-->

Wednesday 2 September 2015

Paritta Suci Lengkap

PARITTA SUCI
Kumpulan Paritta dan Penggunaannya
Dalam Upacara-Upacara


I. PENGGUNAAN PARITTA DALAM UPACARA

1. TUJUH BULAN KANDUNGAN
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Abhaya Paritta atau Pattumodanā Paritta
•Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)


2. MENJELANG KELAHIRAN
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Aṅgulimāla Paritta (tiga, tujuh atau sembilan kali)
•Sakkatvā Tiratanaṁ Paritta
•Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

3. PEMBERKAHAN KELAHIRAN
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Culla Maṅgala Cakkavāḷa
•So Atthaladdho, tiga kali (untuk anak pria)
Sā Atthaladdhā, tiga kali (untuk anak wanita)
•Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

4. ULANG TAHUN, TURUN TANAH
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Maṅgala Sutta
(Dimulai dari: Asevanā ca bālānaṁ . . . .)
•So Atthaladdho, tiga kali (untuk pria)
Sā Atthaladdhā, tiga kali (untuk wanita)
•Mahā Jaya Maṅgala Gāthā
•Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

5. POTONG RAMBUT
A.Sebelum dipotong
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Abhaya Paritta
•Sumaṅgala Gāthā II

B.Setelah dipotong
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

6. WISUDA UPĀSAKA/UPĀSIKĀ
•Lihat halaman 9

7. UPACARA PERNIKAHAN
•Lihat halaman 10

8. MELETAKKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN
A.Sebelum diletakkan
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Ratanattayānubhavādi Gāthā
•Sumaṅgala Gāthā II

B.Setelah diletakkan
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)


9. MENEMPATI RUMAH BARU, PEMBUKAAN TOKO, PERUSAHAAN, PABRIK DAN LAIN-LAIN
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Maṅgala Sutta
(Dimulai dari: Asevanā ca bālānaṁ . . . .)
•Karaṇīya Mettā Sutta (bait 8, 9 dan 10)
•Culla Maṅgala Cakkavāḷa
•Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

10. MEMBERSIHKAN SUASANA/TEMPAT
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Karaṇīya Mettā Sutta (bait 8, 9 dan 10)
•Khandha Paritta
(Dimulai dari: Appamāṇo Buddho . . . .)
•Āṭānāṭiya Paritta
•Abhaya Paritta atau Pattumodanā Paritta
•Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

11. AIR UNTUK OBAT ORANG SAKIT
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Ratana Sutta (bait 4, 5, 6, 7 dan 14)
•Bojjhaṅga Paritta
•Sakkatvā Tiratanaṁ Paritta
•Sumaṅgala Gāthā II

12. TANAM DI SAWAH (PEMBERKAHAN BENIH)
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Khandha Paritta
•Mahā Jaya Maṅgala Gāthā
•Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

13. PENGUKUHAN JANJI JABATAN
Pandita  :  Harap saudara mengulangi dengan penuh
keyakinan apa yang akan saya ucapkan.

Yang diambil janjinya : Baik, Romo.

Pandita : Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā Sambuddhassa (satu kali)

Yang diambil janjinya : (mengulangitiga kali)

Pandita : Buddhaṁ Dhammaṁ Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁsamādiyāmi.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Saya berjanji untuk tidak berdusta.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Semoga Sīla (Moral Yang Bersih), Samādhi (Ketenangan), dan Paññā (Kebijaksanaan Dhamma) selalu menjiwai saudara dalam melaksanakan tugas dan kewajiban saudara.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Tiratana selalu melindungi saudara.

Yang diambil janjinya : Sādhu!


14. PENGUKUHAN JANJI DI PENGADILAN

Pandita : Harap saudara mengulangi dengan penuh keyakinan apa yang akan saya ucapkan.

Yang diambil janjinya : Baik,Romo.

Pandita : Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-Sambuddhassa (satu kali)

Yang diambil janjinya : (mengulangi tiga kali)

Pandita : Buddhaṁ Dhammaṁ Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Saya berjanji tidak akan berdusta.

Yang diambil janjinya : (mengulangi)

Pandita : Semoga Dhamma/Kebenaran Sejati selalu menjadi dasar pikiran, ucapan dan
perbuatan saudara.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Tiratana selalu membimbing saudara.

Yang diambil janjinya : Sādhu!


CATATAN :
1.Dalam memimpin upacara-upacara, Pandita pemimpin upacara
diharap mengenakan busana kepanditaan.
2.Bila keadaan memungkinkan, dalam upacara-upacara dibuat cetiya
(altar). Di atas altar ditempatkan :
•Patung atau gambar Sang Buddha.
•Dupa dan tempat menaruh dupa (hio).
•Lilin dan lampu: minimal sepasang.
•Bunga: di talam atau di vas.
Altar bisa diatur seindah mungkin.
3.Sebelum pembacaan paritta dimulai, yang mohon pemberkahan
atau kedua orang tua dari yang bersangkutan, menyalakan lilin,
dupa dan bernamaskāra di depan altar dengan dipimpin oleh
Pandita pemimpin upacara.
4.Bila bhikkhu atau sāmaṇera dimohon melakukan pemberkahan,
tata upacara adalah sebagai berikut :
•Pandita memimpin yang memohon pemberkahan atau kedua
orang tua dari yang bersangkutan, dan semua umat yang hadir,
membaca Ārādhanā Tisaraṇa Pañcasīla (Permohonan tuntunan
Tisaraṇa dan Pañcasīla): Okāsa ahaṁ Bhante . . . . ; atau Mayaṁ
Bhante . . . .
•Pandita memimpin yang bersangkutan membaca Ārādhanā
Paritta (Permohonan membacakan Paritta).
•Pada waktu bhikkhu atau sāmaṇera membacakan paritta dan
memercikkan air pemberkahan, peserta upacara duduk bersikap
añjali dengan khidmat.


WISUDA UPĀSAKA/UPĀSIKĀ
1. Pandita membimbing calon upāsaka/upāsikā melakukan pūjā kepada Sang Tiratana dengan menyalakan lilin dan dupa di altar, kemudian bernamaskāra tiga kali dengan mengucapkan kalimat-kalimat Namakāra Gāthā.

2. Calon (dalam wisuda bersama, calon tertua mewakili) mempersembahkan lilin, dupa dan bunga yang disusun dalam satu talam kepada bhikkhu yang akan memberikan tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla, kemudian bernamaskāra tiga kali (tanpa mengucapkan Namakāra Gāthā).

3. Calon mengucapkan kalimat pernyataan dalam bahasa Pāli dan juga terjemahannya sebagai berikut :

Esāhaṁ bhante, sucira-parinibbutampi,
Taṁ Bhagavantaṁ saraṇaṁ gacchāmi,
Dhammañca bhikkhu-saṅghañca.
Upāsakaṁ (upāsikaṁ) maṁ bhante dhāretu,
Ajjatagge pānupetaṁ saraṇaṁ gataṁ.

Bhante, saya mohon kepada Sang Buddha, yang walau pun telah lama Parinibbāna, bersama Dhamma dan Saṅgha menjadi Pelindung saya. Semoga Bhante mengetahui, bahwa sejak hari ini sampai selama-lamanya saya adalah upāsaka (upāsikā), yang telah menerima Tisaraṇa sebagai Pembimbing saya. (Bhikkhu memberikan tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla. Calon mengikuti apa yang diucapkan bhikkhu kalimat demi kalimat).

4. Bhikkhu memberikan wejangan Dhamma, dilanjutkan dengan percikkan air pemberkahan kepada upāsaka/upāsikā baru.

5. Upāsaka/upāsikā baru bernamaskāra tiga kali (tanpa mengucapkan Namakāra Gāthā) kepada bhikkhu yang telah memberikan tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla; kemudian ditutup dengan namaskāra tiga kali kepada Sang Tiratana dengan mengucapkan Namakāra Gāthā.

UPACARA PERNIKAHAN
1. Pandita menyalakan lilin, dupa dan memimpin namaskāra.
2. Kata pengantar singkat dari Pandita.
3. Pandita bertanya kepada masing-masing mempelai, apakah pernikahan ini bebas dari paksaan atau ancaman.
4. Setelah keduanya memberi jawaban dengan baik :
a.Pandita menyalakan tiga batang dupa untuk mempelai pria. Mempelai pria memegang dupa dalam sikap añjali, kemudian mengucapkan janji pernikahan dengan dibimbing oleh Pandita kalimat demi kalimat, sebagai berikut :

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMĀ-SAMBUDDHASSA

“Saya mohon kepada semua yang hadir di sini, untuk menyaksikan, bahwa saya: . . . . . . . . telah mengambil: . . . . . . . .menjadi istri saya yang sah. Saya berjanji akan melindungi, mencintai dan memperhatikan istri saya dengan sungguh-sungguh dalam pikiran, ucapan dan perbuatan. Semoga Sang Tiratana selalu menerangi saya.”
Dupa ditempatkan di tempatnya.

b.Pandita menyalakan tiga batang dupa untuk mempelai wanita.
Mempelai wanita memegang dupa dalam sikap añjali, kemudian
mengucapkan janji pernikahan dengan dibimbing oleh Pandita
kalimat demi kalimat, sebagai berikut :

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMĀ-SAMBUDDHASSA

“Saya mohon kepada semua yang hadir di sini, untuk
menyaksikan, bahwa saya: . . . . . . . . telah mengambil: . . . . . . . .menjadi suami saya yang sah. Saya berjanji akan menghormati, mencintai dan memperhatikan suami saya dengan sungguh-sungguh dalam pikiran, ucapan dan perbuatan. Semoga Sang Tiratana selalu menerangi saya.”
Dupa ditempatkan di tempatnya.
5. Pandita mengesahkan pernikahan tersebut :
“Setelah mendengar janji saudara berdua, maka dengan ini, saya nyatakan pernikahan antara saudara: . . . . . . . . dan saudari: . . . . . . . .adalah SAH.
Semoga Sang Tiratana memberkahi anda berdua.”
6. Pembacaan Paritta pemberkahan :
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Culla Maṅgala Cakkavāḷa
•So Atthaladdho, Sā Atthaladdhā, Te Atthaladdhā
•Sumaṅgala Gāthā I
7. Pemercikkan air pemberkahan.
8. Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek.
9. Namaskāra.

UPACARA KEMATIAN
A. MEMBERSIHKAN JENAZAH
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Paṁsukulā Gāthā
•Mahā Jaya Maṅgala Gāthā

B. MENJELANG DIBERANGKATKAN KE MAKAM / KE KREMATORIUM
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Pabbatopama Gāthā atau Dhammaniyāma Sutta
•Tilakkhaṇādi Gāthā
•Paṁsukulā Gāthā (Dimulai dari: Aniccā vata . . . .)
•Samādhi

Pandita :
Saudara-saudara seDhamma marilah kita memancarkan pikiran cinta kasih kita kepada almarhum/almarhumah: . . . . . . . . yang telah mendahului kita.
Semoga saudara kita almarhum/almarhumah dalam perjalanan di alam kehidupan selanjutnya selalu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, hingga akhirnya tercapai Kebebasan Abadi (Nibbāna).
Semoga Sang Tiratana selalu melindunginya. Samādhi dimulai
Pandita : (Pada akhir Samādhi)
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā; atau Sabbe sattā sadā hontu, averā sukha-jīvino.
•Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek
•Ettāvatā
a.Ettāvatā, tiga kali (Devā, bhūtā, sattā)
b.Idaṁ vo . . . . (tiga kali)
c.Ākāsaṭṭhā . . . .
Ciraṁ rakkhantu: saudara . . . . . . . . (nama almarhum /almarhumah).
d.Ākāsaṭṭhā . . . .
Ciraṁ rakkhantu: maṁ paraṁ ti.
C.DI MAKAM/DI KREMATORIUM
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Paṁsukulā Gāthā (Dimulai dari: Aniccā vata . . . .) Pada waktu membacakan Aniccā vata . . . .Pandita menabur bunga di atas peti jenazah.
•Sumaṅgala Gāthā II

Catatan :
Bila keadaan memungkinkan, bisa diberikan khotbah Dhamma singkat.
D. BENTUK NISAN
Di makam, nisan berbentuk sebuah STUPA.


PERINGATAN KEMATIAN
A. PERINGATAN KEMATIAN: 3 HARI, 7 HARI, 49 HARI, 100 HARI, 1
TAHUN, DAN SEBAGAINYA
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Tisaraṇa
•Buddhānussati
•Dhammānussati
•Saṅghānussati
•Saccakiriyā Gāthā
•Karaṇīya Mettā Sutta
•Ariyadhana Gāthā
•Samādhi

Pandita :
Saudara-saudara seDhamma marilah kita memancarkan pikiran cinta kasih kita pada almarhum/almarhumah: . . . . . . . . yang telah mendahului kita . . . . . . . . hari/tahun yang lalu.
Semoga saudara kita almarhum/almarhumah dalam perjalanan di alam kehidupan selanjutnya selalu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, hingga akhirnya tercapai Kebebasan Abadi (Nibbāna).
Semoga Sang Tiratana selalu melindunginya.
Samādhi dimulai
Pandita : (Pada akhir Samādhi)
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā; atau
Sabbe sattā sadā hontu, averā sukhajīvino.
•Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek
•Ettāvatā
a.Ettāvatā, tiga kali (Devā, bhūtā, sattā)
b.Idaṁ vo . . . . (tiga kali)
c.Ākāsaṭṭhā . . . .
Ciraṁ rakkhantu: saudara . . . . . . . . (nama almarhum /almarhumah).
d.Ākāsaṭṭhā . . . .
Ciraṁ rakkhantu: maṁ paraṁ ti.

B. ZIARAH DI MAKAM
•Pubbabhāganamakāra/Vandanā
•Saccakiriyā Gāthā
•Idaṁ vo . . . . (tiga kali)


II. TUNTUNAN PUJA BAKTI

1. PEMBUKAAN

Pemimpin Puja Bakti :
Memberi tanda Puja Bakti dimulai (dengan gong, lonceng, dan sebagainya). Pemimpin Puja Bakti menyalakan lilin dan dupa (hio), kemudian meletakkan dupa di tempatnya, sementara hadirin duduk bertumpu lutut dan bersikap añjali. Setelah dupa diletakkan di tempatnya, Pemimpin Puja Bakti dan para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala (bersikap añjali dengan menyentuh dahi).


2. NAMAKĀRA GĀTHĀ (Syair Penghormatan)

Pemimpin Puja Bakti mengucapkan kalimat per kalimat dan diikuti
oleh hadirin :

Arahaṁ Sammā-Sambuddho Bhagavā, Buddhaṁ Bhagavantaṁ abhivādemi.
Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna;
aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Sang Bhagavā.
(namaskāra*)

Svākkhāto Bhagavatā Dhammo, Dhammaṁ namassāmi.
Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagavā; aku bersujud di hadapan Dhamma.
(namaskāra)

Supaṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho, Saṅghaṁ namāmi.
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak sempurna; aku bersujud di hadapan Saṅgha.
(namaskāra)

*)Sikap dalam namaskāra, lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi,
siku, telapak tangan) menyentuh lantai.


3. PŪJĀ GĀTHĀ (Syair Puja)

(Hadirin tetap duduk bertumpu lutut dan bersikap añjali)
Pemimpin Puja Bakti :
Yam-amha kho mayaṁ Bhagavantaṁ saraṇaṁ gatā, yo no Bhagavā
satthā, yassa ca mayaṁ Bhagavato Dhammaṁ rocema.
Imehi sakkārehi taṁ Bhagavantaṁ sasaddhammaṁ sasāvaka-saṅghaṁ abhipūjayāma.
Kami berlindung kepada Sang Bhagavā, Sang Bhagavā Guru Junjungan kita,
dalam Dhamma Sang Bhagavā kami berbahagia. Dengan persembahan ini kami melakukan pūjā kepada Sang Bhagavā, Dhamma Sejati serta Saṅgha para Siswa.


4. PUBBABHĀGANAMAKĀRA (Penghormatan Awal)

(Hadirin duduk bersimpuh/bersila)
Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Buddhassa Bhagavato Pubba-bhāga-namakāraṁ karoma
se.
Marilah kita mengucapkan Penghormatan Awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagavā.

Bersama-sama :

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-Sambuddhassa. (tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali)


5. TISARAṆA (Tiga Perlindungan)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Ti-saraṇa-gamana-pāṭhaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Tiga Perlindungan.

Bersama-sama :
1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.


6. PAÑCASĪLA (Lima Latihan Sīla)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Pañca-sikkhā-pada-pāṭhaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Lima Latihan Sīla.
Bersama-sama :

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2) Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4) Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.

1) Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2) Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
3) Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4) Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5) Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.


7. BUDDHĀNUSSATI (Perenungan terhadap Buddha)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Buddhānussati-nayaṁ karoma se.
Marilah kita mengucapkan Perenungan terhadap Buddha.
Bersama-sama :

Iti pi so Bhagavā Arahaṁ Sammā-Sambuddho,
Vijjā-caraṇa-sampanno Sugato Lokavidū,
Anuttaro purisa-damma-sārathi satthā deva-manussānaṁ Buddho
Bhagavā'ti.

Demikianlah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna; Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbāna), Pengenal segenap alam; Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan. (Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Sang Buddha)


8. DHAMMĀNUSSATI (Perenungan terhadap Dhamma)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Dhammānussati-nayaṁ karoma se.
Marilah kita mengucapkan Perenungan terhadap Dhamma.
Bersama-sama :

Svākkhāto Bhagavatā Dhammo,
Sandiṭṭhiko akāliko ehipassiko,
Opanayiko paccattaṁ veditabbo viññūhī'ti.

Dhamma Sang Bhagavā telah sempurna dibabarkan; Berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. (Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Dhamma).


9. SAṄGHĀNUSSATI (Perenungan terhadap Saṅgha)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Saṅghānussati-nayaṁ karoma se.
Marilah kita mengucapkan Perenungan terhadap Saṅgha.
Bersama-sama :

Supaṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Uju-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Ñāya-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Sāmīci-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Yadidaṁ cattāri purisa-yugāni aṭṭha purisa-puggalā:
Esa Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjali-karaṇīyo,
Anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassā'ti.

Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak baik;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak lurus;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak benar;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak patut;
Mereka, merupakan empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis Makhluk Suci *): Itulah Saṅgha Siswa Sang Bhagavā; Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan; Lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta. (Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Saṅgha).
*) Mereka disebut Ariya Saṅgha: makhluk-makhluk yang telah
mencapai Sotāpatti Magga dan Phala, Sakadāgāmī Magga dan Phala,
Anāgāmī Magga dan Phala, dan Arahatta Magga dan Phala.


10. SACCAKIRIYĀ GĀTHĀ (Pernyataan Kebenaran)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Sacca-kiriyā gāthāyo bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Pernyataan Kebenaran.
Bersama-sama :

1)Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
   Buddho me saraṇaṁ varaṁ
   Etena sacca-vajjena
   Sotthi me/te hotu sabbadā.

2)Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
  Dhammo me saraṇaṁ varaṁ
  Etena sacca-vajjena
  Sotthi me/te hotu sabbadā.

3)Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
  Saṅgho me saraṇaṁ varaṁ
  Etena sacca-vajjena
  Sotthi me/te hotu sabbadā.

1)Tiada perlindungan lain bagiku
  Sang Buddha-lah sesungguhnya Pelindungku
  Berkat kesungguhan pernyataan ini
  Semoga aku/anda selamat sejahtera.
2)Tiada perlindungan lain bagiku
  Dhamma-lah sesungguhnya Pelindungku
  Berkat kesungguhan pernyataan ini
  Semoga aku/anda selamat sejahtera.
3)Tiada perlindungan lain bagiku
  Saṅgha-lah sesungguhnya Pelindungku
  Berkat kesungguhan pernyataan ini
  Semoga aku/anda selamat sejahtera.


11. MAṄGALA SUTTA (Sutta tentang Berkah Utama)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Maṅgala suttaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Berkah Utama.
Bersama-sama :

Evam-me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati,
Jetavane Anāthapiṇḍikassa, ārāme.
Atha kho aññatarā devatā, abhikkantāya rattiyā abhikkanta-vaṇṇā
kevala-kappaṁ Jetavanaṁ obhāsetva.
Yena Bhagavā tenupasaṅkami, upasaṅkamitvā Bhagavantaṁ abhivādetvā
ekamantaṁ aṭṭhāsi.

Ekam-antaṁ ṭhitā kho sā devatā Bhagavantaṁ gāthāya ajjhabhāsi:
1)
“Bahū devā manussā ca
maṅgalāni acintayuṁ
Ākaṅkhamānā sotthānaṁ
brūhi maṅgalam-uttamaṁ.”
2)
“Asevanā ca bālānaṁ
paṇḍitānañca sevanā
Pūjā ca pūjanīyānaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
3)
Paṭirūpa-desa-vāso ca
pubbe ca kata-puññatā
Atta-sammā-paṇidhi ca
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
4)
Bāhu-saccañca sippañca
vinayo ca susikkhito
Subhāsitā ca yā vācā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
5)
Mātā-pitu-upaṭṭhānaṁ
putta-dārassa saṅgaho
Anākulā ca kammantā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
6)
Dānañca Dhamma-cariyā ca
ñātakānañca saṅgaho
Anavajjāni kammāni
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
7)
Āratī viratī pāpā
majja-pānā ca saññamo
Appamādo ca dhammesu
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
8)
Gāravo ca nivāto ca
santuṭṭhī ca kataññutā
Kālena dhammassavanaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
9)
Khantī ca sovacassatā
samaṇānañca dassanaṁ
Kālena Dhamma-sākacchā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
10)
Tapo ca brahma-cariyañca
ariya-saccāna-dassanaṁ
Nibbāna-sacchi-kiriyā ca
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
11)
Phuṭṭhassa loka-dhammehi
cittaṁ yassa na kampati
Asokaṁ virajaṁ khemaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
12)
Etādisāni katvāna
sabbattham-aparājitā
Sabbattha sotthiṁ gacchanti
tan-tesaṁ maṅgalam-uttaman'ti.
Demikianlah telah kudengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā menetap di dekat Sāvatthī, di hutan Jeta, di Vihāra Anāthapiṇḍika.
Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta. Menghampiri Sang Bhagavā, dan menghormati Beliau, lalu berdiri di satu sisi.
Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair ini:

1)
“Banyak dewa dan manusia
Berselisih paham tentang Berkah
Yang diharap membawa keselamatan;
Terangkanlah, apakah Berkah Utama itu?”
2)
“Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana
Menghormat mereka yang patut dihormat:
Itulah Berkah Utama.
3)
Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar:
Itulah Berkah Utama.
4)
Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan:
Itulah Berkah Utama.
5)
Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan istri
Bekerja bebas dari pertentangan:
Itulah Berkah Utama.
6)
Berdāna dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela:
Itulah Berkah Utama.
7)
Menjauhi, tak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras
Tekun melaksanakan Dhamma:
Itulah Berkah Utama.
8)
Selalu hormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai:
Itulah Berkah Utama.
9)
Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai:
Itulah Berkah Utama.
10)
Bersemangat menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibbāna:
Itulah Berkah Utama.
11)
Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan
Tiada susah, tanpa noda, penuh damai:
Itulah Berkah Utama.
12)
Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga:
Itulah Berkah Utama.”


12. KARAṆĪYA METTĀ SUTTA (Sutta tentang Kasih Sayang yang harus dikembangkan)

Pemimpin Puja Bakti :
Handa mayaṁ Karaṇīya-mettā suttaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Kasih Sayang yang harus
dikembangkan.
Bersama-sama :
1)
Karaṇīyam-attha-kusalena
yantaṁ santaṁ padaṁ abhisamecca,
Sakko ujū ca suhujū ca
suvaco cassa mudu anatimānī,
2)
Santussako ca subharo ca
appakicco ca sallahuka-vutti,
Santindriyo ca nipako ca
appagabbho kulesu ananugiddho.
3)
Na ca khuddaṁ samācare kiñci
yena viññū pare upavadeyyuṁ.
Sukhino vā khemino hontu
sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
4)
Ye keci pāṇa-bhūtatthi
tasā vā thāvarā vā anavasesā,
Dīghā vā ye mahantā vā
majjhimā rassakā aṇuka-thūlā,
5)
Diṭṭhā vā ye va adiṭṭhā
ye ca dūre vasanti avidūre,
Bhūtā vā sambhavesī vā
sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
6)
Na paro paraṁ nikubbetha
nātimaññetha katthaci naṁ kiñci,
Byārosanā paṭīgha-saññā
nāññam-aññassa dukkham-iccheyya.
7)
Mātā yathā niyaṁ puttaṁ
āyusā eka-puttam-anurakkhe,
Evam-pi sabba-bhūtesu
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ.
8)
Mettañca sabba-lokasmiṁ
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ,
Uddhaṁ adho ca tiriyañca
asambādhaṁ averaṁ asapattaṁ.
9)
Tiṭṭhañcaraṁ nisinno vā
sayāno vā yāvatassa vigatam-iddho,
Etaṁ satiṁ adhiṭṭheyya
brahmam-etaṁ vihāraṁ idham-āhu.
10)
Diṭṭhiñca anupagamma
sīlavā dassanena sampanno,
Kāmesu vineyya gedhaṁ,
Na hi jātu gabbha-seyyaṁ punaretī'ti.

