berkata, "Dia dipuji sebagai anak yang baik di antara keluarga sendiri. Orang-orang di kota itu menghormatinya sebagai penatua. Dia juga baik dan ramah bagi saudara-saudaranya. " 

Zi Gong bertanya, "Bolehkah saya bertanya apa tingkat berikutnya?"

Konfusius berkata, "Dia bisa memberi dan menepati janjinya, meskipun dia rendah, bodoh, dan keras kepala seperti penjahat. Dia juga bisa dianggap sebagai orang biasa." 

Zi Gong bertanya, "Apa pendapat Anda tentang pejabat publik hari ini?

Konfusius berkata, "Nah, orang-orang yang memiliki pengetahuan yang sangat sedikit dan tidak toleran. Bagaimana mereka bisa menjadi orang biasa?"

Akibat Penggunaan Roh-Roh oleh Manusia

Pada umumnya jika kita menggunakan sesuatu harus ada imbalannya, misalnya menggunakan mobil harus membeli bahan bakar/ pelumas yang diperlukan untuk tenaga dan harus memelihara sebaik-baiknya. 
Begitu pula jika memiliki hewan, kebun, sawah, rumah dan lain-lain ada saja yang kita harus lakukan sebagai imbalan atas manfaat dari apa yang kita miliki. Bagaimanapun juga kita sebagai pemanfaat / pemilik masih tetap menguasai status dan “tingkah laku” milik kita itu.
Lain halnya jika kita menggunakan roh-roh. Jika kita mempunyai ikatan/ kontrak dengan roh-roh, kita harus memenuhi imbalan/ syarat. Jika kita lalai, maka akan ada sanksinya dengan akibat yang bisa fatal bagi kita sendiri. Berat atau entengnya syarat dan sanksi tergantung pada kaliber/ kelas/ erajat dari roh yang kita gunakan.
Mengenai syarat-syarat pemeliharaan dan penggunaan adalah hal yang diketahui oleh yang menggunakan (termasuk pantangan). Sanksi dalam hal lalai, pada umumnya tidak diketahui / disadari oleh yang menggunakan.

Sanksi-sanksi ini terlaksana dalam berbagai bentuk / gejala, antara lain : Sakit-sakit dalam (organ-organ); Sakit-sakit luar (kurap, bisul, adakalanya dibagian tubuh tertentu, misalnya kurap dipunggung); Rejeki susah sekali; Kedudukan / jabatan goyah / goncang; Kehilangan kawan-kawan; Banyak dimusuhi orang; Dimana-mana mendapat tantangan; Sering mendapat kecelakaan-kecelakaan tertentu; Kena dipukul orang; Tidak tenang; 
Hilang kepercayaan diri; Rasa ketakutan tanpa alasan; Mendengar / melihat hal-hal yang mengerikan yang tidak terdenga / terlihat oleh orang lain; Merasa dikejar; Tidak puas dan kecewa; Berbuat hal-hal yang tidak wajar yaitu gila; Lumpuh; Buta tidak sesuai umur; Tuli tidak sesuai umur; Mati tidak wajar misalnya terbakar, tenggelam, bunuh diri, terbunuh, tertabrak dan lain-lain; Dan masih banyak bentuk-bentuk lainnya.

Filsafat Kuno

Selama akhir periode Zhou di Tiongkok, orang-orang mengembangkan ide-ide tentang karma, kehidupan dan koneksi manusia dengan alam. Masalahnya di sini adalah bahwa orang-orang ingin mencari solusi terhadap masalah dan gangguan yang ada di sekitar kehidupan mereka. 

Ada empat ide utama yang muncul untuk membantu orang menemukan bantuan dan penghiburan dalam kekacauan hidup mereka. Ide-ide ini adalah Konfusianisme, Mozi, Taoisme, dan Legalisme.  

Pada saat pemikiran intelektual, keempat ide ini sangat mempengaruhi masyarakat Tiongkok. Konfusianisme adalah sistem yang kompleks, ajaran sosial, politik, dan moral agama yang diciptakan oleh Konfusius pada tradisi Tiongkok kuno.  

Hal ini bertujuan untuk membuat seseorang tidak hanya sebagai orang yang berkebajikan, tetapi juga seseorang yang belajar tata krama yang baik. Manusia yang sempurna harus memiliki sifat-sifat seperti orang suci, sarjana, dan seorang bijak.  

Konfusius lahir di 551 SM dan sejak kecil telah menunjukkan bakatnya yang besar dalam belajar. Demi memenuhi kebutuhan ibu dan dirinya, ia harus bekerja sebagai pelayan di sebuah keluarga bangsawan.  

