-->

Saturday, 30 August 2014

Dewi Kwan Im Melihat dan Mendengarkan

bodhi-prajna.blogspot.com


Pada suatu ketika hiduplah seorang kakek tua yang sangat saleh di daerah Shan Xi. Kakek ini hidup dari bercocok tanam. Dia sangat meyakini dan mengimani Dewi Kwan Im yang terkenal amat berwelas-asih.

Setiap hari Kakek itu pasti bersembah sujud di hadapan altar Dewi Kwan Im di rumahnya untuk memanjatkan paritta dan permohonan doa.

Kakek itu juga setiap harinya pasti meluangkan waktunya ke Kelenteng Dewi Kwan Im untuk mempersembahkan bunga yang ditanamnya. Kesalehan dan ketulusan Kakek sebatang kara ini menjadi buah bibir dari penduduk setempat di daerah tersebut.
Suatu hari turunlah hujan yang amat lebat sekali sehingga daerah itu mengalami musibah banjir.



Air hujan yang demikian derasnya, dgn cepat mencapai sebatas lutut, sehingga menggenangi rumah-rumah penduduk.

Menyadari bahaya banjir kiriman yang bakalan melanda, para warga dihimbau untuk segera menyelamatkan diri dengan mengungsi ke daerah pegunungan.

Saat tetangga baiknya akan mengungsi, mereka mengajak kakek ini untuk turut serta. Tetapi kakek ini menolak dengan alasan ingin menjaga altar Dewi Kwan Im di rumahnya.

Ia menyalakan lilin dan dupa. Kemudian berlutut dan memohon Sang Dewi Welas Asih untuk menyelamatkan desanya dari bencana banjir. Ia memohon agar hujannya segera terhenti sehingga banjir dapat terhindarkan.

Hujan bukannya berhenti, tetapi malah bertambah lebat disertai dengan suara guntur yang menggelegar dan kilat yang menyambar tiada hentinya. Permukaan air semakin naik, sehingga sudah hampir mencapai pinggang kakek itu.

Tak lama kemudian, datanglah kepala desa hendak menjemputnya dengan mempergunakan mobil jipnya. Kakek itu pun masih menolak secara halus dan berkata, “Saya yakin Dewi Kwan Im pasti mendengar doa hambaNya.”

Sang kepala desa pun akhirnya berlalu meninggalkan kakek itu untuk menjemput masyarakat yang lainnya.

Banjir ternyata semakin parah dan sudah mencapai 1 meter lebih. Kakek itu terus memohon pada Dewi Kwan Im. Karena altarnya sudah tergenang, dia memondong patung Dewi Kwan Im yang menjadi objek pemujaannya.

Semua warga telah mengungsi. Tinggal si kakek yang masih mencoba berdiam di rumahnya walau permukaan air banjir semakin tinggi.

Kakek itu berdiri di atas meja sambil terus mulutnya memohon pertolongan Dewi Kwan Im.

Tak berapa lama kemudian, datanglah regu penyelamat dengan mempergunakan perahu karet. Saat melewati rumah sang kakek, mereka berteriak memanggilnya.

Tapi sang kakek bersikeras menolak dgn berteriak bahwa ia yakin Sang Dewi Pengasih pasti mendengar pemanjatan doanya, dan akan datang menyelamatkannya dan seisi kampung. Tidak mungkin Sang Dewi membiarkannya
hanyut terbawa derasnya air banjir yang terus mengalir.

Banjir semakin lama semakin parah. Si kakek terpaksa berenang dan naik ke wuwungan atap rumahnya. Kini, saat berdiri di atas atap, dia berdoa dengan berteriak sekeras-kerasnya, memohon Sang Dewi segera menghentikan hujan lebat itu dan datang menyelamatkannya.

Tiba-tiba terdengar deru suara helikopter yang semakin mendekat. Tampak beberapa orang berteriak kepada kakek itu agar ia segera menangkap tali yang dilemparkan ke bawah. Tapi ia tetap menolak karena keyakinannya yang begitu kokoh terhadap Sang Dewi. Dengan putus asa, helikopter itupun terbang meninggalkannya.