1)
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan;
Untuk mencapai ketenangan,
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur,
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.
2)
Merasa puas, mudah disokong/dilayani,
Tiada sibuk, sederhana hidupnya,
Tenang inderanya, berhati-hati,
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.
3)
Tak berbuat kesalahan walau pun kecil,
Yang dapat dicela oleh Para Bijaksana,
Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram;
Semoga semua makhluk berbahagia.
4)
Makhluk hidup apa pun juga,
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali,
Yang panjang atau besar,
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
5)
Yang tampak atau tidak tampak,
Yang jauh atau pun dekat,
Yang telah lahir atau yang akan lahir,
Semoga semua makhluk berbahagia.
6)
Jangan menipu orang lain,
Atau menghina siapa saja,
Jangan karena marah dan benci,
Mengharap orang lain celaka.
7)
Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya,
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk,
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.
8)
Kasih sayangnya ke segenap alam semesta,
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas,
Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling,
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.
9)
Selagi berdiri, berjalan atau duduk,
Atau berbaring, selagi tiada lelap,
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini,
Yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma.
10)
Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang attā atau aku),
Dengan Sīla dan Penglihatan yang sempurna,
Hingga bersih dari nafsu indera,
Ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga.


13. BRAHMAVIHĀRA PHARAṆĀ(Peresapan Brahma-Vihāra)

Pemimpin Puja Bakti :

Handa mayaṁ Brahma-vihāra-pharaṇā karoma se.
Marilah kita mengucapkan Peresapan Brahma-Vihāra.
Bersama-sama :
(METTĀ) :
Ahaṁ sukhito homi
Niddukkho homi
Avero homi
Abyāpajjho homi
Anīgho homi
Sukhī attānaṁ pariharāmi.
Sabbe sattā sukhitā hontu
Niddukkhā hontu
Averā hontu
Abyāpajjhā hontu
Anīghā hontu
Sukhī attānaṁ pariharantu.

(KARUṆĀ) :
Sabbe sattā dukkhā pamuccantu.

(MUDITĀ) :
Sabbe sattā ma laddha-sampattito vigacchantu.

(UPEKKHĀ) :
Sabbe sattā
kammassakā
kamma-dāyādā
kamma-yonī
kamma-bandhū
kamma-paṭisaraṇā.
Yaṁ kammaṁ karissanti kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā tassa dāyādā
bhavissanti.

(CINTA KASIH) :
Semoga aku berbahagia
Bebas dari penderitaan
Bebas dari kebencian
Bebas dari penyakit
Bebas dari kesukaran
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia
Bebas dari penderitaan
Bebas dari kebencian
Bebas dari kesakitan
Bebas dari kesukaran
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri.

(BELAS KASIH) :
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.

(TURUT BAHAGIA) :
Semoga semua makhluk tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka
peroleh.

(KESEIMBANGAN BATIN) :
Semua makhluk
Memiliki karmanya sendiri
Mewarisi karmanya sendiri
Lahir dari karmanya sendiri
Berhubungan dengan karmanya sendiri
Terlindung oleh karmanya sendiri.
Apa pun karma yang diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan
diwarisinya.


14. ABHIṆHAPACCAVEKKHAṆA(Kerap Kali Direnungkan)

Pemimpin Puja Bakti :

Handa mayaṁ Abhiṇha-paccavekkhaṇa-pāthaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan Perenungan Kerap Kali.
Bersama-sama :
Jarā-dhammomhi
jaraṁ anatīto.
Byādhi-dhammomhi
byādhiṁ anatīto.
Maraṇa-dhammomhi
maraṇaṁ anatīto.
Sabbehi me piyehi manāpehi nānā-bhāvo vinā-bhāvo.
Kammassakomhi
kamma-dāyādo
kamma-yoni
kamma-bandhu
kamma-paṭisaraṇo.
Yaṁ kammaṁ karissāmi kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā tassa dāyādo
bhavissāmi.
Evaṁ amhehi abhiṇhaṁ paccavekkhitabbaṁ.

Aku akan menderita usia tua,
Aku belum mengatasi usia tua.
Aku akan menderita sakit,
Aku belum mengatasi penyakit.
Aku akan menderita kematian,
Aku belum mengatasi kematian.
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku.
Aku adalah pemilik karmaku sendiri
Pewaris karmaku sendiri
Lahir dari karmaku sendiri
Berhubungan dengan karmaku sendiri
Terlindung oleh karmaku sendiri.
Apa pun karma yang kuperbuat, baik atau buruk, itulah yang akan kuwarisi.
Hendaklah ini kerap kali direnungkan.


15. SAMĀDHI : METTĀ BHĀVANĀ (Meditasi : Pengembangan Kasih Sayang)

Pada akhir Samādhi, Pemimpin Puja Bakti mengucapkan :

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
- - - - - atau - - - - -
Sabbe sattā sadā hontu, averā sukha-jīvino.
Semoga semua makhluk selamanya hidup berbahagia, bebas dari kebencian.


16. ĀRĀDHANĀ TISARAṆA PAÑCASĪLA (Permohonan Tiga Perlindungan & Lima Latihan Sīla)

Apabila Puja Bakti dihadiri oleh bhikkhu, maka Pañcasīla (nomor 6) dalam Tuntunan Puja Bakti ini tidak dibacakan. Setelah pembacaan paritta selesai, hadirin memohon tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla kepada bhikkhu, dengan membacakan :

Hadirin Bersama-sama :
1)
Mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.
2)
Dutiyampi mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.
3)
Tatiyampi mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.
1)
Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
2)
Untuk kedua kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
3)
Untuk ketiga kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
- - - - - atau - - - - -
1)
Okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.
2)
Dutiyampi okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.
3)
Tatiyampi okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.
1)
Perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.
2)
Untuk kedua kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.
3)
Untuk ketiga kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.

Bhikkhu :
Yam-ahaṁ vadāmi taṁ vadetha.
Ikutilah apa yang saya ucapkan.

Hadirin :
Āma bhante.
Baik, Bhante.

Bhikkhu :
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa (tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna (tiga kali)

Hadirin :
(mengikuti)

Bhikkhu :
(mengucapkan Tisaraṇa kalimat per kalimat)

Hadirin :
(mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kalimat perkalimat)
1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.

Bhikkhu :
Ti-saraṇa gamanaṁ paripuṇṇaṁ.
Tisaraṇa telah diambil dengan lengkap.

Hadirin :
Āma bhante.
Baik, Bhante.

Bhikkhu :
(mengucapkan Pañcasīla kalimat per kalimat)

Hadirin :
(mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kalimat perkalimat)
1)
Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2)
Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3)
Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4)
Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.

1)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang
tidak diberikan.
3)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.

Bhikkhu :
Imāni pañca sikkhā-padāni.
Sīlena sugatiṁ yanti.
Sīlena bhoga-sampadā.
Sīlena nibbutiṁ yanti.
Tasmā sīlaṁ visodhaye.

Itulah yang dinamakan Lima Latihan.
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat terlahir di alam bahagia.
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat memperoleh kekayaan (dunia dan
Dhamma).
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat tercapainya Nibbāna.
Sebab itu anda harus melaksanakan Sīla dengan sempurna.

Hadirin :
Āma bhante.
Baik, Bhante.
SĀDHU! SĀDHU! SĀDHU!


17. ĀRĀDHANĀ PARITTA (Permohonan Paritta)

Permohonan Paritta ini dibacakan apabila umat mengundang bhikkhu/sāmaṇera ke rumah atau pada acara upacara di vihāra, cetiya, dan sebagainya. Hal ini dilakukan setelah permohonan Pañcasīla.


Permohonan Paritta ini adalah sebagai berikut :
1)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-dukkha-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.
2)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-bhaya-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.
3)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-roga-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.

1)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua dukkha
Sudilah membacakan paritta perlindungan.
2)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua rasa takut
Sudilah membacakan paritta perlindungan.
3)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua penyakit
Sudilah membacakan paritta perlindungan.


18. ĀRĀDHANĀ DHAMMADESANĀ (Permohonan Dhammadesanā)

Permohonan Dhammadesanā ini dilaksanakan setelah Permohonan Pañcasila di vihāra, cetiya, dan sebagainya pada bhikkhu, sāmaṇera yang hadir pada waktu itu :


Brahmā ca lokādhipatī sahampati
Katañjalī andhivaraṁ ayācatha:
Santīdha sattāpparajakkha-jātikā
Desetu Dhammaṁ anukampimaṁ pajaṁ.

Brahma Sahampati, penguasa dunia ini
Merangkap kedua tangannya (berañjali) dan memohon:
Ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka;
Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka.


19. DHAMMADESANĀ (Khotbah Dhamma)

Hadirin mendengarkan pembabaran Dhamma dengan sikap hormat dan penuh perhatian.


*Sikap hormat ini bisa berbentuk sikap duduk tenang berañjali dan
sebagainya.


20. PEMBERKAHAN

Apabila Puja Bakti dihadiri bhikkhu, bhikkhu memberikan pemberkahan


21. ETTĀVATĀ (Pelimpahan Jasa)

Pemimpin Puja Bakti :

Handa mayaṁ Ettāvatā diṇṇaṁ bhaṇāma se.
Marilah kita mengucapkan paritta Ettāvatā.
Bersama-sama :

1)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe devā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
2)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe bhūtā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
3)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe sattā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
4)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu lokasanti
5)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu Indonesia
6)
Idaṁ vo ñātinaṁ hotu
Sukhitā hontu ñātayo
(tiga kali)
7)
Devo vassatu kālena
Sassa sampatti hotu ca
Phīto bhavatu loko ca
Rājā bhavatu dhammiko
8)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu Sāsanaṁ
9)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu Desanaṁ
10)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā
mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ
rakkhantu
maṁ paraṁ'ti

1)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
2)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk halus turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
3)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk hidup turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
4)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi perdamaian dunia.
5)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi Indonesia.
6)
Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang telah meninggal;
Semoga mereka berbahagia.
(tiga kali)
7)
Semoga hujan tepat pada musimnya
Semoga dunia maju dengan pesat
Serta selalu bahagia dan damai
Semoga Pemerintah/Pemimpin berlaku lurus.
8)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi Ajaran.
9)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi pembabaran Dhamma.
10)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi kita semua.

22. PENUTUP

Kemudian Puja Bakti ditutup dengan namaskāra.

Catatan :
Bagian nomor 11 dan 12, dapat dipilih salah satu.
Bagian nomor 13 dan 14, dapat dipilih salah satu.


III. ĀRĀDHANĀ, TISARAṆA DAN SĪLA

1. ĀRĀDHANĀ TISARAṆA PAÑCASĪLA

Hadirin Bersama-sama :

1)
Mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.
2)
Dutiyampi mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.
3)
Tatiyampi mayaṁ bhante,
Ti-saraṇena saha pañca sīlāni yācāma.

1)
Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
2)
Untuk kedua kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
3)
Untuk ketiga kalinya, Bhante,
Kami memohon Tisaraṇa dan Pañcasīla.
- - - - - atau - - - - -
1)
Okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.
2)
Dutiyampi okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.
3)
Tatiyampi okāsa ahaṁ bhante,
Ti-saraṇena saddhiṁ pañca-sīlaṁ dhammaṁ yācāmi,
Anuggahaṁ katvā sīlaṁ detha me bhante.

1)
Perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.
2)
Untuk kedua kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.
3)
Untuk ketiga kalinya, perkenankanlah, Bhante,
Berikan padaku Tisaraṇa serta Pañcasīla,
Anugerahkanlah padaku Sīla itu, Bhante.

Bhikkhu :

Yam-ahaṁ vadāmi taṁ vadetha.
Ikutilah apa yang saya ucapkan.

Hadirin :

Āma bhante.
Baik, Bhante.

Bhikkhu :
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa (tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna (tiga kali)

Hadirin : (mengikuti)

Bhikkhu : (mengucapkan Tisaraṇa kalimat per kalimat)

Hadirin : (mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kalimat per kalimat)
1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.

Bhikkhu :
Ti-saraṇa gamanaṁ paripuṇṇaṁ.
Tisaraṇa telah diambil dengan lengkap.

Hadirin : Āma bhante. Baik, Bhante.

Bhikkhu : (mengucapkan Pañcasīla kalimat per kalimat)

Hadirin : (mengikuti apa yang diucapkan oleh bhikkhu kalimat per kalimat)
1)
Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2)
Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3)
Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4)
Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.

1)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang
tidak diberikan.
3)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.

Bhikkhu :
Imāni pañca sikkhā-padāni.
Sīlena sugatiṁ yanti.
Sīlena bhoga-sampadā.
Sīlena nibbutiṁ yanti.
Tasmā sīlaṁ visodhaye.

Itulah yang dinamakan Lima Latihan.
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat terlahir di alam bahagia.
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat memperoleh kekayaan (dunia dan
Dhamma).
Dengan melaksanakan Sīla akan berakibat tercapainya Nibbāna.
Sebab itu anda harus melaksanakan Sīla dengan sempurna.

Hadirin : Āma bhante. Baik, Bhante.

SĀDHU! SĀDHU! SĀDHU!


2. ĀRĀDHANĀ PARITTA

1)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-dukkha-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.
2)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-bhaya-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.
3)
Vipatti-paṭibāhāya
sabba-sampatti-siddhiyā,
Sabba-roga-vināsāya
parittaṁ brūtha maṅgalaṁ.

1)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua dukkha
Sudilah membacakan paritta perlindungan.
2)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua rasa takut
Sudilah membacakan paritta perlindungan.
3)
Untuk menolak mara bahaya
Untuk memperoleh rejeki
Untuk melenyapkan semua penyakit
Sudilah membacakan paritta perlindungan.


3. ĀRĀDHANĀ DHAMMADESANĀ

Brahmā ca lokādhipatī sahampati

Katañjalī andhivaraṁ ayācatha:
Santīdha sattāpparajakkha-jātikā
Desetu Dhammaṁ anukampimaṁ pajaṁ.

Brahma Sahampati, penguasa dunia ini
Merangkap kedua tangannya (berañjali) dan memohon:
Ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka;
Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka.


4. PUBBABHĀGANAMAKĀRA

Handa mayaṁ Buddhassa Bhagavato Pubba-bhāga-namakāraṁ karoma se.

Bersama-sama :
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa (tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)


5. TISARAṆA

Handa mayaṁ Ti-saraṇa-gamana-pāṭhaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :
1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.


6. PAÑCASĪLA

Handa mayaṁ Pañca-sikkhā-pada-pāṭhaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :
1)
Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2)
Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3)
Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4)
Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.

1)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang
tidak diberikan.
3)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.


7. AṬṬHAṄGASĪLA (Delapan Latihan Sīla)

1)
Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2)
Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3)
Abrahma-cariyā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4)
Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.
6)
Vikāla-bhojanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
7)
Nacca-gīta-vādita-visūka-dassanā mālā-gandha-vilepana-dhāraṇa-
maṇḍana-vibhūsanaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
8)
Uccāsayana-mahāsayanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.

1)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang
tidak diberikan.
3)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan tidak suci.
4)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
6)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari makan makanan setelah
tengah hari.
7)
Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak menari, menyanyi, bermain
musik, pergi melihat tontonan-tontonan; menghindari memakai bunga-
bungaan, wangi-wangian dan alat-alat kosmetik untuk tujuan menghias
dan mempercantik diri.
8)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur
dan tempat duduk yang tinggi dan mewah.


8. DASASĪLA (Sepuluh Latihan Sīla)

1)
Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
2)
Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
3)
Abrahma-cariyā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
4)
Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.
6)
Vikāla-bhojanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
7)
Nacca-gīta-vādita-visūka-dassanā veramaṇī sikkhā-padaṁ
samādiyāmi.
8)
Mālā-gandha-vilepana-dhāraṇa-maṇḍana-vibhūsanaṭṭhānā
veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
9)
Uccāsayana-mahāsayanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
10)
Jataruparajata pattiggahana veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.

1)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang
tidak diberikan.
3)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan tidak suci.
4)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
6)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari makan makanan setelah
tengah hari.
7)
Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak menari, menyanyi, bermain
musik serta pergi melihat tontonan-tontonan.
8)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pemakaian bunga-bungaan,
wangi-wangian dan alat-alat kosmetik untuk tujuan menghias dan
mempercantik diri.
9)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur
dan tempat duduk yang tinggi dan mewah.
10)
Aku bertekad akan melatih diri menghindari menerima emas dan perak
(uang).

IV. PARITTA UNTUK UPACARA MAṄGALA (Upacara Menuju ke Kebahagiaan)

1. ĀRĀDHANĀ DEVATĀ (Mengundang Para Dewa)

Samantā cakkavāḷesu atrāgacchantu devatā, saddhammaṁ muni rājassa suṇantu sagga-mokkhadaṁ. Sagge kāme ca rūpe giri sikharataṭe cantalikkhe vimāne, dīpe raṭṭhe ca gāme taruvana-gahane
geha-vatthumhi khette.
Bhummā cāyantu devā jala-thala-visame yakkha-gandhabba-nāga, tiṭṭhantā santike yaṁ muni-vara-vacanaṁ sādhavo me sunaṇtu.

Dhammassavana-kālo ayam-bhadantā (tiga kali)

Semoga semua dewa di alam semesta hadir di sini, mendengarkan Dhamma nan Agung dari Sang Bijaksana, yang membimbing (umat) ke Surga dan ke Kebebasan. Di alam surga dan di alam brahma, di puncak-puncak gunung, di angkasa raya, di pulau-pulau, di desa-desa dan kota, di hutan belukar, di
sekeliling rumah dan ladang. Semoga dewa Bumi mendekat (datang) melalui air, daratan atau pun angkasa, bersama-sama dengan yakkha, gandhabba dan naga. Dan semoga di mana pun mereka berada, mereka dapat mendengarkan sabda Sang Bijaksana, seperti berikut.

Sekarang tiba saatnya mendengar Dhamma (tiga kali)

Catatan :
Bila membaca paritta di vihāra, maka baris terakhir (tiga kali) diganti dengan :

Buddha-dassana-kālo ayam-bhadantā.
Dhammassavana-kālo ayam-bhadantā.
Saṅgha-payirupāsanā-kālo ayam-bhadantā.

Sekarang tiba saatnya melihat Sang Buddha.
Sekarang tiba saatnya mendengar Sang Dhamma.
Sekarang tiba saatnya menghormat Sang Saṅgha.


2. PUBBABHĀGANAMAKĀRA

Handa mayaṁ Buddhassa Bhagavato Pubba-bhāga-namakāraṁ karoma se.

Bersama-sama :
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-Sambuddhassa (tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna (tiga kali)


3. TISARAṆA

Handa mayaṁ Ti-saraṇa-gamana-pāṭhaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :

1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.


4. NAMAKĀRASIDDHI GĀTHĀ

Handa mayaṁ Namakāra-siddhi gāthāyo bhaṇāma se.

1)
Yo cakkhumā moha-malāpakaṭṭho
Sāmaṁ va Buddho Sugato vimutto
Mārassa pāsā vinimocayanto
Pāpesi khemaṁ janataṁ vineyyaṁ.
2)
Buddhaṁ varantaṁ sirasā namāmi
Lokassa nāthañca vināyakañca.
Tan-tejasā te jaya-siddhi hotu
Sabbantarāyā ca vināsamentu.
3)
Dhammo dhajo yo viya tassa satthu
Dassesi lokassa visuddhi-maggaṁ
Niyyāniko dhamma-dharassa dhārī
Sātāvaho santikaro suciṇṇo.
4)
Dhammaṁ varantaṁ sirasā namāmi
Mohappadālaṁ upasanta-dāhaṁ.
Tan-tejasā te jaya-siddhi hotu
Sabbantarāyā ca vināsamentu.
5)
Saddhamma-senā Sugatānugo yo
Lokassa pāpūpakilesa-jetā
Santo sayaṁ santi-niyojako ca
Svākkhāta-dhammaṁ viditaṁ karoti.
6)
Saṅghaṁ varantaṁ sirasā namāmi
Buddhānubuddhaṁ sama-sīla-diṭṭhiṁ.
Tan-tejasā te jaya-siddhi hotu
Sabbantarāyā ca vināsamentu.

1)
Penglihat yang telah melenyapkan kebodohan
Dia-lah Sang Buddha, Sang Sugata, Yang Telah Bebas
Ia telah terbebas dari jeratan Māra si jahat
Ia membimbing orang banyak ke Keselamatan.
2)
Saya bersujud kepada Buddha nan Mulia
Pelindung dan Pemimpin dunia;
Berkat kekuatan ini semoga anda mendapat kejayaan
Dan semua bahaya lenyap adanya.
3)
Dhamma bagaikan bendera Sang Guru
Menunjukkan Jalan Kesucian pada dunia
Menyelamatkan para pelaksana Dhamma
Bila dilaksanakan dengan baik mengarah ke Kebahagiaan dan Kedamaian.
4)
Saya bersujud kepada Dhamma nan Mulia
Pelenyap kebodohan, Penakluk kobaran api nafsu;
Berkat kekuatan ini semoga anda mendapat kejayaan
Dan semua bahaya lenyap adanya.
5)
Dhamma Duta pengikut Sang Sugata
Penakluk kejahatan dan noda dalam dunia ini
Mereka sendiri dapat ketenangan, kedamaian dan tanpa ikatan
Setelah mereka mengetahui Dhamma yang sempurna dibabarkan.
6)
Saya bersujud kepada Saṅgha nan Mulia
Yang mencapai Kesempurnaan dengan Sīla dan Ajaran Sang Buddha;
Berkat kekuatan ini semoga anda mendapat kejayaan
Dan semua bahaya lenyap adanya.


5. SACCAKIRIYĀ GĀTHĀ

Handa mayaṁ Sacca-kiriyā gāthāyo bhaṇāma se.

Bersama-sama :
1)
Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
Buddho me saraṇaṁ varaṁ
Etena sacca-vajjena
Sotthi me/te hotu sabbadā.
2)
Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
Dhammo me saraṇaṁ varaṁ
Etena sacca-vajjena
Sotthi me/te hotu sabbadā.
3)
Natthi me saraṇaṁ aññaṁ
Saṅgho me saraṇaṁ varaṁ
Etena sacca-vajjena
Sotthi me/te hotu sabbadā.

1)
Tiada perlindungan lain bagiku
Sang Buddha-lah sesungguhnya Pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga aku/anda selamat sejahtera.
2)
Tiada perlindungan lain bagiku
Dhamma-lah sesungguhnya Pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga aku/anda selamat sejahtera.
3)
Tiada perlindungan lain bagiku
Saṅgha-lah sesungguhnya Pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga aku/anda selamat sejahtera.


6. MAHĀKĀRUṆIKONĀTHOTIĀDI GĀTHĀ

Handa mayaṁ Mahā-kāruṇiko-nātho-tiādi gāthāyo bhaṇāma se.

1)
Mahā-kāruṇiko nātho
Atthāya sabba-pāṇinaṁ
Pūretvā pāramī sabbā
Patto sambodhim-uttamaṁ.
Etena sacca-vajjena
Mā hontu sabbupaddavā.
2)
Mahā-kāruṇiko nātho
Hitāya sabba-pāṇinaṁ
Pūretvā pāramī sabbā
Patto sambodhim-uttamaṁ.
Etena sacca-vajjena
Mā hontu sabbupaddavā.
3)
Mahā-kāruṇiko nātho
Sukhāya sabba-pāṇinaṁ
Pūretvā pāramī sabbā
Patto sambodhim-uttamaṁ.
Etena sacca-vajjena
Mā hontu sabbupaddavā.