Pada usia 22, Konfucius telah membuka sebuah sekolah di mana kemampuan dan pelayanannya yang setia, serta mempromosikan diri nya ke kantor menteri keadilan. Di bawah pemerintahan yang bijaksana, akhirnya negara mencapai tingkat kemakmuran dan moral tinggi yang belum pernah melihat sebelumnya. Salam kebajikan

Sumber : kebajikandalamkehidupan.blogspot.com

Agama Khonghucu (Rujiao / 儒教)

Rujiao (儒教) /Ji-Kauw adalah nama asli dari agama Khonghucu yang diturunkan Tuhan/Tian lewat para raja -Nabi Purba, dan terakhir Nabi Kongzi merupakan sebuah ajaran bagi umat manusia yang datang beriringan dengan sejarah manusia, sejak kurang lebih 5000 tahun yang lampau, yang pada mulanya berhubungan langsung dengan suatu tempat, suatu waktu, suatu kaum tertentu, yaitu, daratan, sejarah peradaban manusia yang kita kenal sebagai Tiongkok/Zhong-Guo.

Adapun nama “Konfusianisme/Agama Khonghucu” yang sekarang lazim dikenal dan telah digunakan secara umum diseluruh dunia, adalah muncul sejak FR. Matteo Ricci seorang missionaris Katolik datang ke Tiongkok, dengan melatinkan nama Khonghucu menjadi Confusius, dan agama-Ru (Ru-Jiao) dengan confucianisme/konfusianisme -Agama Khonghucu.

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.

Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan, "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut."

Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya.

Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

Watak dan Cara Hidup Lao Zhi

Konon, watak dan cara hidup Laozi (老子) memang luar biasa. Menurut catatan sejarah (Shi Ji), Laozi dikatakan dapat hidup sehingga 160 tahun, malah juga dikatakan lebih dari 200 tahun. 

Hal ini disebabkan karena beliau pandai mengendalikan latihan tenaga dalam dan memupuk sikap hidup yang santai sehingga kesehatannya terjaga dengan baik. 

Cerita tentang umurnya yang begitu panjang mungkin sudah dibesar-besarkan, tetapi Laozi memang sudah terbukti pandai menjaga kesehatan dan dari cara hidupnya dilihat memang memungkinkan untuk mengekalkan umur yang panjang. 

Ada legenda yang memberikan gambaran yang hidup tentang Laozi ketika berusia 50-an, yaitu menunggang lembu yang berwarna hijau, memakai jubah yang berwarna kuning muda dan tali pinggang berwarna putih, dengan wajah matang, alis dan rambutnya sudah menjadi putih. Imej peumpamaan itu seperti seorang Dewa panjang umur,  jika mengikut cerita-cerita yang dikisahkan dalam kesusasteraan tradisi China. 

Pada zaman Dinasti Sui, terdapat seorang penganut agama Tao yang bernama Wang Zhiyuan yang meramalkan bahwa Dinasti Sui akan digantikan dengan Dinasti Tang.  Memandangkan nama keluarga bakal raja pertama Dinasti Tang itu bermarga Li,  yaitu Li Yuan, maka Wang Zhiyuan pun mulai memuji dan mengampuh Li Yuan dengan menceritakan bahawa pengasas ajaran Tao adalah Li Er, untuk menunjukkan bahwa mereka berdua mempunyai nama keluarga yang sama, iaitu Li. 

Kisah Pendeta Tao Di Gunung Laoshan

Dalam Buku "Cerita Aneh" yang merupakan cerita dongeng yang dihasilkan oleh Pu Songling, seorang penulis yang terkenal di zaman Dinasti Ming Tiongkok, "Kisah tentang Pendeta Tao di Gunung Laoshan" adalah salah satu kisah dalam buku itu.

Menurut ceritanya, ada seorang pendeta agama Tao yang tinggal di Gunung Laoshan, di area pesisir. Pendeta itu dikatakan menguasai banyak ilmu ghaib. Pada saat itu, ada seorang pemuda yang bernama Wang Qi, yang sangat berminat kepada ilmu ghaib sejak kecil lagi.

Setelah mengetahui tentang pendeta tersebut, Wang Qi segera berangkat ke Gunung Laoshan. Setelah bertemu dengan pendeta itu, Wang Qi memohon untuk menerimanya sebagai murid. Setelah memperhatikan Wang Qi dengan teliti, pendeta itu berkata, "Tampaknya Anda anak yang manja. Saya takut anda tidak sanggup mengalami kesulitan ketika menjalani latihan nanti." Namun, setelah Wang Qi terus-menerus memohon, akhirnya pendeta itu setuju untuk menerima Wang Qi sebagai muridnya.

Keesokan harinya, Wang Qi bangun awal. Dia menyangka bahwa gurunya itu akan mulai mengajarkan ilmu ghaib kepadanya. Namun, di luar sangkaannya, gurunya itu hanya memberikan sebuah kapak kepadanya, dan menyuruhnya pergi ke hutan bersama-sama dengan rekannya yang lain untuk menebang pohon. Mau tak mau, Wang Qi terpaksa mematuhi perintah gurunya, walaupun hatinya tidak begitu senang. Pada hari itu, sebelum matahari terbenam, kerja yang berat itu sudah membuat kaki Wang Qi luka dan berdarah.
close