Ternyata hujan tidak berhenti dan akhirnya menenggelamkan si kakek. Setelah meninggal, Sang Kakek diijinkan masuk nirvana sesuai dengan amal yang diperbuatnya semasa hidup.

Kebetulan ia bertemu dengan Dewi Kwan Im di Nirvana. Dan sungguh ia menyatakan kekecewaannya karena doanya yang terakhir pun tidak dikabulkan olehNya. Malah sekarang Sang Kakek berbalik menyalahkan Sang Dewi.

Sang Dewi Pengasih pun tersenyum penuh kasih dan kearifan sembari berkata, “Setiap musibah yang terjadi sungguh ada sebab musababnya juga. Tidak ada musibah yang terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab yang jelas.

Engkau selalu mengimaniku, menuruti semua ajaranKu. Aku mengetahui dengan jelas semua bentuk ketulusan hatimu.

Sesungguhnya Akupun selalu mengabulkan setiap doa yang kamu panjatkan dengan penuh keyakinan hati.

Yang pertama, Aku mengirim tetanggamu untuk mengingatkanmu akan bahaya banjir, dan mengajakmu untuk segera mengungsi, tetapi kamu tidak menyadarinya.

Kemudian yang kedua, Aku mengutus kepala desa kalian untuk menjemputmu tapi engkau juga menolaknya.

Yang ketiga, Aku mengirimkan regu penyelamat untuk membawamu keluar dari banjir. Itupun kau tolak.

Dan yang terakhir, Aku bahkan mengirimkan helikopter untuk menyelamatkanmu, tapi tetap juga engkau menolaknya.

Nah, bukankah Aku selalu mendengarkan semua pemanjatan doamu? Dan Aku pun sudah memerintahkan orang-orang untuk menyelamatkanmu, membawamu menuju pantai keselamatan ?

Sesungguhnya bola mataKu senantiasa melihat dengan terang sekali perilakumu, dan kedua telingaKu mendengar dengan jelas doa yang kamu panjatkan, bahkan sampai suara yang keluar dari lubuk hatimu juga Kuketahui.

Ketahuilah bahwa semua yang kamu lakukan tidaklah sia-sia, sehingga kini kamu bisa bertemu denganKu di Nirvana yang indah.

Dan sesungguhnya Aku selalu mengabulkan doa dan permohonan umat manusia. Aku selalu mengatur yang terbaik untuk umat manusia. Hanya dengan kearifan yang mendalam, barulah manusia bisa menyadarinya.”

Kadang dalam hidup, kita sampai bisa menyalahkan langit dan bumi, menyalahkan para Buddha dan Bodhisatva atas semua musibah yang terjadi dalam kehidupan kita.
Kita kadang mengatakan bahwa Buddha tidaklah berwelas-asih, padahal sesungguhnya Buddha tetap berwelas asih. Hal ini disebabkan oleh tertutupnya pintu kearifan kita, sehingga tidak bisa melihat sisi kehidupan yang sebenarnya.

Setiap orang memiliki karma dan jalinan jodoh kehidupan masing-masing. Buddha dan Bodhisatva selamanya berwelas asih. Kasih dan kearifan Para Buddha Bodhisatva senantiasa berpancar dan menyinari jalan kehidupan kita.

Sesungguhnya pengaturan Buddha tdk pernah terlambat dan salah. DIA selalu tepat waktu dan benar. Kasih Buddha indah adanya.

Bila TUHAN mengatakan YA, maka kita akan MENDAPATKAN APA YG KITA MINTA.

Bila TUHAN mengatakan TIDAK, maka kita akan mendptkan yg LEBIH BAIK.

Bila TUHAN mengatakan TUNGGU, maka kita akan mendapatkan yg TERBAIK sesuai kehendak-NYA.

Sumber : http://brightconscience.wordpress.com/2012/08/14/selamanya-dewi-kwan-im-melihat-dan-mendengarkan/

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close