1)
Sang Pelindung Yang Maha Welas Asih
Untuk kepentingan semua makhluk
Telah menyempurnakan semua Pāramitā
Mencapai Bodhi atas usaha-Nya sendiri;
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga semua musibah lenyap adanya.
2)
Sang Pelindung Yang Maha Welas Asih
Untuk kesejahteraan semua makhluk
Telah menyempurnakan semua Pāramitā
Mencapai Bodhi atas usaha-Nya sendiri;
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga semua musibah lenyap adanya.
3)
Sang Pelindung Yang Maha Welas Asih
Untuk kebahagiaan semua makhluk
Telah menyempurnakan semua Pāramitā
Mencapai Bodhi atas usaha-Nya sendiri;
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga semua musibah lenyap adanya.


7. NAMOKĀRAṬṬHAKA GĀTHĀ

Handa mayaṁ Namo-kāra-aṭṭhaka gāthāyo bhaṇāma se.

1) Namo Arahato Sammā-Sambuddhassa mahesino
2) Namo uttama-dhammassa svākkhātasseva tenidha
3) Namo mahā-saṅghassāpi visuddha-sīla-diṭṭhino
4) Namo omātyāraddhassa ratanattayassa sādhukaṁ
5) Namo omakātītassa tassa vatthuttayassapi
6) Namo-kārappabhāvena vigacchantu upaddavā
7) Namo-kārānubhāvena suvatthi hotu sabbadā
8) Namo-kārassa tejena vidhimhi homi, tejavā.

1) Sujudku pada Maha Pertapa, Buddha nan Suci tanpa noda.
2) Sujudku pada Dhamma nan Mulia, yang telah dibabarkan dengan sempurna.
3) Sujudku pada Saṅgha nan Agung, yang ber-Sīla dan ber-Pandangan Suci.
4) Sujudku pada Sang Tiratana, yang Mulia berkahnya dengan ”AUM”.
5) Sujudku pada Tiratana, yang telah bebas dari kekejaman.
6) Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semua gangguan lenyap.
7) Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semuanya sejahtera.
8) Dengan sujudku yang lengkap ini, semoga saya sukses adanya.


8. MAṄGALA SUTTA

Handa mayaṁ Maṅgala suttaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :

Evam-me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati,
Jetavane Anāthapiṇḍikassa, ārāme.
Atha kho aññatarā devatā, abhikkantāya rattiyā abhikkanta-vaṇṇā
kevala-kappaṁ Jetavanaṁ obhāsetva.
Yena Bhagavā tenupasaṅkami, upasaṅkamitvā Bhagavantaṁ
abhivādetvā ekamantaṁ aṭṭhāsi.

Ekam-antaṁ ṭhitā kho sā devatā Bhagavantaṁ gāthāya ajjhabhāsi:

1)
“Bahū devā manussā ca
maṅgalāni acintayuṁ
Ākaṅkhamānā sotthānaṁ
brūhi maṅgalam-uttamaṁ.”
2)
“Asevanā ca bālānaṁ
paṇḍitānañca sevanā
Pūjā ca pūjanīyānaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
3)
Paṭirūpa-desa-vāso ca
pubbe ca kata-puññatā
Atta-sammā-paṇidhi ca
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
4)
Bāhu-saccañca sippañca
vinayo ca susikkhito
Subhāsitā ca yā vācā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
5)
Mātā-pitu-upaṭṭhānaṁ
putta-dārassa saṅgaho
Anākulā ca kammantā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
6)
Dānañca Dhamma-cariyā ca
ñātakānañca saṅgaho
Anavajjāni kammāni
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
7)
Āratī viratī pāpā
majja-pānā ca saññamo
Appamādo ca dhammesu
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
8)
Gāravo ca nivāto ca
santuṭṭhī ca kataññutā
Kālena dhammassavanaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
9)
Khantī ca sovacassatā
samaṇānañca dassanaṁ
Kālena Dhamma-sākacchā
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
10)
Tapo ca brahma-cariyañca
ariya-saccāna-dassanaṁ
Nibbāna-sacchi-kiriyā ca
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
11)
Phuṭṭhassa loka-dhammehi
cittaṁ yassa na kampati
Asokaṁ virajaṁ khemaṁ
etam-maṅgalam-uttamaṁ.
12)
Etādisāni katvāna
sabbattham-aparājitā
Sabbattha sotthiṁ gacchanti
tan-tesaṁ maṅgalam-uttaman'ti.”

Demikianlah telah kudengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagavā menetap di dekat Sāvatthī, di hutan Jeta, di Vihāra Anāthapiṇḍika.
Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta.
Menghampiri Sang Bhagavā, dan menghormati Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair ini:

1)
“Banyak dewa dan manusia
Berselisih paham tentang Berkah
Yang diharap membawa keselamatan;
Terangkanlah, apakah Berkah Utama itu?”
2)
“Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana
Menghormat mereka yang patut dihormat:
Itulah Berkah Utama.
3)
Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar:
Itulah Berkah Utama.
4)
Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan:
Itulah Berkah Utama.
5)
Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan istri
Bekerja bebas dari pertentangan:
Itulah Berkah Utama.
6)
Berdāna dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela:
Itulah Berkah Utama.
7)
Menjauhi, tak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras
Tekun melaksanakan Dhamma:
Itulah Berkah Utama.
8)
Selalu hormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai:
Itulah Berkah Utama.
9)
Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai:
Itulah Berkah Utama.
10)
Bersemangat menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibbāna:
Itulah Berkah Utama.
11)
Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan
Tiada susah, tanpa noda, penuh damai:
Itulah Berkah Utama.
12)
Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga:
Itulah Berkah Utama.”


9. RATANA SUTTA

Handa mayaṁ Ratana suttaṁ bhaṇāma se.

1)
Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe.
Sabbe va bhūtā sumanā bhavantu,
Atho pi sakkacca suṇantu bhāsitaṁ.
2)
Tasmā hi bhūtā nisāmetha sabbe,
Mettaṁ karotha mānusiyā pajāya.
Divā ca ratto ca haranti ye baliṁ,
Tasmā hi ne rakkhatha appamattā.
3)
Yaṁ kiñci vittaṁ idhā vā huraṁ vā,
Saggesu vā yaṁ ratanaṁ paṇītaṁ;
Na no samaṁ atthi Tathāgatena,
Idam pi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ;
Etena saccena suvatthi hotu.
4)
Khayaṁ virāgaṁ amataṁ paṇītaṁ,
Yad-ajjhagā Sakya-munī samāhito;
Na tena dhammena samatthi kiñci,
Idam pi Dhamme ratanaṁ paṇītaṁ;
Etena saccena suvatthi hotu.
5)
Yaṁ Buddha-seṭṭho parivaṇṇayī suciṁ,
Samādhim-ānantarikañ-ñām-āhu;
Samādhinā tena samo na vijjati,
Idam pi Dhamme ratanaṁ paṇītaṁ;
Etena saccena suvatthi hotu.
6)
Ye puggalā aṭṭha sataṁ pasaṭṭhā,
Cattāri etāni yugāni honti;
Te dakkhiṇeyyā Sugatassa sāvaka,
Etesu dinnāni mahapphalāni;
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
7)
Ye suppayuttā manasā daḷhena,
Nikkāmino Gotama-sāsanamhi;
Te patti-pattā amataṁ vigayha,
Laddhā mudhā nibbutiṁ bhuñjamānā;
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
8)
Yathinda-khīlo paṭhaviṁ sito siyā,
Catubbhi vātebhi asampakampiyo.
Tathūpamaṁ sappurisaṁ vadāmi,
Yo ariya-saccāni avecca passati.
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
9)
Ye ariya-saccāni vibhāvayanti,
Gambhīra-paññena sudesitāni.
Kiñ-cāpi te honti bhusappamattā,
Na te bhavaṁ aṭṭhamam-ādiyanti.
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
10)
Sahā vassa dassana-sampadāya,
Tayassu dhammā jahitā bhavanti.
Sakkāya-diṭṭhi vicikicchitañ-ca,
Sīlabbataṁ vā pi yad-atthi kiñci.
Catūhapāyehi ca vippamutto,
Cha cābhiṭhānāni abhabbo kātuṁ.
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
11)
Kiñ-cāpi so kammaṁ karoti pāpakaṁ,
Kāyena vācā uda cetasā vā.
Abhabbo so tassa paṭicchadāya,
Abhabbatā diṭṭha-padassa vuttā.
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
12)
Vanappagumbe yathā phussi-tagge,
Gimhāna-māse paṭhamasmiṁ gimhe.
Tathūpamaṁ Dhamma-varaṁ adesayi,
Nibbāna-gāmiṁ paramaṁ hitāya.
Idam pi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
13)
Varo varañ-ñū vara-do varāharo,
Anuttaro Dhamma-varaṁ adesayi.
Idam pi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
14)
Khīṇaṁ purāṇaṁ navaṁ natthi sambhavaṁ,
Viratta-cittāyatike bhavasmiṁ;
Te khīṇa-bījā aviruḷhi-chandā,
Nibbanti dhīrā yathāyaṁ padīpo;
Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ,
Etena saccena suvatthi hotu.
15)
Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe.
Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ,
Buddhaṁ namassāma suvatthi hotu.
16)
Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe.
Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ,
Dhammaṁ namassāma suvatthi hotu.
17)
Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe.
Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ,
Saṅghaṁ namassāma suvatthi hotu.

1)
Makhluk apa pun juga yang berkumpul di sini
Baik yang dari dunia, mau pun dari ruang angkasa
Berbahagialah! Perhatikanlah apa yang disabdakan.
2)
Maka itu, duhai para makhluk, perhatikanlah
Perlakukanlah umat manusia dengan cinta kasih
Lindungilah mereka dengan tekun, sebagaimana mereka
Mempersembahkan sesajian kepadamu siang dan malam.
3)
Harta apa pun juga yang terdapat di sini atau di alam-alam lain
Atau mustika tak ternilai apa pun juga di alam-alam surga
Satu pun tiada yang menyamai Sang Tathāgata
Sesungguhnya, pada Sang Buddha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
4)
Pemusnahan nafsu, bebas dari nafsu, bebas dari kematian
Yang telah dicapai oleh Sang Sakya-Muni
Dengan Samādhi benar, tiada apa pun yang dapat menyamai-Nya;
Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat mustika tak ternilai ini.
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
5)
Meditasi benar yang dipuji oleh Sang Buddha
Samādhi yang dapat memberikan hasil baik
Tiada satu pun yang dapat menyamai Samādhi ini
Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
6)
Delapan Makhluk Suci yang dipuji oleh para bijaksana
Merupakan empat pasang Makhluk Suci
Siswa-Siswa Sang Sugata ini berharga untuk diberi persembahan;
Apa yang dipersembahkan kepada mereka, menghasilkan pahala-pahala
besar;
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
7)
Mereka itu, yang bebas dari nafsu-nafsu, telah melaksanakan dengan
tekad teguh Ajaran Sang Buddha Gotama;
Telah mencapai apa yang harus dicapai
Telah memperoleh kebebasan dari kematian
Mereka menikmati ketentraman yang tak ternilai
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
8)
Bagaikan sebuah menara pintu kota beralas kokoh kuat
Tak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru
Demikianlah, kami menamakan orang bijaksana yang telah menembus
Empat Kebenaran Ariya;
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
9)
Mereka yang telah menembus Empat Kebenaran Ariya
Yang dibabarkan dengan jelas oleh Yang Maha Bijaksana
Sekali pun terkena godaan, mereka tidak akan lahir lagi sampai delapan
kali;
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
10)
Tiga belenggu dipatahkan oleh yang memiliki Pandangan Benar, yakni:
Sakkāya-Diṭṭhi (kepercayaan takhayul, tentang adanya diri), Vicikiccha
(keraguan) dan
Sīlabbataparamasa (kepercayaan takhayul, bahwa upacara sembahyang
dapat membebaskan manusia);
Ia telah bebas dari empat alam yang menyedihkan
Serta tak dapat melakukan enam kejahatan berat
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
11)
Perbuatan salah apa pun juga yang dilakukan dengan tubuh, ucapan dan
pikiran, tak dapat ia menyembunyikannya;
Karena telah dikatakan bahwa perbuatan demikian
Tak mungkin dilakukan oleh orang yang telah melihat Nibbāna
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
12)
Bagaikan pohon dalam hutan yang berbunga pada awal musim panas;
Demikian Agunglah Dhamma yang menuju Nibbāna
Beliau telah membabarkan untuk kebahagiaan tertinggi
Sesungguhnya, pada Sang Buddha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
13)
Yang Tanpa Banding, Yang Maha Tahu, Sang Pembimbing Yang Terbaik.
Sang Pembawa Yang Terbaik telah membabarkan Dhamma
Sesungguhnya, pada Sang Buddha terdapat mustika tak ternilai ini.
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.
14)
Yang lampau telah musnah, tiada penjelmaan baru
Pikiran mereka telah bebas dari kelahiran kembali
Para bijaksana telah memusnahkan benih-benih penjelmaan mereka dan
Nafsunya telah berakhir padam bagaikan lampu ini
Sesungguhnya, dalam Saṅgha terdapat mustika tak ternilai ini;
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebaha
giaan.
15)
Makhluk apa pun juga yang berada di sini,
Baik dari dunia ini atau dari angkasa;
Marilah bersama-sama kita menghormat Sang Buddha
Sang Tathāgata, yang dipūjā oleh para dewa dan manusia,
Semoga kita mendapat kebahagiaan.
16)
Makhluk apa pun juga yang berada di sini,
Baik dari dunia ini atau dari angkasa;
Marilah bersama-sama kita menghormat Dhamma
Sang Tathāgata, yang dipūjā oleh para dewa dan manusia,
Semoga kita mendapat kebahagiaan.
17)
Makhluk apa pun juga yang berada di sini,
Baik dari dunia ini atau dari angkasa;
Marilah bersama-sama kita menghormat Saṅgha
Sang Tathāgata, yang dipūjā oleh para dewa dan manusia,
Semoga kita mendapat kebahagiaan.


10. KARAṆĪYA METTĀ SUTTA

Handa mayaṁ Karaṇīya-mettā suttaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :
1)
Karaṇīyam-attha-kusalena
yantaṁ santaṁ padaṁ abhisamecca,
Sakko ujū ca suhujū ca
suvaco cassa mudu anatimānī,
2)
Santussako ca subharo ca
appakicco ca sallahuka-vutti,
Santindriyo ca nipako ca
appagabbho kulesu ananugiddho.
3)
Na ca khuddaṁ samācare kiñci
yena viññū pare upavadeyyuṁ.
Sukhino vā khemino hontu
sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
4)
Ye keci pāṇa-bhūtatthi
tasā vā thāvarā vā anavasesā,
Dīghā vā ye mahantā vā
majjhimā rassakā aṇuka-thūlā,
5)
Diṭṭhā vā ye va adiṭṭhā
ye ca dūre vasanti avidūre,
Bhūtā vā sambhavesī vā
sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
6)
Na paro paraṁ nikubbetha
nātimaññetha katthaci naṁ kiñci,
Byārosanā paṭīgha-saññā
nāññam-aññassa dukkham-iccheyya.
7)
Mātā yathā niyaṁ puttaṁ
āyusā eka-puttam-anurakkhe,
Evam-pi sabba-bhūtesu
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ.
8)
Mettañca sabba-lokasmiṁ
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ,
Uddhaṁ adho ca tiriyañca
asambādhaṁ averaṁ asapattaṁ.
9)
Tiṭṭhañcaraṁ nisinno vā
sayāno vā yāvatassa vigatam-iddho,
Etaṁ satiṁ adhiṭṭheyya
brahmam-etaṁ vihāraṁ idham-āhu.
10)
Diṭṭhiñca anupagamma
sīlavā dassanena sampanno,
Kāmesu vineyya gedhaṁ,
Na hi jātu gabbha-seyyaṁ punaretī'ti.

1)
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan;
Untuk mencapai ketenangan,
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur,
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.
2)
Merasa puas, mudah disokong/dilayani,
Tiada sibuk, sederhana hidupnya,
Tenang inderanya, berhati-hati,
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.
3)
Tak berbuat kesalahan walau pun kecil,
Yang dapat dicela oleh Para Bijaksana,
Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram;
Semoga semua makhluk berbahagia.
4)
Makhluk hidup apa pun juga,
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali,
Yang panjang atau besar,
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
5)
Yang tampak atau tidak tampak,
Yang jauh atau pun dekat,
Yang telah lahir atau yang akan lahir,
Semoga semua makhluk berbahagia.
6)
Jangan menipu orang lain,
Atau menghina siapa saja,
Jangan karena marah dan benci,
Mengharap orang lain celaka.
7)
Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya,
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk,
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.
8)
Kasih sayangnya ke segenap alam semesta,
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas,
Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling,
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.
9)
Selagi berdiri, berjalan atau duduk,
Atau berbaring, selagi tiada lelap,
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini,
Yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma.
10)
Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang attā atau aku),
Dengan Sīla dan Penglihatan yang sempurna,
Hingga bersih dari nafsu indera,
Ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga.


11. KHANDHA PARITTA

Handa mayaṁ Khandha parittaṁ bhaṇāma se.

1)
Virūpakkhehi me mettaṁ
Mettaṁ Erāpathehi me
Chabyā-puttehi me mettaṁ
Mettaṁ Kaṇhā-Gotamakehi ca
2)
Apādakehi me mettaṁ
Mettaṁ di-pādakehi me
Catuppadehi me mettaṁ
Mettaṁ bahuppadehi me
3)
Mā maṁ apādako hiṁsi
Mā maṁ hiṁsi di-pādako
Mā maṁ catuppado hiṁsi
Mā maṁ hiṁsi bahuppado
4)
Sabbe sattā sabbe pāṇā
Sabbe bhūtā ca kevalā
Sabbe bhadrāni passantu
Mā kiñci pāpamāgamā
5)
Appamāṇo Buddho,
Appamāṇo Dhammo,
Appamāṇo Saṅgho,
6)
Pamāṇa-vantāni siriṁ-sapāni,
Ahi vicchikā sata-padī uṇṇānābhī sarabū mūsikā,
7)
Katā me rakkhā,
Katā me parittā,
Paṭikkamantu bhūtāni.
8)
Sohaṁ namo Bhagavato,
Namo sattannaṁ Sammā-Sambuddhānaṁ.

1)
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Virūpakkha
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Erāpatha
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Chabyā-putta
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Kaṇhā-Gotamaka.
2)
Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk tanpa kaki
Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk berkaki dua
Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk berkaki empat
Cinta kasihku kepada makhluk berkaki banyak.
3)
Semoga kami tidak mendapat susah dari makhluk-makhluk tanpa kaki;
Juga tidak dari makhluk-makhluk berkaki dua
Semoga makhluk-makhluk berkaki empat tidak menyusahkan kami
Semoga makhluk-makhluk berkaki banyak tidak menyusahkan kami.
4)
Semoga semua makhluk hidup
Semua yang dilahirkan dan yang belum lahir
Semoga semua tanpa terkecuali mendapat kebahagiaan
Semoga mereka bebas dari penderitaan.
5)
Tak terhingga adalah kebijaksanaan Sang Buddha
Tak terhingga adalah kebijaksanaan Dhamma
Tak terhingga adalah kebijaksanaan Saṅgha.
6)
Terbebaslah makhluk-makhluk melata
Seperti ular-ular, ketungging-ketungging, lipan, laba-laba dan tikus.
7)
Telah kami panjatkan doa perlindungan
Telah kami panjatkan paritta-paritta yang suci
Silakan makhluk-makhluk pergi dengan damai.
8)
Terpujilah Sang Bhagavā
Terpujilah Tujuh Sammā-Sambuddha.


12. VAṬṬAKA PARITTA

Handa mayaṁ Vaṭṭaka parittaṁ bhaṇāma se.

1)
Atthi loke sīla-guṇo
Saccaṁ soceyyanuddayā
Tena saccena kāhāmi
Sacca-kiriyam-anuttaraṁ
2)
Āvajjitvā Dhamma-balaṁ
Saritvā pubbake jine
Sacca-balam-avassāya
Sacca-kiriyam-akāsahaṁ
3)
Santi pakkhā apattanā
Santi pādā avañcanā
Mātā pitā ca nikkhantā
Jāta-veda paṭikkama
4)
Saha sacce kate mayhaṁ
Mahāpajjalito sikhī
Vajjesi soḷasa karīsāni
Udakaṁ patvā yathā sikhī
Saccena me samo natthi
Esā me sacca-pāramī'ti.

1)
Dalam dunia ini terdapatlah berkah Sīla
Kebenaran, kesucian dan kasih sayang
Berdasarkan pada kebenaran ini saya akan
Berusaha sungguh-sungguh dengan tekad suci.
2)
Merenungkan kekuatan Dhamma
Dan mengingat “Para Penakluk” yang lampau
Berdasarkan pada kekuatan kebenaran ini
Saya melakukan tekad suci ini.
3)
Ini adalah sayap-sayap yang tidak dapat terbang
Ini adalah kaki-kaki yang tidak dapat berjalan
Dan ayah serta ibu telah pergi
Api Jātaveda, kembali!
4)
Perbuatan ini saya lakukan berdasarkan kebenaran
Kobaran jilatan api yang ganas
Seluas enam belas kubik terhenti
Bagaikan api yang tersiram air
Karena kebenaran tiada yang dapat kubandingkan
Inilah Sacca Pāramitā-ku.


13. BUDDHĀNUSSATI

Handa mayaṁ Buddhānussati-nayaṁ karoma se.

Bersama-sama :

Iti pi so Bhagavā Arahaṁ Sammā-Sambuddho,
Vijjā-caraṇa-sampanno Sugato Lokavidū,
Anuttaro purisa-damma-sārathi satthā deva-manussānaṁ Buddho Bhagavā'ti.

Demikianlah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai
Penerangan Sempurna;

Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Sang
Jalan (ke Nibbāna), Pengenal segenap alam;
Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia,
Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.
(Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Sang Buddha)


14. DHAMMĀNUSSATI

Handa mayaṁ Dhammānussati-nayaṁ karoma se.

Bersama-sama :

Svākkhāto Bhagavatā Dhammo,
Sandiṭṭhiko akāliko ehipassiko,
Opanayiko paccattaṁ veditabbo viññūhī'ti.
Dhamma Sang Bhagavā telah sempurna dibabarkan;
Berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan;
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin
masing-masing. (Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Dhamma)


15. SAṄGHĀNUSSATI

Handa mayaṁ Saṅghānussati-nayaṁ karoma se.

Bersama-sama :

Supaṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Uju-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Ñāya-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,
Sāmīci-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho,

Yadidaṁ cattāri purisa-yugāni aṭṭha purisa-puggalā:
Esa Bhagavato sāvaka-saṅgho,

Āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjali-karaṇīyo,
Anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassā'ti.

Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak baik;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak lurus;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak benar;
Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak patut;

Mereka, merupakan empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis Makhluk Suci *): Itulah Saṅgha Siswa Sang Bhagavā;
Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan; Lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta. (Diam sejenak merenungkan sifat-sifat Saṅgha)
*)
Mereka disebut Ariya Saṅgha: makhluk-makhluk yang telah mencapai Sotāpatti Magga dan Phala, Sakadāgāmī Magga dan Phala, Anāgāmī Magga dan Phala, dan Arahatta Magga dan Phala.


16. AṄGULIMĀLA PARITTA

Yatohaṁ bhagini ariyāya jātiyā jāto,

Nābhijānāmi sañcicca pāṇaṁ jīvitā voropetā,
Tena saccena sotthi te
Hotu sotthi gabbhassa.

Saudari, sejak dilahirkan sebagai seorang Ariya
Aku tidak ingat dengan sengaja pernah membunuh suatu makhluk hidup apapun;
Dengan pernyataan yang benar ini, semoga anda selamat
Semoga bayi dalam kandungan anda selamat.


17. BOJJHAṄGA PARITTA

1)
Bojjhaṅgo sati-saṅkhāto
Dhammānaṁ vicayo tathā
Viriyam-pīti-passaddhi
Bojjhaṅgā ca tathāpare
Samādhupekkha-bojjhaṅgā
Sattete sabba-dassinā
Muninā sammadakkhātā
Bhāvitā bahulīkatā
Saṁvattanti abhiññāya
Nibbānāya ca bodhiyā
Etena sacca-vajjena
Sotthi te hotu sabbadā.
2)
Ekasmiṁ samaye nātho
Moggallānañca Kassapaṁ
Gilāne dukkhite disvā
Bojjhaṅge satta desayi
Te ca taṁ abhinanditvā
Rogā mucciṁsu taṁkhaṇe
Etena sacca-vajjena
Sotthi te hotu sabbadā.
3)
Ekadā Dhamma-rājā pi
Gelaññenābhipīḷito
Cundattherena taññeva
Bhaṇāpetvāna sādaraṁ
Sammoditvā ca ābādhā
Tamhā vuṭṭhāsi ṭhānaso
Etena sacca-vajjena
Sotthi te hotu sabbadā.
4)
Pahīnā te ca ābādhā
Tiṇṇannam-pi mahesinaṁ
Maggāhata-kilesā va
Pattānuppattidhammataṁ
Etena sacca-vajjena
Sotthi te hotu sabbadā.

1)
Faktor-faktor untuk mencapai Bodhi adalah: Sati (perhatian),
Dhamma-Vicayo (penyelidikan terhadap Dhamma),
Viriya (semangat), Pīti (kegiuran), Passaddhi (ketenangan),
Faktor lainnya adalah: Samādhi dan Upekkha (keseimbangan)
Ketujuh faktor ini telah diajarkan
Dengan jelas oleh Sang Mahā Muni (Suci)
Bila dikembangkan dan selalu dilatih
Akan menghasilkan Abhiññā (kemampuan batin tinggi),
Nibbāna dan Penerangan Sempurna;
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga anda selamat sejahtera.
2)
Pada suatu ketika Sang Pelindung
Melihat Yang Ariya Moggallāna dan Yang Ariya Kassapa sakit demam
Beliau mengulang ketujuh faktor Bodhi
Karena mereka merasa gembira
Seketika itu mereka sembuh.
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga anda selamat sejahtera.
3)
Suatu ketika Sang Dhamma-Rāja sendiri sakit demam
Yang Ariya Cunda Thera (diminta) mengulangi
Sutta ini dengan khidmat
Karena merasa gembira
Maka seketika sembuhlah Sang Bhagavā.
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga anda selamat sejahtera.
4)
Penyakit telah disembuhkan
Dari tiga Petapa Agung tersebut
Seperti Sang Jalan melenyapkan kekotoran batin
Tercapai sesuai dengan kebenaran Dhamma.
Berkat kebenaran ucapan ini
Semoga anda selamat sejahtera.


18. ĀṬĀNĀṬIYA PARITTA

Handa mayaṁ Āṭānāṭiya parittaṁ bhaṇāma se.

1)
Vipassissa namatthu
Cakkhumantassa sirīmato
Sikhissa pi namatthu
Sabba-bhūtānukampino
2)
Vessabhussa namatthu
Nhātakassa tapassino
Namatthu Kakusandhassa
Māra-senappamaddino
3)
Konāgamanassa namatthu
Brāhmaṇassa vusīmato
Kassapassa namatthu
Vippamuttassa sabbadhi
4)
Aṅgīrasassa namatthu
Sakya-puttassa sirīmato
Yo imaṁ Dhammam-adesesi
Sabba-dukkhāpanūdanaṁ.
5)
Ye cāpi nibbutā loke
Yathābhūtaṁ vipassisuṁ
Te janā apisuṇā
Mahantā vītasāradā
6)
Hitaṁ deva-manussānaṁ
Yaṁ namassanti Gotamaṁ
Vijjā-caraṇa-sampannaṁ
Mahantaṁ vītasāradaṁ
7)
Vijjā-caraṇa-sampannaṁ
Buddhaṁ vandāma Gotaman'ti

1)
Terpujilah Vipassi
Yang memiliki Penglihatan dan Keagungan
Terpujilah juga Sikhi
Yang bersimpati terhadap semua makhluk.
2)
Terpujilah Vessabhu
Pertapa pelenyap semua noda
Terpujilah Kakusandha
Penghancur Māra beserta bala tentaranya.
3)
Terpujilah Koṇāgamana
Brāhmaṇa (Sejati) yang mencapai Kesempurnaan
Terpujilah Kassapa
Yang terbebas dari segala ketakhayulan.
4)
Terpujilah Aṅgīrasa
Putra Sakya nan Agung
Yang telah mengajarkan Dhamma ini
Untuk melenyapkan semua dukkha.
5)
Mereka semua mencapai Nibbāna dalam dunia
Setelah melihat dengan jelas sebagaimana adanya
Mereka, orang-orang yang ramah
Manusia-manusia besar yang telah matang dalam kebijaksanaan.
6)
Demi manfaat para dewa dan manusia
Terpujilah Sang Gotama
Yang sempurna pengetahuan dan tindak-tanduk-Nya
Seorang manusia besar yang telah matang dalam kebijaksanaan
7)
Sempurna pengetahuan dan tindak-tanduk-Nya
Kita menghormat Sang Buddha Gotama.


19. JAYA PARITTA

Handa mayaṁ Jaya parittaṁ bhaṇāma se.

1)
Jayanto bodhiyā mūle
Sakyānaṁ nandi-vaḍḍhano
Evaṁ tvaṁ vijayo hohi
Jayassu jaya-maṅgale
2)
Aparājita-pallaṅke
Sīse paṭhavi-pokkhare
Abhiseke sabba-buddhānaṁ
Aggappatto pamodati
3)
Sunakkhattaṁ sumaṅgalaṁ
Supabhātaṁ suhuṭṭhitaṁ
Sukhaṇo sumuhutto ca
Suyiṭṭhaṁ brahmacārisu
4)
Padakkhiṇaṁ kāya-kammaṁ
Vācā-kammaṁ padakkhiṇaṁ
Padakkhiṇaṁ mano-kammaṁ
Paṇidhī te padakkhiṇā
Padakkhiṇāni katvāna
Labhantatthe, padakkhiṇe

1)
Kemenangan di bawah pohon Bodhi
Menambah kegembiraan (bangsa) Sakya
Maka semoga kemenangan menjadi milikmu
Dan semoga engkau memperoleh kejayaan.
2)
Dalam kedudukan yang tak terkalahkan
Di atas tempat suci nan mulia
Telah disucikan oleh Para Buddha
Ia bergembira dengan pencapaian termulia.
3)
Bintang kebahagiaan, berkah keuntungan
Kebahagiaan, pengorbanan yang menguntungkan
Saat yang baik, detik-detik yang membahagiakan
Manakala berdāna dengan rela kepada Brahmacārī
4)
Bila perbuatan benar
Bila perkataan benar dan
Bila pikiran benar
Maka benar pula cita-citanya.
Setelah melaksanakan kebenaran ini
Maka ia mencapai tujuan dengan kebenaran.


20. ABHAYA PARITTA

Handa mayaṁ Abhaya Parittaṁ bhaṇāma se.

1)
Yan-dunnimittaṁ avamaṅgalañca
Yo cāmanāpo sakuṇassa saddo
Pāpaggaho dussupinaṁ akantaṁ
Buddhānubhāvena vināsamentu
2)
Yan-dunnimittaṁ avamaṅgalañca
Yo cāmanāpo sakuṇassa saddo
Pāpaggaho dussupinaṁ akantaṁ
Dhammānubhāvena vināsamentu
3)
Yan-dunnimittaṁ avamaṅgalañca
Yo cāmanāpo sakuṇassa saddo
Pāpaggaho dussupinaṁ akantaṁ
Saṅghānubhāvena vināsamentu

1)
Tanda-tanda jelek dan tidak menyenangkan apa pun juga
Dan suara-suara burung yang tidak menyenangkan
Mimpi buruk yang tidak dikehendaki
Berkat kekuatan Sang Buddha, semoga lenyap adanya.
2)
Tanda-tanda jelek dan tidak menyenangkan apa pun juga
Dan suara-suara burung yang tidak menyenangkan
Mimpi buruk yang tidak dikehendaki
Berkat kekuatan Sang Dhamma, semoga lenyap adanya.
3)
Tanda-tanda jelek dan tidak menyenangkan apa pun juga
Dan suara-suara burung yang tidak menyenangkan
Mimpi buruk yang tidak dikehendaki
Berkat kekuatan Sang Saṅgha, semoga lenyap adanya


21. DHAJAGGA PARITTA


1)

Araññe rukkhamūle vā,
suññāgāreva bhikkhavo;
Anussaretha Sambuddhaṁ,
bhayaṁ tumhāka no siyā.
2)
No ce Buddhaṁ sareyyātha,
lokajeṭṭhaṁ narāsabhaṁ;
Atha Dhammaṁ sareyyātha,
niyyānikaṁ sudesitaṁ.
3)
No ce Dhammaṁ sareyyātha,
niyyānikaṁ sudesitaṁ;
Atha Saṅghaṁ sareyyātha,
puññakkhettaṁ anuttaraṁ.
4)
Evaṁ Buddhaṁ sarantānaṁ,
Dhammaṁ Saṅghañca bhikkhavo;
Bhayaṁ vā chambhitattaṁ vā,
lomahaṁso na hessatī'ti.

1)
Sewaktu dalam hutan atau di bawah pohon
Atau di tempat yang sunyi, O para Siswa
Ingatlah pada Sang Buddha
Segala ketakutan tak akan ada.
2)
Jika tak ingat pada Sang Buddha, Guru Jagat
Pembimbing dewa dan manusia, ingatlah pada Dhamma
Yang menuntun kita ke Pembebasan
Yang telah diajarkan dengan jelas.
3)
Jika tak ingat pada Dhamma
Yang menuntun kita ke Pembebasan
Yang telah diajarkan dengan jelas, ingatlah pada Saṅgha
Lapangan pembuat jasa yang tak ada bandingnya.
4)
Jika engkau mengingat pada Sang Buddha, Dhamma dan Saṅgha;
O para Siswa, ketakutan atau kekhawatiran
Mengkirik atau bulu badan berdiri
Tak akan ada lagi.


22. DUKKHAPPATTĀDI GĀTHĀ

Handa mayaṁ Dukkhappattādi gāthāyo bhaṇāma se.

1)
Dukkhappattā ca niddukkhā
Bhayappattā ca nibbhayā
Sokappattā ca nissokā
Hontu sabbe pi pāṇino.
2)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe devānumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
3)
Dānaṁ dadantu saddhāya
Sīlaṁ rakkhantu sabbadā
Bhāvanābhiratā hontu
Gacchantu devatāgatā.
4)
Sabbe Buddhā balappattā
Paccekānañca yaṁ balaṁ
Arahantānañca tejena
Rakkhaṁ bandhāmi sabbaso.

1)
Bila mengalami penderitaan, semoga penderitaan lenyap
Bila mengalami ketakutan, semoga ketakutan lenyap
Bila mengalami pahit getir, semoga pahit getir lenyap
Semoga semua makhluk demikian adanya.
2)
Semoga simpanan jasa-jasa kebajikan
Yang telah kita timbun
Membawa kegembiraan bagi para dewa
Untuk tercapainya segala kebahagiaan dan kesejahteraan.
3)
Dengan keyakinan hendaknya dāna diberikan
Hendaknya Sīla selalu dilaksanakan
Rajin melatih Samādhi
Agar terlahir di alam dewa (surga).
4)
Dengan kekuatan Para Buddha
Beserta Para Pacceka Buddha
Dan Para Arahat seluruhnya
Semoga memperoleh perlindungan.

23. BUDDHA JAYA MAṄGALA GĀTHĀ (Syair tentang Kemenangan Sempurna Sang Buddha)

1)
Bāhuṁ sahassam-abhinimmita-sāyudhantaṁ
Grīmekhalaṁ udita-ghora-sasena-māraṁ
Dānādi-dhamma-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
2)
Mārātirekam-abhiyujjhita-sabba-rattiṁ
Ghorampanāḷavaka-makkham-athaddha yakkhaṁ
Khantī-sudanta-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
3)
Nāḷāgiriṁ gaja-varaṁ atimattabhūtaṁ
Dāvaggi-cakkam-asanīva sudāruṇantaṁ
Mettambuseka-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
4)
Ukkhitta-khaggam-atihattha sudāruṇantaṁ
Dhāvan-ti-yojana-pathaṅguli-mālavantaṁ
Iddhībhisaṅkhata-mano jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
5)
Katvāna kaṭṭham-udaraṁ iva gabbhinīyā
Ciñcāya duṭṭha-vacanaṁ jana-kāya-majjhe
Santena soma-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
6)
Saccaṁ vihāya mati-saccaka-vāda-ketuṁ
Vādābhiropita-manaṁ ati-andhabhūtaṁ
Paññā-padīpa-jalito jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
7)
Nandopananda-bhujagaṁ vibudhaṁ mahiddhiṁ
Puttena thera-bhujagena damāpayanto
Iddhūpadesa-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
8)
Duggāha-diṭṭhi-bhujagena sudaṭṭha-hatthaṁ
Brahmaṁ visuddhi-jutim-iddhi-bakābhidhānaṁ
Ñāṇāgadena vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgalāni.
9)
Etā'pi Buddha-jaya-maṅgala-aṭṭha-gāthā
Yo vācano dinadine sarate matandī
Hitvānaneka-vividhāni cupaddavāni
Mokkhaṁ sukhaṁ adhigameyya naro sapañño.

1)
Dengan seribu tangan, yang masing-masing memegang senjata
Dengan menunggang gajah Girimekhala, Māra bersama pasukannya
meraung menakutkan;
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan Dhamma-Dāna
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
2)
Lebih dari Māra yang membuat onar sepanjang malam
Adalah Yakkha Āḷavaka yang menakutkan, bengis dan congkak
Raja para Bijaksana menaklukkannya, menjinakkannya dengan kesabaran;
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
3)
Nāḷāgiri gajah mulia menjadi sangat gila
Sangat kejam bagaikan hutan terbakar, bagai senjata roda atau halilintar;
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan percikan air cinta kasih;
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
4)
Sangat kejam, dengan pedang terhunus dalam tangan yang kokoh kuat;
Aṅgulimāla berlari mengejar sepanjang jalan tiga yojana dengan
berkalung untaian jari;
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti
yang mengagumkan;
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
5)
Setelah membuat perutnya gendut seperti wanita hamil dengan
mengikatkan sepotong kayu;
Ciñcā memfitnah di tengah-tengah banyak orang
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan sikap kesatria dan
kedamaian;
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
6)
Saccaka, yang biasanya berkata menyimpang dari kebenaran
Dengan pikiran buta, mengembangkan teorinya bagaikan bendera;
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan terangnya pelita
kebijaksanaan;
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
7)
Nandopananda naga berpengertian salah memiliki kekuatan besar;
Putra Sang Buddha yang terkemuka (Moggallāna Thera) sebagai naga
pergi untuk menjinakkan;
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kekuatan sakti
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
8)
Bagaikan ular yang melilit pada lengan, demikian pandangan salah
dimiliki;
Oleh Bakā, dewa Brahma yang memiliki sinar dan kekuatan
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan obat pengetahuan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
9)
Inilah delapan Syair Kemenangan Sempurna Sang Buddha
Yang seharusnya dibaca dan direnungkan setiap hari tanpa rasa malas;
Hingga mampu mengatasi berbagai rintangan
Orang bijaksana dapat mencapai Pembebasan dan Kebahagiaan.


24. SO ATTHALADDHOTIĀDI GĀTHĀ

1)
So attha-laddho sukhito
Viruḷho Buddha-Sāsane
Arogo sukhito hohi
Saha sabbehi ñātibhi.
2)
Sā attha-laddhā sukhitā
Viruḷhā Buddha-Sāsane
Arogā sukhitā hohi
Saha sabbehi ñātibhi.
3)
Te attha-laddhā sukhitā
Viruḷhā Buddha-Sāsane
Arogā sukhitā hotha
Saha sabbehi ñātibhi.

1)
Semoga dia (pria) memperoleh rejeki dan kebahagiaan
Serta mendapat kemajuan dalam Buddha-Sāsana
Semoga dia beserta sanak keluarganya
Sehat dan berbahagia hendaknya.
2)
Semoga dia (wanita) memperoleh rejeki dan kebahagiaan
Serta mendapat kemajuan dalam Buddha-Sāsana
Semoga dia beserta sanak keluarganya
Sehat dan berbahagia hendaknya.
3)
Semoga mereka memperoleh rejeki dan kebahagiaan
Serta mendapat kemajuan dalam Buddha-Sāsana
Semoga mereka beserta sanak keluarganya
Sehat dan berbahagia hendaknya.


25. SAKKATVĀ TIRATANAṀ PARITTA

1)
Sakkatvā Buddha-Ratanaṁ
Osathaṁ uttamaṁ varaṁ
Hitaṁ deva-manussānaṁ
Buddha-tejena sotthinā
Nassantupaddavā sabbe
Dukkhā vūpasamentu te.
2)
Sakkatvā Dhamma-Ratanaṁ
Osathaṁ uttamaṁ varaṁ
Pariḷāhūpasamanaṁ
Dhamma-tejena sotthinā
Nassantupaddavā sabbe
Bhayā vūpasamentu te.
3)
Sakkatvā Saṅgha-Ratanaṁ
Osathaṁ uttamaṁ varaṁ
Āhuneyyaṁ pāhuneyyaṁ
Saṅgha-tejena sotthinā
Nassantupaddavā sabbe
Rogā vūpasamentu te.
1)
Bersujud pada Buddha-Ratana
Sesungguhnya jalan yang terbaik
Membawa kesejahteraan bagi para dewa dan manusia
Berkat kekuatan Sang Buddha
Semoga semua terlindung
Dan lenyaplah semua dukkha.
2)
Bersujud pada Dhamma-Ratana
Sesungguhnya jalan yang terbaik
Memadamkan nafsu indera
Berkat kekuatan Sang Dhamma
Semoga semua terlindung
Dan lenyaplah semua bahaya.
3)
Bersujud pada Saṅgha-Ratana
Sesungguhnya jalan yang terbaik
Patut menerima pemberian dan pelayanan
Berkat kekuatan Sang Saṅgha
Semoga semua terlindung
Dan lenyaplah semua penyakit.


26. MAHĀ JAYA MAṄGALA GĀTHĀ

1)
Yaṅkiñci ratanaṁ loke
Vijjati vividhā puthū
Ratanaṁ Buddha-samaṁ natthi
Tasmā sotthī bhavantu te.
2)
Yaṅkiñci ratanaṁ loke
Vijjati vividhā puthū
Ratanaṁ Dhamma-samaṁ natthi
Tasmā sotthī bhavantu te.
3)
Yaṅkiñci ratanaṁ loke
Vijjati vividhā puthū
Ratanaṁ Saṅgha-samaṁ natthi
Tasmā sotthī bhavantu te.

1)
Permata apa pun yang terdapat
Dalam jagat raya ini
Tiada satu pun yang menyamai Buddha-Ratana
Semoga anda sejahtera.
2)
Permata apa pun yang terdapat
Dalam jagat raya ini
Tiada satu pun yang menyamai Dhamma-Ratana
Semoga anda sejahtera.
3)
Permata apa pun yang terdapat
Dalam jagat raya ini
Tiada satu pun yang menyamai Saṅgha-Ratana
Semoga anda sejahtera.


27. SABBAROGATIĀDI GĀTHĀ

Sabba-roga-vinimutto
Sabba-santāpa-vajjito
Sabba-veram-atikkanto
Nibbuto ca tuvaṁ bhava
Semoga terbebas dari semua penyakit
Semoga semua duka cita lenyap
Terbebas dari permusuhan
Dan semoga anda mencapai Pembebasan.


28. SABBĪTIYO

Sabbītiyo vivajjantu

Sabba-rogo vinassatu
Mā te bhavatvantarāyo
Sukhī dīghāyuko bhava
Abhivādana-sīlissa
Niccaṁ vuḍḍhāpacāyino
Cattāro dhammā vaḍḍhanti
Āyu vaṇṇo sukhaṁ balaṁ.

Semoga terhindar dari semua duka cita
Semoga terbebas dari semua penyakit
Semoga terlepas dari semua mara bahaya
Semoga anda umur panjang dan bahagia
Ia yang saleh dan selalu menghormat kepada yang lebih tua
Semoga empat keadaan ini berkembang, yakni:
Umur panjang, cantik/ganteng, bahagia dan kuat.


29. AGGAPPASADA SUTTA GĀTHĀ

1)
Aggato ve pasannānaṁ
Aggaṁ Dhammaṁ vijānataṁ
Agge Buddhe pasannānaṁ
Dakkhiṇeyye anuttare
2)
Agge Dhamme pasannānaṁ
Virāgūpasame sukhe
Agge Saṅghe pasannānaṁ
Puññakkhette anuttare
3)
Aggasmiṁ dānaṁ dadataṁ
Aggaṁ puññaṁ pavaḍḍhati
Aggaṁ āyu ca vaṇṇo ca
Yaso kitti sukhaṁ balaṁ
4)
Aggassa dātā medhāvī
Agga-dhamma-samāhito
Deva-bhūto manusso vā
Aggappatto pamodatī'ti

1)
Bagi mereka yang berkeyakinan adalah amat mulia
Dhamma Agung yang dikenal adalah:
Berkeyakinan pada Buddha nan Agung
Pantas diberi persembahan dan tiada bandingnya.
2)
Berkeyakinan pada Dhamma nan Agung
Tanpa nafsu, tenang dan penuh bahagia
Berkeyakinan pada Saṅgha nan Agung
Ladang pembuatan jasa yang tiada bandingnya.
3)
Setelah memberikan dāna nan mulia
Maka jasa kebajikan bertambah
Panjang umur, bertambah cantik/tampan
Terhormat, masyhur, kuat dan bahagia.
4)
Orang bijaksana memberikan dengan kemampuannya
Mencapai Dhamma nan Tertinggi
Setelah mati terlahir sebagai dewa atau manusia
Mendapat kegembiraan yang amat besar.


30. CULLA MAṄGALA CAKKAVĀḶA

1)
Sabba-buddhānubhāvena
Sabba-dhammānubhāvena
Sabba-saṅghānubhāvena
Buddha-Ratanaṁ
Dhamma-Ratanaṁ
Saṅgha-Ratanaṁ
Tiṇṇaṁ ratanānaṁ
Ānubhāvena
Caturāsītisahassa-dhammakkhandhānubhāvena
Piṭakatyānubhāvena
Jinasāvakānubhāvena:
2)
Sabbe te rogā
Sabbe te bhayā
Sabbe te antarāyā
Sabbe te upaddavā
Sabbe te dunnimittā
Sabbe te avamaṅgalā vinassantu.
3)
Āyu-vaḍḍhako
Dhana-vaḍḍhako
Siri-vaḍḍhako
Yasa-vaḍḍhako
Bala-vaḍḍhako
Vaṇṇa-vaḍḍhako
Sukha-vaḍḍhako
Hotu sabbadā.
4)
Dukkha-roga-bhayā verā
Sokā sattu cupaddavā
Anekā antarāyāpi
Vinassantu ca tejasā
5)
Jaya-siddhi dhanaṁ lābhaṁ
Sotthi bhāgyaṁ sukhaṁ balaṁ
Siri āyu ca vaṇṇo ca
Bhogaṁ vuḍḍhī ca yasavā
Sata-vassā ca āyū ca
Jīva-siddhī bhavantu te.
6)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-buddhānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
7)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-dhammānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
8)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-saṅghānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.

1)
Dengan kekuatan semua Buddha
Dengan kekuatan semua Dhamma
Dengan kekuatan semua Saṅgha
Buddha Permata Mulia
Dhamma Permata Mulia
Saṅgha Permata Mulia
Tiga Permata Mulia
Dengan kekuatan-Nya
Dengan kekuatan 84.000 kelompok Dhamma
Dengan kekuatan Tipiṭaka
Dengan kekuatan Siswa-Siswa Sang Penakluk (dunia):
2)
Semoga semua penyakit
Semua mara bahaya
Semua rintangan
Semua bencana
Semua tanda-tanda jelek
Semua tanda-tanda tidak menyenangkan anda
Menjadi lenyap adanya.
3)
Semoga usia
Kekayaan
Kemakmuran
Kemasyhuran
Kekuatan
Kecantikan
Kebahagiaan
Selalu bertambah.
4)
Semoga penderitaan, penyakit, bahaya, permusuhan
Kesedihan, malapetaka, bencana dan kesukaran
Serta segala macam rintangan
Semua lenyap dengan kekuatan ini.
5)
Kejayaan, keberhasilan, kekayaan, keuntungan
Keselamatan, kemujuran, kebahagiaan, kekuatan
Kemakmuran, panjang usia, kecantikan
Kesejahteraan dan kemasyhuran, semoga bertambah
Dan panjang usia seratus tahun
Semoga keberhasilan dalam penghidupan menjadi milik anda.
6)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Buddha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
7)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Dhamma
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
8)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Saṅgha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.


31. RATANATTAYĀNUBHAVĀDI GĀTHĀ

1)
Ratanattayānubhāvena
Ratanattaya-tejasā
Dukkha-roga-bhayā verā
Sokā sattu cupaddavā
Anekā antarāyāpi
Vinassantu asesato
2)
Jaya-siddhi dhanaṁ lābhaṁ
Sotthi bhāgyaṁ sukhaṁ balaṁ
Siri āyu ca vaṇṇo ca
Bhogaṁ vuḍḍhī ca yasavā
Sata-vassā ca āyū ca
Jīva-siddhī bhavantu te.
3)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-buddhānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
4)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-dhammānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
5)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-saṅghānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.

1)
Berkat kekuatan Sang Tiratana
Berkat keampuhan Sang Tiratana
Semoga penderitaan, penyakit, bahaya, permusuhan
Kesedihan, malapetaka, bencana dan kesukaran
Serta segala macam rintangan
Semua lenyap tanpa sisa.
2)
Kejayaan, keberhasilan, kekayaan, keuntungan
Keselamatan, kemujuran, kebahagiaan, kekuatan
Kemakmuran, panjang usia, kecantikan
Kesejahteraan dan kemasyhuran, semoga bertambah
Dan panjang usia seratus tahun
Semoga keberhasilan dalam penghidupan menjadi milik anda.
3)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Buddha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
4)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Dhamma
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
5)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Saṅgha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.


32. SUMAṄGALA GĀTHĀ I

1)
Hotu sabbaṁ sumaṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-buddhānubhāvena
Sotthī hontu nirantaraṁ
2)
Hotu sabbaṁ sumaṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-dhammānubhāvena
Sotthī hontu nirantaraṁ
3)
Hotu sabbaṁ sumaṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-saṅghānubhāvena
Sotthī hontu nirantaraṁ

1)
Semoga segala berkah menjadi kenyataan
Semoga para dewa melindungi anda
Berkat kekuatan semua Buddha
Semoga anda selalu sejahtera.
2)
Semoga segala berkah menjadi kenyataan
Semoga para dewa melindungi anda
Berkat kekuatan semua Dhamma
Semoga anda selalu sejahtera.
3)
Semoga segala berkah menjadi kenyataan
Semoga para dewa melindungi anda
Berkat kekuatan semua Saṅgha
Semoga anda selalu sejahtera.


33. SUMAṄGALA GĀTHĀ II

1)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-buddhānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
2)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-dhammānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.
3)
Bhavatu sabba-maṅgalaṁ
Rakkhantu sabba-devatā
Sabba-saṅghānubhāvena
Sadā sotthī bhavantu te.

1)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Buddha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
2)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Dhamma
Semoga kesejahteraan ada pada anda.
3)
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi anda
Dengan kekuatan semua Saṅgha
Semoga kesejahteraan ada pada anda.


34. PATTIDĀNA

1)
Puññassidāni katassa
Yānaññāni katāni me
Tesañca bhāgino hontu
Sattānantāppamāṇaka.
2)
Ye piyā guṇavantā ca
Mayhaṁ mātā-pitādayo
Diṭṭhā me cāpyadiṭṭhā vā
Aññe majjhatta-verino;
3)
Sattā tiṭṭhanti lokasmiṁ
Te-bhummā catu-yonikā
Pañceka-catuvokārā
Saṁsarantā bhavābhave
4)
Ñātaṁ ye pattidānam-me
Anumodantu te sayaṁ
Ye cimaṁ nappajānanti
Devā tesaṁ nivedayuṁ.
5)
Mayā dinnāna-puññānaṁ
Anumodana-hetunā
Sabbe sattā sadā hontu
Averā sukha-jīvino
6)
Khemappadañca pappontu
Tesāsā sijjhataṁ subhā.

1)
Semoga jasa-jasa yang kuperbuat
Kini atau di waktu lain
Diterima oleh semua makhluk di sini
Tak terbatas, tak ternilai.
2)
Mereka yang kukasihi serta berbudi luhur
Seperti ayah dan ibu
Yang terlihat dan tidak terlihat
Yang bersikap netral atau bermusuhan.
3)
Makhluk-makhluk yang berada di alam semesta
Di tiga alam, empat jenis kelahiran
Terdiri dari lima, satu atau empat bagian
Mengembara di alam-alam besar kecil.
4)
Semoga dengan persembahan jasaku ini
Setelah mengetahui mereka bergembira
Dan kepada mereka yang tidak mengetahui
Semoga para dewa memberitakannya.
5)
Berkat jasa-jasa yang kupersembahkan ini
Yang membawa kegembiraan
Semoga semua makhluk selamanya
Hidup bahagia, bebas dari kebencian.
6)
Semoga mereka mendapatkan jalan kedamaian
Semoga cita-cita luhur mereka tercapai.


V. PARITTA UNTUK UPACARA AVAMAṄGALA (Upacara Dalam Duka)


1. PUBBABHĀGANAMAKĀRA

Handa mayaṁ Buddhassa Bhagavato Pubba-bhāga-namakāraṁ karoma se.

Bersama-sama :

Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)


2. TISARAṆA

Handa mayaṁ Ti-saraṇa-gamana-pāṭhaṁ bhaṇāma se.

Bersama-sama :

1)
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2)
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3)
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.

1)
aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2)
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3)
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.

Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.


3. PABBATOPAMA GĀTHĀ

1)
Yathāpi selā vipulā
Nabhaṁ āhacca pabbatā
Samantā anupariyeyyuṁ
Nippothentā catuddisā
2)
Evaṁ jarā ca maccu ca
Adhivattanti pāṇino
Khattiye brāhmaṇe vesse
Sudde caṇḍāla-pukkuse
3)
Na kiñci parivajjeti
Sabbam-evābhimaddati
Na tattha hatthīnaṁ bhūmi
Na rathānaṁ na pattiyā
Na cāpi manta-yuddhena
Sakkā jetuṁ dhanena vā
4)
Tasmā hi paṇḍito poso
Sampassaṁ attham-attano
Buddhe Dhamme ca Saṅghe ca
Dhīro saddhaṁ nivesaye
5)
Yo Dhammacārī kāyena
Vācāya uda cetasā
Idheva naṁ pasaṁsati
Pecca sagge pamodati.

1)
Bagaikan batu karang yang besar
Puncaknya menjulang ke angkasa
Berubah dan hancur
Karena pengikisan dari empat arah.
2)
Demikian pula kelapukan dan kematian
Menguasai semua makhluk, apakah dia:
Kesatria, brahmana, pedagang,
Pekerja, kasta buangan mau pun pembersih jalan.
3)
Tidak seorang pun yang akan terbebas
Semuanya pasti menemui kematian
Dalam hal ini tidak ada tempat bagi gajah-gajah
Pasukan mau pun prajurit;
Tiada sesuatu pun yang dengan mantra perang
Atau kekayaan dapat mengatasi kematian.
4)
Sebab itulah para bijaksana
Setelah melihat manfaat kebajikan bagi dirinya sendiri
Maka mereka memperkuat keyakinannya kepada:
Buddha, Dhamma dan Saṅgha.
5)
Siapa saja yang melaksanakan Dhamma dengan baik
Dengan pikiran, ucapan dan perbuatan
Orang itu sangat terpuji
Dan setelah meninggal ia berbahagia di Surga.


4. ARIYADHANA GĀTHĀ

1)
Yassa saddhā Tathāgate
Acalā supatiṭṭhitā,
Sīlañca yassa kalyāṇaṁ
Ariya-kantaṁ pasaṁsitaṁ
2)
Saṅghe pasādo yassatthi
Ujubhūtañca dassanaṁ
Adaḷiddoti taṁ āhu
Amoghan-tassa jīvitaṁ
3)
Tasmā saddhañca sīlañca
Pasādaṁ Dhamma-dassanaṁ
Anuyuñjetha medhāvī
Saraṁ Buddhāna-Sāsananti

1)
Ia yang yakin pada Tathāgata
Kokoh kuat serta tak tergoyahkan
Mempunyai Sīla yang baik
Disenangi dan dipuji oleh Para Ariya.
2)
Dia yang yakin pada Saṅgha
Teguh, lurus dan penuh perhatian
Mereka (Saṅgha) nyatakan: Ia tidak miskin
Dan tidak akan menderita di akhir hidupnya.
3)
Sebab itu keyakinan, Sīla
Kepercayaan dan penembusan pada Dhamma
Haruslah dikembangkan oleh orang bijaksana
Dengan selalu ingat pada Buddha-Sāsana.


5. DHAMMANIYĀMA SUTTA

Evam-me sutaṁ:

Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati,
Jetavane Anāthapiṇḍikassa, ārāme.

Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavo'ti.
Bhadante'ti te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.

Bhagavā etad-avoca.

“Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā Dhamma-niyāmatā:
Sabbe saṅkhārā
aniccā'ti.
Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe saṅkhārā aniccā'ti.

Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhamma-niyāmata:
Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti.

Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti.

Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhamma-niyāmatā:
Sabbe dhammā anattā'ti.

Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe dhammā anattā'ti.”

Idam-avoca Bhagavā.
Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ, abhinandun'ti.

Demikianlah telah kudengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā bersemayam di dekat Sāvatthī, di hutan Jeta, milik Anāthapiṇḍika.

Sang Bhagavā bersabda kepada para bhikkhu: “O, para Bhikkhu.”
“Ya, Bhante.” jawab para bhikkhu kepada Sang Bhagavā.

Selanjutnya Sang Bhagavā bersabda:
“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak, terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu (Dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa:

“Semua yang terbentuk tidak kekal.”

“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu. Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya, menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan bahwa:

“Semua yang terbentuk tidak kekal.”
“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak, terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu, terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa:

“Semua yang terbentuk adalah dukkha.”

“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu. Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya, menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan, bahwa:

“Semua yang terbentuk adalah dukkha.”

“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak, terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu, terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa:

“Segala sesuatu bukanlah aku.”

“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu.
Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya,
menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan, bahwa:

“Segala sesuatu bukanlah aku.”

Demikianlah sabda Sang Bhagavā. Mendengar sabda Sang Bhagavā tersebut, batin para bhikkhu dipenuhi kebahagiaan luhur.


6. TILAKKHAṆĀDI GĀTHĀ

1)
Sabbe saṅkhārā aniccā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
2)
Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
3)
Sabbe dhammā anattā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
4)
Appakā te manussesu
Ye janā pāra-gāmino
Athāyaṁ itarā pajā
Tīram-evānudhāvati.
5)
Ye ca kho sammadakkhāte
Dhamme dhammānuvattino
Te janā pāramessanti
Maccudheyyaṁ suduttaraṁ.
6)
Kaṇhaṁ dhammaṁ vippahāya
Sukkaṁ bhāvetha paṇḍito.
Okā anokam-āgamma
Viveke yattha dūramaṁ
7)
Tatrābhiratim-iccheyya
Hitvā kāme akiñcano.
Pariyodapeyya attānaṁ
Citta-klesehi paṇḍito
8)
Yesaṁ sambodhiyaṅgesu
Sammā cittaṁ subhāvitaṁ
Ādāna-paṭinissagge
Anupādāya ye ratā,
Khiṇāsavā jutimanto
Te loke parinibbutā'ti.

1)
Semua yang terbentuk tidak kekal
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
2)
Semua yang terbentuk adalah dukkha
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
3)
Segala sesuatu adalah bukan aku
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
4)
Di antara orang banyak, hanya sedikit
Yang sampai di pantai seberang;
Sebagian besar manusia hilir mudik
Di pantai sebelah sini.
5)
Tetapi di antara orang banyak, hanya mereka
Yang melaksanakan Dhamma yang
Telah dibabarkan dengan jelas, dapat menyeberangi
Alam kematian yang sukar untuk diatasi.
6)
Orang bijaksana akan melenyapkan kegelapan
Terlatih dalam cahaya terang; Setelah menjalani
Hidup tidak berkeluarga, berusaha keras untuk
Menikmati hidup dalam kesunyian.
7)
Mereka yang menginginkan “cahaya terang yang hakiki”
Seharusnya meninggalkan kesenangan dunia
Tanpa memiliki harta dunia
Ia harus membersihkan batinnya.
8)
Orang bijaksana demikian telah memiliki Bodhi
Batinnya telah berkembang sempurna
Telah melenyapkan kemelekatan
Bahagia dengan pikiran tanpa kemelekatan
Mereka yang bebas dari kekotoran batin serta bersinar terang
Mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini.


7. VIJAYA SUTTA

1)
Caraṁ vā
yadi
vā tiṭṭhaṁ
nisinno uda vā sayaṁ,
Sammiñjeti pasāreti
esā kāyassa iñjanā.
2)
Aṭṭhi nahāru saṁyutto
taca maṁsā va lepano,
Chaviyā kayo paṭicchanno
yathābhūtaṁ na dissati.
3)
Antapūro udarapūro
yakapeḷassa vatthīno,
Hadayassa papphāsassa
vakkassa pihakassa ca.
4)
Siṅghāṇikāya kheḷassa
sedassa ca medassa ca,
Lohitassa lasikāya
Pittassa ca vasāya ca.
5)
Athassa navahi sotehi
asucī savati sabbadā,
Akkhimhā akkhigūthako
kaṇṇamhā kaṇṇagūthako.
6)
Siṅghāṇikā ca nāsato
mukhena vamatekadā,
Piṭṭaṁ semhañca vamati
kāyamhā sedajallikā.
7)
Athassa susiraṁ sīsaṁ
matthaluṅgassa pūritaṁ,
Subhato naṁ maññatī bālo
avijjāya purakkhato.
8)
Yadā ca so mato seti
uddhumāto vinīlako,
Apaviddho susānasmiṁ
anapekkhā honti ñātayo.
9)
Khādanti naṁ suvānā ca
sigālā ca vakā kimī,
Kākā gijjhā ca khādanti
ye caññe santi pāṇino.
10)
Sutvāna Buddhavacanaṁ
bhikkhu paññāṇavā idha,
So kho naṁ parijānāti
yathābhūtañhi passati.
11)
Yathā idaṁ tathā etaṁ
yathā etaṁ tathā idaṁ,
Ajjhattañca bahiddhā ca
kāye chandaṁ virājaye.
12)
Chandarāga viratto so
bhikkhu paññāṇavā idha,
Ajjhagā amataṁ santiṁ
Nibbānaṁ padamaccutaṁ.
13)
Dipādako yaṁ asuci
duggandho parihīrati,
Nānākuṇa paparipūro
vissavanto tato tato.
14)
Etādisena kāyena
yo maññe uṇṇametave,
Param vā avājaneyya
kimaññatra adassanā'ti.

1)
Baik berjalan atau berdiri
Baik duduk atau berbaring
jika kita membungkukkan atau meluruskan badan
Ini hanya gerak dari badan.
2)
Tulang-tulang dan otot-otot
Dibalut dengan selaput-selaput daging
Badan ini diselubungi dengan kulit
Dengan demikian tidak terlihat yang sebenarnya.
3)
Badan terdiri dari usus, lambung
Hati, gelembung air
Jantung dan paru-paru
Ginjal dan limpa kecil.
4)
Dengan ingus, lendir
Peluh, getah bening, darah
Dan gajih (gemuk).
5)
Melalui sembilan lubang
Kotoran terus menerus keluar
Kotoran mata melalui mata
Kotoran telinga melalui telinga.
6)
Ingus mengalir melalui hidung
Ada kalanya empedu dan lendir dimuntahkan
Kotoran dan peluh keluar dari badan.
7)
Dalam rongga kepala ada otak
Seseorang dungu karena kebodohan
Menganggap badan ini barang yang baik sekali.
8)
Jika badan ini mati, sebagai bangkai
Di dalam kuburan, bengkak, biru dan
Tersia-sia, anggota keluarga tidak menginginkan lagi.
9)
Mayat itu dimakan oleh anjing
Serigala, anjing hutan dan cacing-cacing
Burung gagak, burung nasar dan
Binatang-binatang lainnya.
10)
Dalam dunia ini, Siswa yang bijaksana
Setelah mendengar sabda Sang Buddha.
Mengerti dengan benar, karena
Ia melihat dengan sewajarnya.
11)
Seperti ini, badan ini
Seperti itu, badan ini akan terjadi
Lepaskanlah belenggu badan ini
Baik pribadi mau pun luar.
12)
Siswa yang bijaksana, yang bebas dari
Keinginan dan kemelekatan
Ia akan mencapai Nibbāna
Kekal tenang dan bebas dari kematian.
13)
Badan kotor yang berkaki dua
Yang membawa bau busuk
Penuh dengan kekotoran
Yang keluar dari berbagai tempat.
14)
Jika dengan badan yang demikian ini
Orang menganggap dirinya tinggi dan
Memandang rendah orang lain;
Apakah sebabnya? Hanyalah kebodohan!


8. PAṀSUKULĀ GĀTHĀ

1)
Aniccā vata saṅkhārā
Uppāda-vaya-dhammino
Uppajjitvā nirujjhanti
Tesaṁ vūpasamo sukho
2)
Sabbe sattā maranti ca
Mariṁsu ca marissare
Tathevāhaṁ marissāmi
Natthi me ettha saṁsayo.

1)
Segala yang terbentuk tidak kekal adanya
Bersifat timbul dan tenggelam
Setelah timbul akan hancur dan lenyap
Bahagia timbul setelah gelisah lenyap.
2)
Semua makhluk akan mengalami kematian
Mereka telah berkali-kali mengalami kematian, dan akan selalu demikian;
Begitu pula saya, pasti mengalami kematian juga
Keragu-raguan tentang ini tidak ada dalam diriku.


9. ETTĀVATĀ

Handa mayaṁ Ettāvatā diṇṇaṁ bhaṇāma se.

1)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe devā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
2)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe bhūtā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
3)
Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe sattā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
4)
Idaṁ vo ñātinaṁ hotu
Sukhitā hontu ñātayo
(tiga kali)
5)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu . . . . . . . . (sebutkan nama almarhum/almarhumah)
(tiga kali)
6)
Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu tvaṁ sadā'ti
SĀDHU! SĀDHU! SĀDHU!

1)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
2)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk halus turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
3)
Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk hidup turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
4)
Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang telah meninggal;
Semoga mereka berbahagia.
(tiga kali)
5)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi almarhum . . . . . . . .
(tiga kali)
6)
Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi kita selamanya.


VI. PARITTA KHUSUS


DHAMMACAKKAPPAVATTANA SUTTAṀ

Anuttaraṁ abhisambodhiṁ sambujjhitvā Tathāgato
Pathamaṁ yaṁ adesesi Dhammacakkaṁ anuttaraṁ
Sammadeva pavattento loke appativattiyaṁ
Yatthākkhātā ubho antā patipatti ca majjhimā
Catūsvāriyasaccesu visuddhaṁ ñāṇadassanaṁ
Desitaṁ dhammarājena sammāsambodhikittanaṁ
Nāmena vissutaṁ suttaṁ Dhammacakkappavattanaṁ
Veyyākaraṇapāthena saṅgītantam bhaṇāma se.

Evaṁ me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā Bārāṇasiyaṁ viharati Isipatane Migadāye.
Tatra kho Bhagavā pañcavaggiye bhikkhū āmantesi:

Dve me, bhikkhave, antā pabbajitena na sevitabbā: yo cāyaṁ
kāmesu kāmasukhallikānuyogo; hīno, gammo, pothujjaniko, anariyo,
anatthasañhito; yo cāyaṁ attakilam-athānuyogo; dukkho, anariyo,
anatthasañhito.

Ete te, bhikkhave, ubho ante anupagamma majjhimā paṭipadā
Tathāgatena abhisambuddhā cakkhukaraṇī, ñāṇakaraṇī, upasamāya,
abhiññāya, sambodhāya, nibbānāya saṁvattati.

Katamā ca sā, bhikkhave, majjhimā paṭipadā Tathāgatena
abhisambuddhā cakkhukaraṇī ñāṇakaraṇi, upasamāya, abhiññāya,
sambodhāya, nibbānāya saṁvattati?

Ayameva ariyo aṭṭhaṅgiko maggo seyyathīdaṁ:
Sammā-diṭṭhi, sammā-saṅkappo, sammā-vācā, sammā-kammanto,
sammā-ājīvo, sammā-vāyāmo, sammā-sati, sammā-samādhi.

Ayaṁ kho sā, bhikkhave, majjhimā paṭipadā Tathāgatena
abhisambuddhā cakkhukaraṇī ñāṇakaraṇi, upasamāya, abhiññāya,
sambodhāya, nibbānāya saṁvattati.

Idaṁ kho pana, bhikkhave, dukkhaṁ ariyasaccaṁ:
Jātipi dukkhā, jarāpi dukkhā, maraṇampi dukkhaṁ, soka-parideva-
dukkha-domanassupāyāsāpi dukkhā, appiyehi sampayogo dukkho,
piyehi vippayogo dukkho, yampicchaṁ na labhati tampi dukkhaṁ,
saṅkhittena pañcupādānakkhandā dukkhā.

Idaṁ kho pana, bhikkhave, dukkhasamudayo ariyasaccaṁ:

Yāyaṁ taṇhā ponobbhavikā nandirāgasahagatā tatra
tatrābhinandinī seyyathīdaṁ: kāmataṇhā, bhavataṇhā, vibhavataṇhā.

Idaṁ kho pana, bhikkhave, dukkhanirodho ariyasaccaṁ:
Yo tassā yeva taṇhāya asesavirāganirodho, cāgo, paṭinissaggo, mutti,
anālayo.

Idaṁ kho pana, bhikkhave, dukkhanirodhagāminī paṭipadā
ariyasaccaṁ:
Ayameva ariyo aṭṭhaṅgiko maggo seyyathīdam: Sammā-diṭṭhi,
sammā-saṅkappo, sammā-vācā, sammā-kammanto, sammā-ājīvo,
sammā-vāyāmo, sammā-sati, sammā-samādhi.

Idaṁ dukkhaṁ ariyasaccanti me bhikkhave, pubbe ananussutesu
dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā
udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhaṁ ariyasaccaṁ pariññeyyanti me,
bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ
udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhaṁ ariyasaccaṁ pariññātanti me,
bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ
udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Idaṁ dukkhasamudayo ariyasaccanti me bhikkhave, pubbe
ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ udapādi, paññā
udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhasamudayo, ariyasaccaṁ pahātabbanti
me, bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi,
ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhasamudayo, ariyasaccaṁ pahīnanti me,
bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ
udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Idaṁ dukkhanirodho ariyasaccanti me bhikkhave, pubbe ananussutesu
dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā
udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhanirodho ariyasaccaṁ sacchikātabbanti
me, bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi,
ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhanirodho ariyasaccaṁ sacchikatanti me,
bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ
udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Idaṁ dukkhanirodhagāminī patipadā ariyasaccanti me bhikkhave,
pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ udapādi,
paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhanirodhagāminī patipadā ariyasaccaṁ
bhāvetabbanti me, bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu
cakkhuṁ udapādi, ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko
udapādi.

Taṁ kho panidaṁ dukkhanirodhagāminī patipadā ariyasaccaṁ
bhāvitanti me, bhikkhave, pubbe ananussutesu dhammesu cakkhuṁ
udapādi, ñāṇaṁ udapādi, paññā udapādi, vijjā udapādi, āloko udapādi.

Yāva kīvañca me, bhikkhave, imesu catūsu ariyasaccesu
evantiparivaṭṭaṁ dvādasākāraṁ yathābhūtaṁ ñāṇadassanaṁ na
suvisuddhaṁ ahosi, neva tāvāhaṁ, bhikkhave, sadevake loke samārake
sabrahmake sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya
anuttaraṁ sammāsambodhiṁ abhisambuddho paccaññāsiṁ.

Yato ca kho me, bhikkhave, imesu catūsu ariyasaccesu
evantiparivaṭṭaṁ dvādasākāraṁ yathābhūtaṁ ñāṇadassanaṁ
suvisuddham ahosi, athāham, bhikkhave, sadevake loke samārake
sabrahmake sassamaṇabrāhmaṇiyā pajāya sadevamanussāya
anuttaraṁ sammāsambodhiṁ abhisambuddho paccaññāsiṁ.

Ñāṇañca pana me dassanaṁ udapādi, “Akuppā me vimutti
ayamantimā jāti, natthidāni punabbhavo” ti.

Idam avoca Bhagavā. Attamanā pañcavaggiyā bhikkhū Bhāgavato
bhāsitaṁ abhinanduṁ.

Imasmiñca pana veyyākaraṇasmiṁ bhaññamāne āyasmato
Koṇḍaññassa virajaṁ vītamalaṁ Dhammacakkhuṁ udapādi: “Yaṅkinci
samudayadhammaṁ sabbantaṁ nirodhadhamman” ti.

Pavattite ca Bhagavatā Dhammacakke bhummā devā
saddamanussāvesuṁ: “Etaṁ Bhagavatā Bārāṇasiyaṁ Isipatane
Migadāye anuttaraṁ Dhammacakkaṁ pavattitaṁ appaṭivattiyaṁ
samaṇena vā brāhmaṇena vā devena vā mārena vā brahmunā vā
kenaci vā lokasmin” ti.

Bhummānaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Cātummahārājikā devā
saddamanussāvesuṁ. . . .

Cātummahārājikānaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Tāvatiṁsā devā
saddamanussāvesuṁ. . . .

Tāvatiṁsānaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Yāmā devā
saddamanussāvesuṁ. . . .

Yāmānaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Tusitā devā
saddamanussāvesuṁ. . . .

Tusitānaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Nimmānaratī devā
saddamanussāvesuṁ. . . .

Nimmānaratīnaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Paranimmitavasavattī
devā saddamanussāvesuṁ. . . .

Paranimmitavasavattīnaṁ devānaṁ saddaṁ sutvā, Brahmakāyikā
devā saddamanussāvesuṁ: “Etaṁ Bhagavatā Bārāṇasiyaṁ Isipatane
Migadāye anuttaraṁ Dhammacakkaṁ pavattitaṁ appaṭivattiyaṁ
samaṇena vā brāhmaṇena vā devena vā mārena vā brahmunā vā
kenaci vā lokasmin” ti.

Itiha tena khaṇena, tena muhuttena, yāva brahmalokā saddo
abbhuggacchi. Ayañca dasasahassī lokadhātu saṅkampi sampakampi
sampavedhi, appamāṇo ca oḷāro obhāso loke pāturahosi atikkammeva
devānaṁ devānubhāvaṁ.

Atha kho Bhagavā udānaṁ udānesi: “Aññāsi vata bho Koṇḍañño,
aññāsi vata bho Koṇḍañño” ti.

Itihidaṁ āyasmato Koṇḍaññassa Aññākoṇḍañño tveva nāmaṁ
ahosī ti.

Dhammacakkappavattana Suttaṁ niṭṭhitaṁ



DHAMMACAKKAPPAVATTANA SUTTA  (Khotbah Pemutaran Roda Dhamma)


1)
Demikianlah yang saya dengar: Pada suatu ketika Sang Bhagavā bersemayam di dekat kota Benares, di Isipatana, di Taman Rusa (Migadāya).

2)
Di sana, Sang Bhagavā bersabda kepada rombongan lima orang bhikkhu (Assajji, Vappa, Bhadiya, Koṇḍañña, Mahānama), demikian: “Dua hal yang berlebihan (extrim) ini, O, para Bhikkhu, tidak patut dijalankan oleh mereka yang telah meninggalkan rumah untuk menempuh kehidupan tak berkeluarga

3)
“Menuruti kesenangan nafsu indria yang rendah, yang tidak berharga dan tidak berfaedah, biadab, duniawi; atau melakukan penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak berharga dan tidak berfaedah.
Setelah menghindari kedua hal yang berlebih-lebihan ini, O, para Bhikkhu, JALAN TENGAH (MAJJHIMĀ-PAṬIPADĀ) yang telah sempurna diselami oleh Tathāgata, yang membukakan Mata Batin (Cakkhu-Karaṇī), yang menimbulkan Pengetahuan (Ñāṇa-Karaṇī), yang membawa Ketentraman (Upasamāya), Kemampuan Batin luar biasa (Abhiññāya), Kesadaran Agung (Sambodhāya), Pencapaian Nibbāna (Nibbānāya).

4)
“Apakah, O, para Bhikkhu, JALAN TENGAH yang telah sempurna diselami oleh Tathāgata, yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan, yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa, Kesadaran Agung, Pencapaian Nibbāna itu? Tiada lain JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN / DELAPAN JALAN ARIYA / ARIYO AṬṬHANGIKO MAGGO, yaitu :

Sammā-Diṭṭhi : Pengertian Benar,
Sammā-Saṅkappo : Pikiran Benar,
Sammā-Vācā : Ucapan Benar,
Sammā-Kammanto : Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo : Penghidupan Benar,
Sammā-Vāyāmo : Usaha Benar,
Sammā-Sati : Kesadaran Benar,
Sammā-Samādhi : Samādhi Benar,

Itulah sesungguhnya JALAN TENGAH, O, para Bhikkhu, yang telah sempurna diselami oleh Tathāgata yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan, yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa, Kesadaran Agung, dan Pencapaian Nibbāna.

5)
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang Dukkha (DUKKHA ARIYA-SACCA), yaitu: Kelahiran adalah dukkha, Usia tua adalah dukkha, Penyakit adalah dukkha, Kematian adalah dukkha, Berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha, Berpisah dari yang dicintai adalah dukkha, Tidak memperoleh apa yang diingini adalah dukkha, Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan (pañcapādānakkhandhā) merupakan dukkha.

6)
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA (Dukkha-Samudaya Ariya-Sacca), yaitu: Ketagihan (Taṇhā) yang menyebabkan tumimbal lahir, disertai dengan nafsu indria (Nandi-Rāga-Sahagatā) yang menemukan kesenangan di sana sini, yaitu:

Kāma-Taṇhā : ketagihan akan kesenangan indria,
Bhava-Taṇhā : ketagihan akan penjelmaan,
Vibhava-Taṇhā : ketagihan akan pemusnahan diri sendiri.

7)
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA (Dukkha-Nirodha Ariya-Sacca), yaitu: Terhentinya semua nafsu indria tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.

8)
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA (Dukkha-Nirodha-Gāminī-Paṭipadā Ariya-Sacca), tiada lain Jalan Ariya Berunsur Delapan (Aṭṭhangiko Ariyo Maggo), yaitu:

Sammā-Diṭṭhi : Pengertian Benar,
Sammā-Saṅkappo : Pikiran Benar,
Sammā-Vācā : Ucapan Benar,
Sammā-Kammanto : Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo : Penghidupan Benar,
Sammā-Vāyāmo : Usaha Benar,
Sammā-Sati : Kesadaran Benar,
Sammā-Samādhi : Samādhi Benar,

9)
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan (Cakkhu), timbullah Pengetahuan (Ñāṇa), timbullah Kebijaksanaan (Paññā), timbullah Penembusan (Vijjā), Timbullah Cahaya (Āloko).

KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini harus dipahami (Pariññeyya). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini telah dipahami. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma), yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

10)
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang harus dilenyapkan (Pahātabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah

Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya. Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang telah

dilenyapkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

11)
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang harus dicapai (Sacchikātabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang telah dicapai. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

12)
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA yang harus dikembangkan (Bhāvatabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA yang telah dikembangkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.

13)
“Demikianlah, selama Pengetahuan dan Pengertian Saya (Yathābhūta Ñāṇa-Dassana) tentang Empat Kesunyataan Mulia sebagaimana adanya, masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi pandangan ini belum sempurna betul; maka, O, para Bhikkhu, Saya tidak menyatakan kepada dunia bersama para dewa dan Māra-nya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya telah mencapai Kebijaksanaan Agung (Anuttara Sammā-Sambhodi).

14)
“Ketika Pengetahuan dan Pengertian Saya tentang Empat Kesunyataan Mulia sebagaimana adanya, masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi pandangan, telah sempurna; hanya pada saat itu, O, para Bhikkhu, Saya menyatakan kepada dunia bersama para dewa dan Māra-nya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya telah mencapai Kebijaksanaan Agung.

Timbullah dalam diri Saya Pengetahuan dan Pengertian (Ñāṇa-Dassana):
“Tak terguncangkan Kebebasan Batin Saya (Ceto-Vimutti). Inilah kelahiran yang terakhir. Tidak ada lagi tumimbal lahir bagi Saya.”

15)
Demikianlah sabda Sang Bhagavā; dan kelima bhikkhu itu merasa puas serta mengerti kata-kata Sang Bhagavā. Tatkala khotbah ini sedang disampaikan timbullah pada Yang Ariya Koṇḍañña Mata Dhamma (Dhamma-Cakkhu) yang bersih tanpa noda:
“Segala sesuatu muncul karena ada sebabnya; segala sesuatu akan lenyap karena sebabnya habis/tidak ada” (Yaṅkiñci samudaya-dhammaṁ sabban-taṁ nirodha-dhamma).

16)
Tatkala Roda Dhamma (Dhamma-Cakka) telah diputar oleh Sang Bhagavā, dewa-dewa Bumi berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan, baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”

17)
Mendengar kata-kata dewa-dewa Bumi, dewa-dewa Cātummahārājikā berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan, baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”

18)
Mendengar gema kata-kata dewa-dewa Cātummahārājikā, dewa-dewa dari surga Tāvatiṁsā, Yāmā, Tusitā, Nimmānaratī, Paranimmitavasavattī dan dewa-dewa Alam Brahma, juga berseru:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan, baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa juga di alam semesta ini!”

19)
Demikianlah pada saat itu juga, seketika itu juga, dalam waktu yang sangat singkat suara itu menembus Alam Brahma. Alam semesta ini dengan laksana alamnya tergugah dan bergoyang disertai bunyi gemuruh, dan cahaya yang gilang-gemilang yang tak terukur, melebihi cahaya dewa, terlihat di dunia.

20)
Pada saat itu Sang Bhagavā bersabda:
“Koṇḍañña telah mengerti, Koṇḍañña telah mengerti.” Demikianlah mulanya bagaimana Yang Ariya Koṇḍañña memperoleh nama julukan Aññā Koṇḍañña, Koṇḍañña yang (pertama) mengerti.
(Samyutta Nikaya 56.11)



ANATTALAKKHAṆA SUTTAṀ

Yantaṁ sattehi dukkhena ñeyyaṁ anattalakkhaṇaṁ
Attavādattasaññāṇaṁ sammadeva vimocanaṁ
Sambuddho taṁ pakāsesi diṭṭhasaccāna yoginaṁ
Uttariṁ paṭivedhāya bhāvetuṁ ñāṇamuttamaṁ
Yantesaṁ diṭṭhadhammānam ñāṇenupaparikkhataṁ
Sabbāsavehi cittāni vimucciṁsu asesato
Tathā ñāṇānussārena sāsanaṁ kātumicchataṁ
Sādhūnaṁ atthasiddhatthaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se

Evaṁ me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā Bārāṇasiyaṁ viharati Isipatane Migadāye.
Tatra kho Bhagavā pañcavaggiye bhikkhū āmantesi:

Rūpaṁ bhikkhave anattā, rūpañca hidaṁ bhikkhave attā abhavissa,
nayidaṁ rūpaṁ ābādhāya saṁvatteyya, labbhetha ca rūpe, “Evaṁ me
rūpaṁ hotu, evaṁ me rūpaṁ mā ahosī” ti. Yasmā ca kho bhikkhave
rūpaṁ anattā, tasmā rūpaṁ ābādhāya saṁvattati, na ca labbhati rūpe,
“Evaṁ me rūpaṁ hotu, evaṁ me rūpaṁ mā ahosī” ti.

Vedanā anattā, vedanā ca hidaṁ bhikkhave attā abhavissa, nayidaṁ
vedanā ābādhāya saṁvatteyya, labbhetha ca vedanāya, “Evaṁ me
vedanā hotu, evaṁ me vedanā mā ahosī” ti. Yasmā ca kho bhikkhave
vedanā anattā, tasmā vedanā ābādhāya saṁvattati, na ca labbhati
vedanāya, “Evaṁ me vedanā hotu, evaṁ me vedanā mā ahosī” ti.

Saññā anattā, saññā ca hidaṁ bhikkhave attā abhavissa, nayidaṁ
saññā ābādhāya saṁvatteyya, labbhetha ca saññāya, “Evaṁ me saññā
hotu, evaṁ me saññā mā ahosī” ti. Yasmā ca kho bhikkhave saññā
anattā, tasmā saññā ābādhāya saṁvattati, na ca labbhati saññāya,
“Evaṁ me saññā hotu, evaṁ me saññā mā ahosī” ti.

Saṅkhārā anattā, saṅkhārā ca hidaṁ bhikkhave attā abhavissaṁsu,
nayidaṁ saṅkhārā ābādhāya saṁvatteyyuṁ, labbhetha ca saṅkhāresu,
“Evaṁ me saṅkhārā hontu, evaṁ me saṅkhārā mā ahesun” ti. Yasmā ca
kho bhikkhave saṅkhārā anattā, tasmā saṅkhārā ābādhāya saṁvattanti,
na ca labbhati saṅkhāresu “Evaṁ me saṅkhārā hontu, evaṁ me
saṅkhārā mā ahesun” ti.

Viññāṇaṁ anattā, viññāṇañca hidaṁ bhikkhave attā abhavissa,
nayidaṁ viññāṇam ābādhāya saṁvatteyya, labbhetha ca viññāṇe

“Evaṁ me viññāṇaṁ hotu, evaṁ me viññāṇaṁ mā ahosī” ti. Yasmā ca
kho bhikkhave viññāṇaṁ anattā, tasmā viññāṇaṁ ābādhāya saṁvattati,
na ca labbhati viññāṇe, “Evaṁ me viññāṇaṁ hotu, evaṁ me viññāṇaṁ
mā ahosī” ti.

Taṁ kiṁ maññatha bhikkhave, rūpam niccaṁ vā aniccaṁ vāti?
Aniccaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ, dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vāti?
Dukkhaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ dukkhaṁ viparināma-dhammaṁ, kallaṁ nu taṁ
samanupassituṁ “Etaṁ mama, esohamasmi, eso me attā” ti?
No hetaṁ bhante.

Taṁ kiṁ maññatha bhikkhave, vedanā niccā vā aniccā vāti?
Aniccā bhante.

Yam panāniccaṁ, dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vāti?
Dukkhaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ dukkhaṁ viparināma-dhammaṁ, kallaṁ nu taṁ
samanupassituṁ “Etaṁ mama, esohamasmi, eso me attā” ti?
No hetaṁ bhante.

Taṁ kiṁ maññatha bhikkhave, saññā niccā vā aniccā vāti?
Aniccā bhante.

Yam panāniccaṁ, dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vāti?
Dukkhaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ dukkhaṁ viparināma-dhammaṁ, kallaṁ nu taṁ
samanupassituṁ “Etaṁ mama, esohamasmi, eso me attā” ti?
No hetaṁ bhante.

Taṁ kiṁ maññatha bhikkhave, saṅkhārā niccā vā aniccā vāti?
Aniccā bhante.

Yam panāniccaṁ, dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vāti?
Dukkhaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ dukkhaṁ viparināma-dhammaṁ, kallaṁ nu taṁ
samanupassituṁ “Etaṁ mama, esohamasmi, eso me attā” ti?
No hetaṁ bhante.

Taṁ kiṁ maññatha bhikkhave,viññāṇaṁ niccaṁ vā aniccaṁ vāti?
Aniccaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ, dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vāti?
Dukkhaṁ bhante.

Yam panāniccaṁ dukkhaṁ viparināma-dhammaṁ, kallaṁ nu taṁ
samanupassituṁ “Etaṁ mama, esohamasmi, eso me attā” ti?
No hetaṁ bhante.

Tasmā tiha bhikkhave yaṅkiñci rūpaṁ atītānāgata-paccuppannaṁ
ajjhattaṁ vā bahiddhā vā oḷārikaṁ vā sukhumaṁ vā hīnaṁ vā paṇītaṁ
vā yandūre santike vā, sabbaṁ rūpaṁ “Netaṁ mama, nesohamasmi, na
me so attā” ti evametaṁ yathābhūtaṁ sammappaññāya daṭṭhabbaṁ.

Yā kāci vedanā atītānāgata-paccuppannā ajjhattā vā bahiddhā vā
oḷārikā vā sukhumā vā hīnā vā paṇītā vā yā dūre santike vā, sabbā
vedanā “Netaṁ mama, nesohamasmi, na me so attā” ti evametaṁ
yathābhūtaṁ sammappaññāya daṭṭhabbaṁ.

Yā kāci saññā atītānāgata-paccuppannā ajjhattā vā bahiddhā vā
oḷārikā vā sukhumā vā hīnā vā paṇītā vā yā dūre santike vā, sabbā
saññā “Netaṁ mama, nesohamasmi, na me so attā” ti evametaṁ
yathābhūtaṁ sammappaññāya daṭṭhabbaṁ.

Ye keci saṅkhārā atītānāgata-paccuppannā ajjhattā vā bahiddhā vā
oḷārikā vā sukhumā vā hīnā vā paṇītā vā ye dūre santike vā, sabbe
saṅkhārā “Netaṁ mama, nesohamasmi, na me so attā” ti evametaṁ
yathābhūtaṁ sammappaññāya daṭṭhabbaṁ.

Yaṅkiñci viññāṇaṁ atītānāgata-paccuppannaṁ ajjhattaṁ vā
bahiddhā vā oḷārikaṁ vā sukhumaṁ vā hīnaṁ vā paṇītaṁ vā yandūre
santike vā, sabbaṁ viññāṇaṁ “Netaṁ mama, nesohamasmi, na me so
attā” ti evametaṁ yathābhūtaṁ sammappaññāya daṭṭhabbaṁ.

Evaṁ passaṁ bhikkhave sutvā ariyasāvako rūpasmim pi nibbindati,
vedanāya pi nibbindati, saññāya pi nibbindati, saṅkhāresu pi
nibbindati, viññāṇasmim pi nibbindati, nibbindaṁ virajjati, virāgā
vimuccati, vimuttasmiṁ “Vimuttam” iti ñāṇaṁ hoti, “Khīṇā jāti,
vusitaṁ brahmacariyaṁ, kataṁ karaṇīyaṁ, nāparaṁ itthattāyā” ti
pajānātī ti.

Idamavoca Bhagavā. Attamanā pañcavaggiyā bhikkhū Bhagavato
bhāsitaṁ abhinanduṁ. Imasmiñca pana veyyākaraṇasmiṁ
bhaññamāne pañcavaggiyānaṁ bhikkhūnaṁ anupādāya āsavehi
cittāni vimucciṁsūti.


Anattalakkhaṇa Suttaṁ niṭṭhitaṁ



ANATTALAKKHAṆA SUTTA  (Khotbah Tentang Sifat Bukan Aku)

1)
Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā bersemayam di dekat Benares, di Isipatana, di Taman Rusa (Migadāya).
Di sana, Sang Bhagavā bersabda kepada rombongan lima orang bhikkhu: Assajji, Vappa, Bhadiya, Koṇḍañña, Mahānama.
“O, para Bhikkhu.”
“Ya, Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

2)
“O, para Bhikkhu, badan jasmani (Rūpa) bukan aku. Jika badan jasmani ini aku, maka badan jasmani ini tidak menimbulkan penderitaan. Orang yang memiliki badan jasmani demikian akan berpikir:

“Biarlah badan jasmaniku seperti ini, biarlah badan jasmaniku tidak seperti ini.”
Tetapi oleh karena badan jasmani ini bukan aku, maka badan jasmani ini
menimbulkan penderitaan. Tidak seorang pun dapat memiliki badan
jasmani, dengan demikian ia akan berpikir:

“Biarlah badan jasmaniku seperti ini, biarlah badan jasmaniku tidak seperti ini.”

3)
“O, para Bhikkhu, perasaan (Vedanā) bukan aku . . . .

4)
“O, para Bhikkhu, pencerapan (Saññā) bukan aku . . . .

5)
“O, para Bhikkhu, bentuk pikiran (Saṅkhārā) bukan aku . . . .

6)
“O, para Bhikkhu, kesadaran indria (Viññāṇa) bukan aku. Jika kesadaran
indria ini aku, maka kesadaran indria ini tidak menimbulkan penderitaan.
Orang yang memiliki kesadaran indria demikian akan berpikir:

“Biarlah kesadaran indriaku seperti ini, biarlah kesadaran indriaku tidak seperti ini.”

Tetapi oleh karena kesadaran indria ini bukan aku, maka menimbulkan penderitaan. Tidak seorang pun dapat memiliki kesadaran indria, dengan demikian ia akan berpikir:

“Biarlah kesadaran indriaku seperti ini, biarlah kesadaran indriaku tidak seperti ini.”

7)
“O, para Bhikkhu, bagaimanakah pandanganmu:

“Apakah badan jasmani ini kekal (Nicca) atau tidak kekal (Anicca)?”
“Tidak kekal, Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

“Sekarang, apa yang tidak kekal, yang menyedihkan dan tunduk pada perubahan patut dipandang demikian:
“Ini milikku. Ini aku. Ini diriku?”
“Tidak, Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

8)
“Apakah perasaan ini kekal atau tidak kekal? . . . .

9)
“Apakah pencerapan ini kekal atau tidak kekal? . . . .

10)
“Apakah bentuk pikiran ini kekal atau tidak kekal? . . . .

11)
“Apakah kesadaran indria ini kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

“Apakah yang tidak kekal itu menyenangkan (Sukha) atau menyedihkan (Dukkha)?”
“Menyedihkan (Dukkha), Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

“Sekarang, apa yang tidak kekal, yang menyedihkan dan tunduk pada perubahan patut dipandang demikian:
“Ini milikku. Ini aku. Ini diriku?”
“Tidak, Bhante.” jawab kelima bhikkhu.

12)
“Demikianlah, O, para Bhikkhu, setiap badan jasmani apa pun; baik yang
lalu, yang akan datang mau pun yang sekarang ada, baik kasar mau pun
halus, baik dalam diri sendiri mau pun di luar diri sendiri, baik rendah
mau pun luhur, baik jauh mau pun dekat sepatutnya dipandang dengan
Pengertian Benar. Demikianlah hendaknya:
“Ini bukan milikku. Ini bukan aku. Ini bukan diriku.”

13)
“Demikianlah, O, para Bhikkhu, setiap perasaan apa pun . . . .

14)
“Demikianlah, O, para Bhikkhu, setiap pencerapan apa pun . . . .

15)
“Demikianlah, O, para Bhikkhu, setiap bentuk pikiran apa pun . . . .

16)
“Demikianlah, O, para Bhikkhu, setiap kesadaran indria apa pun; baik
yang lalu, yang akan datang mau pun yang sekarang ada, baik kasar mau
pun halus, baik dalam diri sendiri maupun di luar diri sendiri, baik rendah
mau pun luhur, baik jauh mau pun dekat, sepatutnya dipandang dengan
Pengertian Benar. Demikianlah hendaknya:
“Ini bukan milikku. Ini bukan aku. Ini bukan diriku.”

17)
“O, para Bhikkhu, apabila Siswa Ariya yang telah mendengar ini (Ariya-Sacca) dan telah memahaminya, dia menjauhkan diri dari kemelekatan badan jasmani, dia menjauhkan diri dari kemelekatan perasaan, dia menjauhkan diri dari kemelekatan pencerapan, dia menjauhkan diri dari kemelekatan bentuk pikiran, dia menjauhkan diri dari kemelekatan kesadaran indria.

18)
“Apabila dia telah menjauhkan diri dari semuanya itu, nafsu indria menjadi lenyap. Dengan lenyapnya nafsu indria, dia terbebas (Vimutti).
Apabila dia telah bebas, timbullah Pengetahuan bahwa dia telah bebas.
Dia memahami:
Tumimbal lahir telah lenyap,
Telah tercapai hidup suci,
Tidak ada lagi yang harus dikerjakan,
Tidak kembali lagi ke dunia ini.”

19)
Demikianlah sabda Sang Bhagavā, kelima bhikkhu merasa puas dan mengerti sabda Beliau.

20)
Sewaktu khotbah ini disampaikan, batin kelima bhikkhu tersebut tidak lagi dikotori oleh kemelekatan.

(Samyutta Nikaya 22.59)



ĀDITTAPARIYĀYA SUTTAṀ

Veneyyadamanopāye sabbaso pāramiṁ gato
Amoghavacano Buddho abhiññāyānusāsako
Ciṇṇānurūpato cāpi dhammena vinayaṁ pajaṁ
Ciṇṇāggipāricariyānaṁ sambojjhārahayoginaṁ
Yamādittapariyāyaṁ desayanto manoharaṁ
Te sotāro vimocesi asekkhāya vimuttiyā
Tathevopaparikkhāya viññūṇaṁ sotumicchataṁ
Dukkhatālakkhaṇopāyaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se.

Evaṁ me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā Gayāyaṁ viharati Gayāsīse saddhiṁ bhikkhusahassena. Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi:
Sabbaṁ bhikkhave ādittaṁ. Kiñca bhikkhave sabbaṁ ādittaṁ?
Cakkhuṁ bhikkhave ādittaṁ, rūpā ādittā, cakkhuviññāṇaṁ

ādittaṁ, cakkhusamphasso āditto, yampidaṁ cakkhusamphassapaccayā
uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tam pi ādittaṁ. Kena ādittaṁ?
Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā, ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Sotaṁ ādittaṁ, saddā ādittā, sotaviññāṇaṁ ādittaṁ, sotasamphasso āditto, yampidaṁ sotasamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tam pi ādittaṁ. Kena ādittaṁ?
Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā, ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Ghānaṁ ādittaṁ, gandhā ādittā, ghānaviññāṇaṁ ādittaṁ, ghānasamphasso āditto, yampidaṁ ghānasamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tam pi ādittaṁ. Kena ādittaṁ?
Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā,
ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Jivhā ādittā, rasā ādittā, jivhāviññāṇam ādittaṁ, jivhāsamphasso āditto, yampidaṁ jivhāsamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhama-sukhaṁ vā tam pi ādittaṁ. Kena ādittaṁ?
Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā, ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Kāyo āditto, phoṭṭhabbā ādittā, kāyaviññāṇaṁ ādittaṁ,
kāyasamphasso āditto, yampidaṁ kāyasamphassapaccayā uppajjati
vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tam pi
ādittaṁ. Kena ādittaṁ? Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā,
ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi
upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Mano āditto, dhammā ādittā, manoviññāṇaṁ ādittaṁ, manosamphasso āditto, yampidaṁ manosamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tam pi ādittaṁ. Kena ādittaṁ?
Ādittaṁ rāgagginā dosagginā mohagginā, ādittaṁ jātiyā jarāmaraṇena sokehi paridevehi dukkhehi domanassehi upāyāsehi ādittanti vadāmi.

Evaṁ passaṁ bhikkhave sutvā ariyasāvako cakkhusmiṁ pi nibbindati, rūpesu pi nibbindati, cakkhuviññāṇe pi nibbindati, cakkhusamphassepi nibbindati, yampidaṁ cakkhusamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkham-asukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Sotasmiṁ pi nibbindati, saddesu pi nibbindati, sotaviññāṇe pi nibbindati, sotasamphassepi nibbindati, yampidaṁ sotasamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Ghānasmiṁ pi nibbindati, gandhesu pi nibbindati, ghānaviññāṇe pi nibbindati, ghānasamphassepi nibbindati, yampidaṁ ghānasamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Jivhāya pi nibbindati, rasesu pi nibbindati, jivhāviññāṇe pi nibbindati, jivhāsamphassepi nibbindati, yampidaṁ jivhāsamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Kāyasmiṁ pi nibbindati, phoṭṭhabbesu pi nibbindati, kāyaviññāṇe pi nibbindati, kāyasamphassepi nibbindati, yampidaṁ kāyasamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Manasmiṁ pi nibbindati, dhammesu pi nibbindati, manoviññāṇe pi nibbindati, manosamphasse pi nibbindati, yampidaṁ manosamphassapaccayā uppajjati vedayitaṁ sukhaṁ vā dukkhaṁ vā adukkhamasukhaṁ vā tasmiṁ pi nibbindati.

Nibbindaṁ virajjati, virāgā vimuccati, vimuttasmiṁ ‘Vimuttam’ iti ñāṇaṁ hoti, ‘Khīṇā jāti, vusitaṁ brahmacariyaṁ, kataṁ karaṇīyaṁ, nāparaṁ itthattāyā’ ti pajānātīti.

Idamavoca Bhagavā. Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ abhinanduṁ. Imasmiñca pana veyyākaraṇasmiṁ bhaññamāne tassa bhikkhusahassassa anupādāya āsavehi cittāni vimuccisūti.


Ādittapariyāya Suttaṁ niṭṭhitaṁ



ĀDITTAPARIYĀYA SUTTA (Khotbah Api)

1)
Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu ketika Sang BHAGAVĀ berdiam di GAYĀ, di Gayāsīsa bersama dengan seribu bhikkhu.

2)
Di sana Sang Bhagava bersabda kepada para bhikkhu:
“O, para Bhikkhu, semuanya terbakar. Apakah yang terbakar itu?
Mata (Cakkhu) terbakar, Wujud (Rūpā) terbakar, Kesadaran indria mata
(Cakkhu-Viññāṇa) terbakar, Kontak mata (Cakkhu-Samphasso) terbakar.

Demikian juga apa pun yang dirasakan sebagai sesuatu yang
menyenangkan (Somanassa), sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan
(Domanassa), atau bukan yang menyenangkan dan bukan yang tidak
menyenangkan (Asomanassa Adomanassa), yang ditimbulkan oleh kontak
mata bersama syarat-syaratnya juga terbakar.

Apakah yang membakarnya?
Dibakar oleh api Keserakahan (Loba), dibakar oleh api Kebencian (Dosa),
dibakar oleh api Kegelapan batin (Moha); Saya katakan, terbakar oleh Kelahiran (Jāti), Usia tua (Jarā), Kematian (Maraṇa), Kesedihan (Soka), Ratap tangis (Parideva), Penderitaan (Dukkha), yang tidak menyenangkan (Domanassa), Putus asa (Upāyāsa).

3)
“Telinga (Sota) terbakar, Suara (Sadda) terbakar . . . .

4)
“Hidung (Ghāna) terbakar, Bebauan (Gandha) terbakar . . . .

5)
“Lidah (Jivhā) terbakar, Rasa (Rasā) terbakar . . . .

6)
“Badan (Kāya) terbakar, Yang dapat disentuh (Phoṭṭhabbā) terbakar . . . .

7)
“Pikiran (Mano) terbakar, Objek pikiran (Dhammā) terbakar, Kesadaran indria pikiran (Mano-Viññāṇa) terbakar, Kontak pikiran (Mano-Samphasso) terbakar. Demikian juga apa pun yang dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan (Somanassa), sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (Domanassa), atau bukan yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan (Asomanassa Adomanassa), yang ditimbulkan oleh kontak pikiran bersama syarat-syaratnya juga terbakar.

Apakah yang membakarnya?
Dibakar oleh api Keserakahan, dibakar oleh api Kebencian, dibakar oleh api Kegelapan batin; Saya katakan, terbakar oleh Kelahiran, Usia tua, Kematian, Kesedihan, Ratap tangis, Penderitaan, Ketidaksenangan, Putus asa.

8)
“O, para Bhikkhu, apabila Siswa Ariya yang telah mendengar Dhamma dan telah memahaminya, dia menjauhkan diri dari kegemaran mata, dia menjauhkan diri dari kegemaran wujud, dia menjauhkan diri dari kegemaran kesadaran indria mata, dia menjauhkan diri dari kegemaran kontak mata, dan apa pun yang dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, atau bukan yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang ditimbulkan oleh kontak mata bersama syarat-syaratnya, maka dia telah menjauhkan diri dari kegemaran.

9)
“Dia menjauhkan diri dari Kegemaran telinga, . . . . pada suara . . . .

10)
“Dia menjauhkan diri dari Kegemaran hidung, . . . . pada bebauan . . . .

11)
“Dia menjauhkan diri dari Kegemaran lidah, . . . . pada rasa . . . .

12)
“Dia menjauhkan diri dari Kegemaran badan, . . . .pada apa yang dapat disentuh . . . .

13)
“Dia menjauhkan diri dari Kegemaran pikiran, dia menjauhkan diri dari Kegemaran objek pikiran, dia menjauhkan diri dari Kegemaran kesadaran indria pikiran, dia menjauhkan diri dari Kegemaran kontak pikiran, dan apa pun yang dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, atau bukan yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang ditimbulkan oleh kontak pikiran bersama syarat-syaratnya, maka dia juga menjauhkan diri dari semuanya itu.

14)
“Apabila dia telah menjauhkan diri, nafsu indria menjadi lenyap. Dengan lenyapnya nafsu indria, dia terbebas (Vimutti). Apabila dia bebas, timbullah Pengetahuan bahwa dia telah bebas. Dia memahami:
Tumimbal lahir telah lenyap,
Telah tercapai hidup suci,
Tidak ada lagi yang harus dikerjakan,
Tidak kembali lagi ke dunia ini.”

15)
Demikianlah sabda Sang Bhagavā. Keseribu orang bhikkhu merasa puas dan mengerti sabda Sang Bhagavā.
Sewaktu khotbah ini disampaikan, batin keseribu bhikkhu tersebut tidak lagi dikotori oleh kemelekatan.

(Samyutta Nikaya 35.28)




OVĀDAPĀṬIMOKKHĀDIPĀṬHO

Sattannaṁ bhagavantānaṁ sambuddanaṁ mahesinaṁ,
Ovādapāṭimokkhassa uddesattena dassitā,
Mahāpadānasuttante tisso gāthāti no sutaṁ,
Tīhi sikkhāhi saṅkhittaṁ yāsu buddhāna sāsanam,
Tāsampakāsakaṁ Dhammapariyāyaṁ bhaṇāma se:

Uddiṭṭhaṁ kho tena Bhagavatā jānatā passatā arahatā sammā-
sambuddhena: Ovāda-pāṭimokkhaṁ tīhi gāthāhi.

1)
Khantī paramaṁ tapo tītikkhā
Nibbānaṁ paramaṁ vadanti Buddhā,
Na hi pabbajito parūpaghātī
Samaṇo hoti paraṁ viheṭhayanto.
2)
Sabba-pāpassa akaraṇaṁ,
Kusalassūpasampadā,
Sacitta-pariyodapanaṁ:
Etaṁ
Buddhāna-Sāsanaṁ.
3)
Anūpavādo anūpaghāto
Pāṭimokkhe ca saṁvaro
Mattaññutā ca bhattasmiṁ
Pantañca sayanāsanaṁ.
Adhicitte ca āyogo:
Etaṁ Buddhāna-Sāsananti.

Anekapariyāyena kho pana tena bhagavatā jānatā passatā arahatā
sammāsambuddhena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ, samādhi sammadakkhāto, paññā sammadakkhātā.

Kathañca sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā, heṭṭhimenapi pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā, uparimena pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā.

Kathañca heṭṭhimena pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ
bhagavatā, idha ariyasāvako:
1)
Pāṇātipātā
paṭivirato hoti,
2)
Adinnādānā paṭivirato hoti,
3)
Kāmesu micchācārā paṭivirato hoti,
4)
Musāvādā paṭivirato hoti,
5)
Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā paṭivirato hotīti,

Evaṁ kho heṭṭhimena pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā.

Kathañca uparimena pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā, idha bhikkhu sīlavā hoti, pāṭimokkhasaṁvarasaṁvuto viharati ācāragocarasampanno, aṇumattesu vajjesu bhayadassāvī samādāya sikkhati sikkhāpadesūti.

Evaṁ kho uparimena pariyāyena, sīlaṁ sammadakkhātaṁ bhagavatā.

Kathañca samādhi sammadakkhāto bhagavatā, heṭṭhimenapi pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā, uparimenapi pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā.

Kathañca heṭṭhimena pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā, idha ariyasāvako vossaggārammaṇaṁ karitvā, labhati samādhiṁ labhati cittassekaggatanti.

Evaṁ kho heṭṭhimena pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā.

Kathañca uparimena pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā, idha bhikkhu vivicceva kāmehi vivicca akusalehi dhammehi, savitakkaṁ savicāraṁ vivekajampītisukhaṁ paṭhamaṁ jhānaṁ upasampajja viharati, vitakkavicārānaṁ vūpasamā, ajjhattaṁ sampasādanaṁ cetaso ekodibhāvaṁ avitakkaṁ avicāraṁ,
samādhijampītisukhaṁ dutiyaṁ jhānaṁ upasampajja viharati, pītiyā ca virāgā upekkhako ca viharati sato ca sampajāno, sukhañca kāyena paṭisaṁvedeti, yantaṁ ariyā ācikkhanti upekkhako satimā sukhavihārīti, tatiyaṁ jhānaṁ upasampajja viharati, sukhasa ca pahānā dukkhassa ca pahānā, pubbeva somanassadomanassānaṁ atthaṅgamā, adukkhamasukhaṁ upekkhāsatipārisuddhiṁ, catutthaṁ jhānaṁ upasampajjā viharatīti.

Evaṁ kho uparimena pariyāyena, samādhi sammadakkhāto bhagavatā.

Kathañca paññā sammadakkhātā bhagavatā, heṭṭhimenapi pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā, uparimenapi pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā.

Kathañca heṭṭhimena pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā, idha ariyasāvako paññavā hoti, udayatthagāminiyā paññāya samannāgato, ariyāya nibbedhikāya sammā dukkhakkhayagāminiyāti.

Evaṁ kho heṭṭhimena pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā.

Kathañca uparimena pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā, idha bhikkhu idaṁ dukkhanti yathābhūtaṁ pajānāti, ayaṁ
dukkhasamudayoti yathābhutaṁ pajānāti, ayaṁ dukkhanirodhoti
yathābhūtaṁ pajānāti, ayaṁ dukkhanirodhagāminī paṭipadāti
yathābhūtaṁ pajānātīti.

Evaṁ kho uparimena pariyāyena, paññā sammadakkhātā bhagavatā.

Sīlaparibhāvito samādhi mahappaho hoti mahānisaṁso,
samādhiparibhāvitā paññā mahapphalā hoti mahānisaṁsā,
paññāparibhāvitaṁ citaṁ sammadeva āsavehi vimuccati, seyyathīdaṁ,
kāmāsavā bhavāsavā avijjāsavā.

Bhāsitā kho pana bhagavatā parinibbānasamaye ayaṁ pacchimavācā, handadāni bhikkhave āmantayāmi vo, vayadhammā saṅkhārā, appamādena sampādethāti, bhāsitañcidaṁ bhagavatā, seyyathāpi bhikkhave yāni kānici jaṅgalānaṁ pāṇānaṁ padajātāni, sabbāni tāni hatthipade samodhānaṁ gacchanti, hatthipadaṁ tesaṁ
aggamakkhāyati, yadidaṁ mahantattena, evameva kho bhikkhave ye keci kusaladhammā, sabbe te appamādamūlakā appamādasamosaraṇā, appamādo tesaṁ aggamakkhāyatīti.

Tasmātihamhehi sikkhitabbaṁ, tibbāpekkhā bhavissāma,
adhisīlasikkhāsamādāne, adhicittasikkhāsamādāne,
adhipaññāsikkhāsamādāne, appamādena sampādessāmāti, evañhi no sikkhitabbaṁ.

Ovādapāṭimokkhādipāṭho niṭṭhito



OVĀDAPĀṬIMOKKHĀDIPĀṬHO

Sang Arahanta, Sammā-Sambuddha, Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu,
Yang Maha Bijaksana, telah bersabda tentang Ovāda- Pāṭimokkhā yang
terdiri atas tiga syair sebagai berikut:

1)
Kesabaran merupakan pelaksanaan Dhamma yang tertinggi.
Para Buddha bersabda: Nibbāna adalah yang tertinggi.
Jika seseorang yang telah menjadi bhikkhu masih menyakiti, merugikan
orang lain;
Maka sesungguhnya dia bukan seorang samaṇa.
2)
Jangan berbuat jahat,
Tambahlah kebajikan,
Sucikan hati dan pikiran:
Inilah ajaran Para Buddha.
3)
Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri selaras dengan Pāṭimokkhā,
Makan secukupnya, tidak berlebih-lebihan,
Hidup di tempat yang sunyi,
Berusaha melatih Samādhi:
Inilah ajaran Para Buddha.

Sang Arahanta, Sammā-Sambuddha, Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu,
Yang Maha Bijaksana, dengan cara yang baik telah mengutarakan tentang
Sīla, Samādhi dan Paññā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā mengutarakan tentang Sīla itu? Sang Bhagavā telah mengutarakan dengan baik bagaimana pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang dasariah (Heṭṭhimena). Sang Bhagavā telah mengutarakan pula dengan baik, bagaimana pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang dasariah itu? Sang Bhagavā bersabda: “Ia adalah seorang Siswa Mulia (Ariya-Sāvako) yang:

1)
Menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2)
Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
3)
Menghindari perbuatan asusila.
4)
Menghindari kebohongan, fitnah, ucapan kasar dan omong kosong.
5)
Menghindari segala makanan dan minuman keras yang menyebabkan
lemahnya kewaspadaan.”

Demikianlah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang
dasariah, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang lebih tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Ia adalah seorang bhikkhu yang melaksanakan Sīla dengan baik, jika ia mengendalikan diri sesuai dengan Pāṭimokkhā, bersikap sopan santun, takut untuk berbuat kesalahan walau pun kecil, berdaya upaya untuk mentaati peraturan-peraturan sebaik mungkin.”

Demikianlah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang lebih tinggi, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā mengutarakan tentang Samādhi itu? Sang Bhagavā telah membabarkan bagaimana pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang dasariah (Heṭṭhimena). Sang Bhagavā telah membabarkan bagaimana pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang dasariah ini? Sang Bhagava bersabda: “Ia adalah seorang Ariya-Sāvako jika ia dapat melepaskan kekotoran batin (Kilesa) dari pikiran, kemudian dapat mencapai konsentrasi dan penunggalan pikiran.”

Demikianlah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang dasariah, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang lebih tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Demikianlah kalau ia (bhikkhu) dapat menjauhkan diri dari keinginan nafsu indria, dapat menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam Jhāna Pertama, yakni suatu keadaan batin yang bergembira (Pīti) dan berbahagia (Sukha), yang masih disertai dengan Vitakka (pengarahan pikiran pada objek) dan Vicāra (usaha mempertahankan pikiran pada objek). Kemudian setelah membebaskan diri dari Vitakka dan Vicāra, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Kedua, yakni keadaan batin yang bergembira dan bahagia, tanpa disertai dengan Vitakka dan Vicāra. Selanjutnya ia membebaskan diri dari perasaan gembira dan berdiam dalam keadaan batin seimbang yang disertai dengan perhatian murni dan jelas. Tubuhnya diliputi dengan
perasaan bahagia yang dikatakan oleh Para Ariya sebagai 'Kebahagiaan yang
dimiliki oleh mereka yang batinnya seimbang dan penuh perhatian murni', dan ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Ketiga. Kemudian dengan menyingkirkan perasaan bahagia dan tidak bahagia, dengan menghilangkan perasaan senang dan tidak senang yang telah dirasakan sebelumnya, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Keempat, yakni suatu keadaan yang benar-benar seimbang, yang memiliki perhatian murni (Sati-Pārisuddhi), bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia.”

Demikianlah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang lebih tinggi, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā membabarkan tentang Paññā (Kebijaksanaan) itu? Sang Bhagavā telah membabarkan bagaimana pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang dasariah (Heṭṭhimena).
Sang Bhagavā telah membabarkan pula pelaksanaan Paññā yang merupakan
tingkat yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang dasariah itu? Sang Bhagavā bersabda: “Demikianlah seorang Ariya-Sāvako memiliki Paññā, jika ia mengerti adanya dukkha (penderitaan) dan sebabnya, jika ia mengerti adanya akhir dukkha dan jalan yang membawa pada akhir dukkha.”

Demikianlah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang dasariah, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang lebih tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Seorang bhikkhu mengetahui sebagaimana adanya: inilah dukkha; ia mengetahui sebagaimana adanya: inilah sebab dukkha (Dukkha-Samudaya); ia mengetahui sebagaimana adanya: inilah akhir dukkha (Dukkha-Nirodha); ia mengetahui sebagaimana adanya: inilah jalan yang menuju akhir dukkha (Dukkha-Nirodha-Gāminī- Paṭipadā).”

Demikianlah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang lebih tinggi, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Dengan dilandasi oleh Sīla yang telah dikembangkan dengan baik, maka Samādhi akan memberikan pahala dan manfaat yang besar. Dengan dilandasi oleh Samādhi yang telah dikembangkan dengan baik, maka Paññā akan memberikan pahala dan manfaat yang besar. Dengan dilandasi oleh Paññā yang telah dikembangkan dengan baik, maka pikiran (Citta) akan terbebas dari segenap noda, yakni noda nafsu indria (Kāmāsavā), noda perwujudan (Bhavāsavā) dan noda ketidaktahuan (Avijjāsavā).

Pada saat menjelang Parinibbāna Sang Bhagavā telah bersabda, yang merupakan pesan terakhir: “Kini, O, para Bhikkhu, Ku-beritahukan kepadamu bahwa, 'Segala sesuatu yang bersyarat/berkondisi/terbentuk (Saṅkhāra) itu tidak kekal.' Karena itu berjuanglah dengan kesungguhan hati untuk membebaskan dirimu.” Selanjutnya Sang Bhagavā bersabda: “O, para Bhikkhu, sebagaimana semua jenis telapak kaki dari berbagai macam makhluk dapat masuk ke dalam telapak kaki gajah karena besarnya, maka demikian pula, O, para Bhikkhu, kebajikan-kebajikan apa pun itu semuanya berasal dari perhatian (kewaspadaan); disebabkan oleh perhatian. Karena perhatian merupakan hal yang utama di antara semua hal lainnya, maka kalian harus melatihnya dengan baik.”

Para bhikkhu menyatakan: “Kami akan berusaha menjalankan Adhi-Sīla,
Adhi-Citta, Adhi-Paññā dengan penuh perhatian. Kami akan mentaati dan
berlatih dengan sungguh-sungguh.”



BALA SUTTAṀ

Tathāgato balappatto loke appaṭipuggalo
Yesaṁ subhāvitattā kho samboddhuṁ paṭipannako
Dhamme sambujjhate samma klesaniddāya bujjhati
Tesampakāsakaṁ suttaṁ yaṁ so jino adesayi
Maṅgalatthāya sabbesaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se

Evam-me suttaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagava, Sāvatthiyaṁ viharati, Jetavane
Anāthapiṇḍikassa, ārāme. Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi,
“Bhikkhavo” ti. “Bhadante” te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.
Bhagavā etad-avoca:
Pañcimāni bhikkhave balāni. Katamāni pañca: saddhābalaṁ viriyabalaṁ satibalaṁ samādhibalaṁ paññābalaṁ.

Katamañca bhikkhave saddhābalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako saddho hoti. Saddahati tathāgatassa bodhiṁ: iti pi so Bhagavā Arahaṁ Sammā-Sambuddho, Vijjā-caraṇa-sampanno Sugato Lokavidū, Anuttaro purisa-damma-sārathi satthā deva-manussānaṁ Buddho Bhagavā'ti. Idaṁ vuccati bhikkhave saddhābalaṁ.

Katamañca bhikkhave viriyabalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako āraddhaviriyo viharati, akusalānaṁ dhammānaṁ pahānāya, kusalānaṁ dhammānaṁ upasampadāya, thāmavā daḷhaparakkamo anikkhittadhuro kusalesu dhammesu. Idaṁ vuccati bhikkhave viriyabalaṁ.

Katamañca bhikkhave satibalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako satimā hoti, paramena satanepakkena samannāgato, cirakatampi cirabhāsitampi saritā anussaritā. Idaṁ vuccati bhikkhave satibalaṁ.

Katamañca bhikkhave samādhibalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako, vivicceva kāmehi vivicca akusalehi dhammehi, savitakkaṁ savicāraṁ vivekajampītisukhaṁ paṭhamaṁ jhānaṁ upasampajja viharati, vitakkavicārānaṁ vūpasamā, ajjhat taṁ sampasādanaṁ cetaso ekodibhāvaṁ avitakkaṁ avicāraṁ, samādhijampītisukhaṁ dutiyaṁ jhānaṁ upasampajja viharati, pītiyā ca virāgā upekkhako ca viharati sato ca sampajāno, sukhañca kāyena paṭisaṁvedeti, yantaṁ ariyā ācikkhanti upekkhako satimā sukkavihārīti, tatiyaṁ jhanaṁ upasampajja viharati, sukhassa ca pahānā dukkhassa ca pahānā, pubbe va somanassadomanassānaṁ atthaṅgamā, adukkhamasukhaṁ upekkhāsatipārisuddhiṁ, catutthaṁ jhanaṁ upasampajja viharati. Idaṁ vuccati bhikkhave samādhibalaṁ.

Katamañca bhikkhave paññābalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako paññavā hoti, udayatthagāminiyā paññāya samannāgato, ariyāya nibbedhikāya sammādukkhayagāminiyā. Idaṁ vuccati bhikkhave paññābalaṁ.

Imāni kho bhikkhave pañca balānī'ti.
Idam-avoca Bhagavā. Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ, abhinandunti.

Bala Suttaṁ niṭṭhitaṁ



BALA SUTTA

Demikianlah yang telah saya dengar:
Pada waktu Sang Bhagavā sedang bersemayam di vihāra JETAVANA-ĀRĀMA
yang didirikan oleh ANĀTHAPIṆḌIKA di kota SĀVATTHĪ. Pada waktu itu
Sang BHAGAVĀ memanggil para bhikkhu: “Duhai, para Bhikkhu.” Para
bhikkhu segera menghadap Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā
mengatakan kepada mereka:

“Duhai, para Bhikkhu, terdapat lima kekuatan. Apakah lima kekuatan itu? Lima kekuatan itu adalah: KEKUATAN KEYAKINAN, KEKUATAN SEMANGAT, KEKUATAN KESADARAN, KEKUATAN SAMĀDHI dan KEKUATAN KEBIJAKSANAAN.

“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN KEYAKINAN?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, para Bhikkhu (termasuk umat) adalah siswa-siswa yang baik di dalam BUDDHA-SĀSANA, yang yakin akan sifat-sifat luhur Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna; Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbāna), Pengenal segenap alam; Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.

“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN SEMANGAT?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, siswa yang baik di dalam BUDDHA-SĀSANA ini bersemangat untuk menghindari AKUSALA-KAMMA, bersemangat untuk banyak berbuat (mengumpulkan) KUSALA-KAMMA. Mereka tekun, teguh, tidak mudah patah semangat, memperhatikan KUSALA-DHAMMA (hal-hal yang baik). Inilah KEKUATAN SEMANGAT.

“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN KESADARAN?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai para Bhikkhu, siswa yang baik di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KESADARAN yang baik. Mengingat tindakan yang pernah diperbuat; dan yang telah dibuat masih diingat; mengingat perkataan yang pernah diucapkan; dan yang telah dibicarakan masih diingat. Inilah KEKUATAN KESADARAN.

“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN SAMĀDHI?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, siswa yang baik di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KEKUATAN SAMĀDHI yang baik. Mereka memiliki SAMĀDHI yang sempurna, dan diterangkan-Nya sebagai berikut: “Demikianlah ia (bhikkhu) menjauhkan diri dari keinginan nafsu indria, dan berdiam dalam Jhāna Pertama, yakni suatu keadaan batin yang bergembira (Pīti) dan berbahagia (Sukha), yang masih disertai dengan Vitakka (pengarahan pikiran pada objek) dan Vicāra (usaha mempertahankan pikiran pada objek). Kemudian setelah membebaskan diri dari Vitakka dan Vicāra, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Kedua, yakni keadaan batin yang bergembira dan bahagia, tanpa disertai dengan Vitakka dan Vicāra. Selanjutnya dalam keadaan batin seimbang yang disertai dengan perhatian murni dan jelas, tubuhnya diliputi dengan perasaan bahagia yang dikatakan oleh Para Ariya sebagai 'Kebahagiaan yang dimiliki oleh mereka yang hatinya seimbang dan penuh perhatian murni' dan ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Ketiga. Kemudian dengan menyingkirkan perasaan bahagia, dengan menghilangkan perasaan senang dan tidak senang yang telah dirasakan
sebelumnya, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Keempat, yakni suatu keadaan yang benar-benar seimbang, yang memiliki perhatian murni (Sati- Parisuddhi), bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia. Demikianlah pelaksanaan Samādhi.

“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN KEBIJAKSANAAN?” Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu,
siswa-siswa di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KEBIJAKSANAAN.
Mereka memiliki KEBIJAKSANAAN yang sempurna, yang bisa mengingat akan
muncul dan lenyapnya segala sesuatu. Ini adalah KEKUATAN KEBIJAKSANAAN.

“Duhai, para Bhikkhu, hal-hal yang diterangkan inilah yang dinamakan Lima Kekuatan.”

Setelah Sang Bhagavā selesai berkhotbah, para bhikkhu gembira dan senang hati.




SĀRĀṆĪYADHAMMA SUTTAṀ

Samaggakaraṇo buddho sāmaggiyaṁ niyojako,
Samaggakaraṇo dhamme sārāṇīye adesayi,
Aññamaññaṁ piyataya sādhino gāravassa ca,
Saṅgahāyāvivādāya sāmaggiyekatāya ca,
Saṁvattanteva bhikkhūnaṁ dhammena paṭipajjataṁ,
Tesampakāsakaṁ suttaṁ yaṁ sambuddhena bhāsitaṁ,
Sutvānānukaraṇena yathā buddhena desitaṁ,
Sādhūnaṁ atthasiddhatthaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se:

Evam-me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati, Jetavane Anāthapiṇḍikassa, ārāme. Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi,
“Bhikkhavo” ti. “Bhadante” te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.
Bhagavā etad-avoca:

“Chayime bhikkhave dhammā sārāṇīyā piya-karaṇā garu-karaṇā,
saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattanti. Katame cha?

“Idha bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ kāya-kammaṁ paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ vacī-kammaṁ paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ mano-kammaṁ paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi dhammo sārāṇiyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, ye te lābhā dhammikā dhamma-laddhā, antamaso patta-pariyāpanna-mattampi, tathārūpehi lābhehi appaṭivibhattabhogī hoti, sīlavantehi sabrahmacārīhi sādhāraṇa-bhogī. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, yāni tāni sīlāni akhaṇḍāni achiddāni asabalāni akammāsāni, bhujissāni viññūpasatthāni  aparāmaṭṭhāni samādhi-saṁvattanikāni. Tathārūpesu sīlesu sīla-sāmaññagato viharati, sabrahmacārīhi āvi ceva raho ca. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, yāyaṁ diṭṭhi ariyā niyyānikā, niyyāti takkarassa sammā-dukkhakkhāyaya, tathārūpāya diṭṭhiyā diṭṭhi-sāmaññagato viharati, sabrahmacārīhi avi ceva raho ca. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.

“Ime kho bhikkhave cha dhammā sārāṇiyā piya-karaṇā garu-karaṇā, saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattantī” ti.

Idam-avoca Bhagavā. Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ, abhinandunti.

Sārāṇīyadhamma Suttaṁ niṭṭhitaṁ


SĀRĀṆĪYADHAMMA SUTTA

Demikianlah yang telah saya dengar:
Pada waktu Sang Bhagavā bersemayam di JETAVANA-ĀRĀMA yang didirikan Anāthapiṇḍika di kota SĀVATTHĪ. Pada kesempatan itu Sang Bhagavā memanggil para bhikkhu: “Duhai, para Bhikkhu.” Para bhikkhu datang menghadap. Sang Bhagavā bersabda:

“Duhai, para Bhikkhu, terdapat enam Dhamma yang bertujuan agar kita saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan:

“Duhai, para Bhikkhu, Bhikkhu di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memancarkan cinta kasih dalam perbuatannya terhadap mereka yang menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: Bhikkhu di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memancarkan cinta kasih dalam ucapan terhadap mereka yang menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: Bhikkhu di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memancarkan cinta kasih dalam pikiran terhadap mereka yang menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, satu hal yang telah diperoleh dengan benar: dāna makanan*) yang diperoleh dengan menerimanya di rumah umat atau di vihāra. Dāna makanan itu diterima sebagai milik bersama, kemudian dibagikan pada sesama yang menjalankan SĪLA dan KESUCIAN. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: mereka yang bersama-sama
melaksanakan SĪLA dengan baik. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling
mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling
menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan
kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: mereka yang mempunyai
pandangan yang sama. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat,
saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari
percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

“Duhai, para Bhikkhu, enam Dhamma ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.”

Sesudah Sang Bhagavā selesai berkhotbah, para bhikkhu gembira dan
senang hati.



VII. PŪJĀ GĀTHĀ PADA HARI SUCI BUDDHIS

PETUNJUK
GĀTHĀ ini disusun untuk digunakan dalam upacara-upacara suci dalam rangka Puja Bakti (pūjā) pada Hari Suci Waisak (Visākha-Pūjā), Hari Suci Asadha (Āsāḷha-Pūjā), Hari Suci Māgha (Māgha-Pūjā).
Pimpinan Puja Bakti *) mengucapkan gāthā ini beserta terjemahannya, kalimat demi kalimat dan umat mengikuti ulang, sambil masing-masing membawa bunga, lilin dan dupa dalam sikap añjali serta bertumpu lutut sebelum dilaksanakan pradakshina (memutari cetiya sebanyak tiga kali) atau pada awal acara Puja Bakti.
Selama upacara pradakshina berlangsung umat harus bersikap diam, tidak berbicara (bahasa Jawa: laku mbisu). Pada putaran pertama terus menerus dalam hati membacakan BUDDHĀNUSSATI, pada putaran kedua membacakan DHAMMĀNUSSATI, dan pada putaran ketiga membacakan SAṄGHĀNUSSATI.
Pradakshina (bahasa Pāli: Padakkhiṇa) adalah cara penghormatan yang tinggi dalam tradisi Buddhis. Namun sebagai penghormatan tertinggi tidak lain adalah melaksanakan Buddha-Sāsana.

*
Kalau Bhikkhu hadir, maka Beliau yang membacakannya.



VISĀKHA PŪJĀ GĀTHĀ

Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)

Yam-amha kho mayaṁ, Bhagavantaṁ saraṇaṁ gatā, yo no Bhagavā satthā, yassa ca mayaṁ Bhagavato dhammaṁ rocema:

Ahosi kho so Bhagavā, majjhimesu janapadesu ariyakesu manussesu uppanno, khattiyo jātiyā, Gotamo gottena;

Sakya-putto Sakya-kulā pabbajito, sadevake loke samārake sabrahmake, sassamaṇa-brāhmaṇiyā pajāya sadeva-manussāya, anuttaraṁ sammā-sambodhiṁ abhisambuddho.

Nissaṁsayaṁ kho so Bhagavā, arahaṁ sammā-sambuddho, vijjā-caraṇa-sampanno sugato loka-vidū, anuttaro purisa-damma-sārathi satthā deva-manussānaṁ, buddho Bhagavā.

Svākkhāto kho pana, tena Bhagavatā dhammo, sandiṭṭhiko akāliko ehi-passiko, opanayiko paccattaṁ veditabbo viññūhi.

Supaṭipanno ko panassa, Bhagavato sāvaka-saṅgho, uju-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho, ñāya-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho, sāmīci-paṭipanno Bhagavato sāvaka-saṅgho, yadidaṁ cattāri purisa-yugāni aṭṭha purisa-puggalā.

Esa Bhagavato sāvaka-saṅgho, āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjali-karaṇīyo anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassa.

Ayaṁ kho pana paṭimā, taṁ Bhagavantaṁ uddissa katā patiṭṭhāpitā, yāvadeva dassanena, taṁ Bhagavantaṁ anussaritvā, pasāda-saṁvega-paṭilābhāya.

Mayaṁ kho etarahi, imaṁ visākha-puṇṇamī-kālaṁ, tassa Bhagavato jāti-sambodhi-nibbāna-kāla-sammataṁ patvā, imaṁ ṭhānaṁ sampattā.

Ime daṇḍa-dīpa-dhūpādi-sakkāre gahetvā, attano kāyaṁ sakkārūpadhānaṁ karitvā,

Tassa Bhagavato yathā-bhucce guṇe anussarantā, imaṁ paṭimā-gharaṁ tikkhattuṁ padakkhiṇaṁ karissāma, yathā-gahitehi sakkārehi pūjaṁ kurumānā.

Sādhu no bhante Bhagavā, sucira-parinibbutopi, ñātabbehi guṇehi atītārammaṇatāya paññāyamāno,

Ime amhehi gahite sakkāre paṭiggaṇhātu, amhākaṁ dīgha-rattaṁ hitāya sukhāya.



KĀTĀ PŪJĀ PADA HARI WAISAK

Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)

Kami berlindung kepada Sang Bhagavā, Sang Bhagavā Guru Junjungan kami,
dalam Dhamma Sang Bhagavā kami berbahagia:

Sang Bhagavā telah lahir, di tengah-tengah umat manusia, di Suku Sakya di Negara Madya, di keluarga Kesatria Gotama.

Beliau Putera Raja Sakya, meninggalkan keduniawian, mencapai Penerangan Sempurna di antara para Dewa, Māra dan Brahma, di antara para Samaṇa, Brahmana, Manusia dan Dewa.

Penerangan Sempurna yang tidak diragukan lagi. Demikianlah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna; Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbāna), Pengenal segenap alam; Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.

Dhamma Sang Bhagavā telah sempurna dibabarkan; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak baik, Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak lurus, Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak benar, Saṅgha Siswa Sang Bhagavā telah bertindak pantas, Mereka merupakan empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis Makhluk Suci*)

Itulah Saṅgha Siswa Sang Bhagavā, yang patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan. Lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta.

Buddha-Rūpa ini, telah dibangun oleh umat Buddha untuk mengingat keluhuran Sang Buddha, timbullah keyakinan, timbullah perenungan.

Saat ini, kami semua berkumpul di sini, pada saat Purnama di bulan Waisak, saat Kelahiran, saat Penerangan Sempurna, dan saat Parinibbāna Sang Buddha.

Dengan amisa pūjā ini: lilin, dupa dan bunga, kupersembahkan pūjā dengan sepenuh hati, mengingat keluhuran Sang Buddha.
Kepada Sang Buddha, yang walau pun telah lama Parinibbāna. Semoga
kebajikan Beliau yang abadi, menerima pūjā kami ini, demi kebahagiaan,
demi manfaat dan demi kesejahteraan kami semua, untuk selama-lamanya.

*Mereka disebut Ariya Saṅgha: makhluk-makhluk yang telah mencapai
Sotāpatti Magga dan Phala, Sakadāgāmī Magga dan Phala, Anāgāmī Magga dan
Phala, dan Arahatta Magga dan Phala.




ĀSĀḶHA PŪJĀ GĀTHĀ

Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)

Yam-amha kho mayaṁ, Bhagavantaṁ saraṇaṁ gatā, yo no Bhagavā
satthā, yassa ca mayaṁ Bhagavato dhammaṁ rocema:

Ahosi kho so Bhagavā, arahaṁ sammā-sambuddho, sattesu kāruññaṁ paṭicca, karuṇāyako hitesī, anukampaṁ upādāya, āsāḷha-puṇṇamiyaṁ, Bārāṇasiyaṁ isipatane migadāye, pañca-vaggiyānaṁ bhikkhūnaṁ, anuttaraṁ dhamma-cakkaṁ paṭhamaṁ pavattetvā, cattāri ariya-saccāni pakāsesi.

Tasmiñca kho samaye, pañca-vaggiyānaṁ bhikkhūnaṁ pāmukho, āyasmā Añña-koṇḍañño, Bhagavantaṁ dhammaṁ sutvā, virajaṁ vītamalaṁ dhamma-cakkhuṁ paṭilabhitvā, “Yaṅkiñci samudaya-dhammaṁ sabban-taṁ nirodha-dhammanti.”

Bhagavantaṁ upasampadaṁ yācitvā, Bhagavatoyeva santike, ehi-bhikkhu-upasampadaṁ paṭilabhitvā, Bhagavato dhamma-vinaye ariya-sāvaka-saṅgho, loke paṭhamaṁ uppanno ahosi.

Tasmiñcāpi kho samaye, saṅgha-ratanaṁ loke paṭhamaṁ uppannaṁ ahosi. Buddha-ratanaṁ dhamma-ratanaṁ saṅgha-ratanaṁ'ti, tiratanaṁ sampuṇṇaṁ ahosi.

Mayaṁ kho etarahi, imaṁ āsāḷha-puṇṇamī-kālaṁ, tassa Bhagavato dhamma-cakkappavattana-kāla-sammataṁ, ariya-sāvaka-saṅghā-uppatti-kāla-sammatañca, ratanattaya-sampuraṇa-kāla-sammatañca patvā, imaṁ ṭhānaṁ sampattā,

Ime sakkāre gahetvā, attano kāyaṁ sakkārūpadhānaṁ karitvā, Tassa Bhagavato yathā-bhucce guṇe anussarantā, imaṁ buddha-paṭimaṁ tikkhattuṁ padakkhiṇaṁ karissāma, yathā-gahitehi sakkārehi pūjaṁ kurumānā.

Sādhu no bhante Bhagavā, sucira-parinibbutopi, ñātabbehi gunehi
atītārammaṇatāya paññāyamāno,

Ime amhehi gahite sakkāre, paṭiggaṇhātu, amhākaṁ dīgha-rattaṁ
hitāya sukhāya.



KĀTĀ PŪJĀ PADA HARI ASADHA

Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)

Kita semua menghormati Sang Buddha sebagai Guru Junjungan kita, kita berbahagia dalam Dhamma Sang Buddha:

Sang Buddha mencapai Penerangan Sempurna dengan usaha-Nya sendiri. Dengan belas kasihan Beliau kepada semua makhluk hidup, dan demi manfaat bagi dunia ini, Sang Buddha mengajarkan Dhamma-cakkappavattana Sutta, menguraikan Empat Kesunyataan Mulia, dalam bulan Asadha-Purnami.

Pada waktu itu, pertapa Añña Koṇḍañña sebagai pemimpin lima pertapa, telah mendengarkan wejangan Dhamma, mengerti dan mengetahui bahwa segala sesuatu yang muncul akan berkembang dan lenyap.

Segera mohon diterima menjadi bhikkhu. Beliau adalah bhikkhu pertama di dunia ini. Demikian pula pertapa yang lain, masing-masing mohon diterima sebagai murid Sang Buddha.

Pada waktu itulah, Saṅgha-Ratana muncul di dunia ini dan sekaligus pula Sang Tiratana, yaitu: Buddha-Ratana, Dhamma-Ratana, Saṅgha-Ratana.

Pada hari ini hari Asadha-Purnami, Sang Buddha telah membabarkan Dhamma-cakkappavattana Sutta. Pada saat itu terbentuklah Ariya Saṅgha dan lengkaplah Sang Tiratana.

Pada hari ini kita menghormat dengan pikiran, ucapan, perbuatan serta pula dengan dupa, lilin dan bunga.

Walaupun Sang Buddha telah lama Parinibbāna. Semoga persembahan kita ini bermanfaat dan membawa kebahagiaan bagi kami untuk selama-lamanya.




KAṬHINA GĀTHĀ

Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)

Imaṁ bhante, saparivāraṁ, cīvara-dussaṁ, saṅghassa, oṇojayāma.
Sādhu no bhante, saṅgho, imaṁ, saparivāraṁ, cīvara-dussaṁ,
paṭiggaṇhātu, paṭiggahetvā ca, iminā dussena, cīvaraṁ attharatu,
amhākaṁ, dīgha-rattaṁ, hitāya, sukhāya.


KĀTĀ PADA BULAN KAṬHINA

Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)

Bhante, kami mempersembahkan kain jubah dan segala perlengkapannya kepada Bhikkhu Saṅgha. Semoga Bhikkhu Saṅgha sudi menerima semua persembahan kami. Semoga persembahan ini dapat digunakan sebaik-baiknya, sehingga bermanfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi kami untuk selama-lamanya.

Catatan:
1)
Bila di suatu vihāra ada lima orang bhikkhu yang ber-vassa, maka upacara Kaṭhina baru dapat dilangsungkan dan dalam Gāthā tersebut, kata CĪVARA diganti Kaṭhina. Pada umumnya yang kita laksanakan adalah Cīvara-Dāna (Dāna Kain Jubah) pada bulan Kaṭhina atau pun Kaṭhina-Dāna.
2)
Gāthā ini beserta terjemahannya diucapkan kalimat demi kalimat oleh Pimpinan Puja Bakti (bukan bhikkhu) dan selanjutnya umat mengikuti ulang, sambil masing-masing membawa persembahannya dan dalam sikap añjali serta bertumpu lutut. Persembahan ini dilaksanakan pada akhir acara dan ditutup dengan Ettāvatā.


MĀGHA PŪJĀ GĀTHĀ

Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)

Ajjāyaṁ māgha-puṇṇamī sampattā, māgha-nakkhattena punṇṇa-cando yutto, yatthā Tathāgato arahaṁ samma-sambuddho, cāturaṅgike sāvaka-sannipāte, ovāda-pāṭimokkhaṁ uddisi.

Tadā hi aḍḍha-terasāni bhikkhu-satāni, sabbesaṁyeva khīnāsavānaṁ, sabbe te ehi-bhikkhukā, sabbepi te anāmantitāva, Bhagavato santikaṁ āgatā, Veḷuvane kalandaka-nivāpe, māgha-puṇṇamiyaṁ vaḍḍhamāna-kacchāyāya.

Tasmiñca sannipāte, Bhagavā visuddhuposathaṁ akāsi, ovāda-pāṭimokkhaṁ uddisi.

Ayaṁ amhākaṁ Bhagavato, ekoyeva sāvaka-sannipāto ahosi, cāturaṅgiko, aḍḍha-terasāni bhikkhu-satāni, sabbesaṁ yeva khīṇāsavānaṁ.

Mayandāni, imaṁ māgha-puṇṇamī-nakkhatta-samayaṁ, takkālasadisaṁ sampattā, sucira-parinibbutampi taṁ Bhagavantaṁ samanussaramāna, imasmiṁ tassa Bhagavato sakkhi-būte cetiye, Imehi daṇḍa-dīpa-dhūpādi-sakkārehi taṁ Bhagavantaṁ tāni ca aḍḍha-terasāni bhikkhu-satāni abhipūjayāma, Sādhu no bhante Bhagavā, sasāvaka-saṅgho, sucira-parinibbutopi, guṇehi dharamāno,
Ime sakkāre paṭiggaṇhātu, amhākaṁ dīgha-rattaṁ hitāya sukhāya


KĀTĀ PŪJĀ PADA HARI MĀGHA

Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)

Pada hari Purnama Sidhi di bulan Māgha, Yang Maha Suci Sammā-Sambuddha Gotama menguraikan OVĀDA-PĀṬIMOKKHĀ yang mempunyai empat ciri dalam Pertemuan Agung nan Suci:
1)
Pada kesempatan itu hadirlah 1.250 bhikkhu.
2)
Mereka semuanya telah mencapai tingkat Arahat.
3)
Mereka ditahbiskan sendiri oleh Sang Buddha dengan cara Ehi-Bhikkhu Upasampadā.
4)
Mereka hadir tanpa diundang dan tanpa kesepakatan.

Pertemuan Agung nan Suci ini berlangsung di Taman Tupai di hutan bambu Veḷuvana Ārāma.

Di tengah-tengah pertemuan tersebut, Sammā-Sambuddha Gotama mengadakan UPOSATHA dan membabarkan OVĀDA-PĀṬIMOKKHĀ.

Pada saat Purnama Sidhi di bulan Māgha ini, walaupun Sang Buddha telah lama mencapai Parinibbāna.

Kini kami memuja dengan dupa, lilin dan bunga di hadapan altar, untuk menghormat Sang Buddha beserta Para Arahat.

Semoga pūjā yang kita laksanakan ini membawa manfaat demi kebahagiaan dan kesehjateraan kita semua untuk selama-lamanya.

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close