-->

Sunday 30 October 2016

Ibadah Dari Vihara Ke Vihara Bagian Kedua

BAGIAN KEDUA : PERINGATAN PARA DEWA

1. Pemandu vihara yang tidak jujur.

Sore hari itu perjalanan kami berempat dari jakarta memasuki kota semarang, kami langsung menuju salah satu vihara yang terkenal dikota ini. Setelah membersihkan diri, kami berempat sembahyang di altar utama dilayani oleh 3 pemandu vihara. selesai bersujud,



Istri saya menyediakan uang tip untuk ketiga pemandu yang melayani kami. Saat itu istri saya mendapatkan bisikan dari sang dewa bahwa pemandu yang jangkung supaya jangan diberi tip. Istri saya merasa perintah sang dewa ini aneh, maka minta cross check ke saya, apa betul bisikan itu dari sang dewa. Saya mengadakan kontak batin dengan sang dewa, dan benar bahwa si jangkung jangan diberi tip, sebab dia tidak jujur dalam bekerja di vihara ini.

Saya memberitahu istri saya bahwa bisikan itu benar. Sekarang istri saya yang serba salah bagaimana cara dia harus memberikan tip agar si jangkung tidak ikut menerima, sedangkan mereka bertiga selalu berkumpul di suatu tempat. akhirnya istri saya memberitahu sang dewa, kalau si jangkung tidak boleh diberikan tip, mohon sang dewa memisahkan si jangkung dari kedua teman nya.

Sekitar 1-2menit, saya melihat si jangkung mulai jalan meninggalkan kedua teman nya menuju kamar kecil. Pada saat itu istri saya cepat-cepat menghampiri kedua pemandu memberikan tip untuk mereka berdua saja dan kami pamitan.

Para dewa dan roh suci sangat mengetahui isi hati dan nurani manusia, terutama manusia yang berada di lingkungan tempat ibadahnya. peringatan untuk menyadarkan pelaku yang tidak baik selalu diberikan berkali-kali untuk waktu yang cukup lama, bisa 2-3 tahun, agar manusia itu menjadi sadar atas kesalahan-kesalahan nya, kalau tidak, maka dewa dan roh suci akan menyingkirkan orang itu dari lingkungan tempat ibadah.


2. Nenek tukang bohong

Dalam satu tahun saya dan istri saya bisa 5-6 kali beribadah ke vihara ini. Untuk keperluan pribadi ataupun mendirikan altar rumahan, juga untuk ritual-ritual lainnya seperti kias, kwee-pang dan ritual mengangkat guru roh.

Pada suatu siang , pada kunjungan kami ke vihara ini, di sisi samping ada seorang nenek yang meminta sumbangan untuk dirinya sendiri sambil mengatakan bahwa dia telah disia-siakan oleh anak-anaknya, hidup sendirian dan terlunta-lunta dan seterusnya.

Melihat usia tuanya, tampa peduli cerita-cerita seram nya saya memberikan sumbangan untuk nenek ini, begitu juga istri saya. Beberapa kali kunjungan saya ke vihara ini, saya masih bertemu dengan nenek ini, sampai suatu saat, selesai cuci tangan, saya akan mengambil uang untuk memberikan pada nenek ini, saya dibisiki oleh sang dewa vihara ini, supaya saya jangan memberi lagi uang untuk nenek ini, nenek ini tukang bohong dan tidak mau sadar.

Sejak itu saya, istri saya dan teman-teman tidak pernah lagi memberikan tip pada nenek tukang bohong ini.

Jangan berbuat tidak jujur dilingkungan tempat ibadah...!!!


3. Penasehat ibadah tidak jujur

Pada waktu saya dan istri berkunjung ke sebuah vihara yang cukup terkenal, disitu ada beberapa penasehat yang memberikan jasa dan membantu para pengunjung mengartikan syair ciam sie dan apa saja yang perlu dilakukan agar yang bersangkutan terkabul permohonan nya atau terhindar dari halangan hidupnya. Salah satu penasehat itu dulu pernah membantu dan melayani saya untuk suatu ritual pengisian rupang( patung ) yang akan saya altarkan dirumah.

Mengingat jasanya, maka setiap kali saya berkunjung ke vihara ini, saya selalu memberikan uang tip,
saya diberitahu oleh sang dewa di altar utama vihara ini bahwa saya jangan lagi memberikan tip pada orang ini, sebab dia sudah tidak jujur dalam memberikan keterangan dan penjelasan kepada pengunjung vihara. pamrihnya hanya mendapatkan uang saja. Banyak penjelasan nya yang tidak perlu dan sering tidak benar.

Kembali saya perlu memberitahukan teman-teman agar kalau berkunjung ke vihara ini, jangan percaya pada penjelasan dan nasehat penasehat ibadah ini dan tidak usah lagi memberikan tip padanya.

Semoga suatu waktu penasehat ini dapat menyadari kesalahan nya dan kembali ke jalan yang benar.


4. "Pendamping" medium sakit aneh

Kali ini bukan saya yang berkunjung ke vihara, melainkan "orang vihara" yang berkunjung ke rumah saya, sebut saja namanya asin. pekerjaan asin adalah mendampingi seorang medium di sebuah vihara. dan melayani pengunjung vihara yang membutuhkan pertolongan dari sang dewa. Dia melayani medium yang sudah menjadi "dewa", juga melayani dan memberikan penjelasan kepada pengunjung apa saja yang telah dipesankan oleh sang dewa, juga menulis resep obat, pantangan-pantangan, dll. itu semua diceritakan asin kepada saya.

Ceritanya lagi, bahwa sejak beberapa tahun ini asin selalu sakit-sakitan, sudah berobat kemana-mana tidak kunjung sembuh, termasuk meminta obat kepada sang dewa lewat medium yang dia layani. Sampai akhirnya asin putus asa, jengkel dan menggerutu menyesalkan sang dewa yang tidak mau menolong dia, asin kecewa kenapa orang lain ditolong, sementara dia tidak.

Melalui pengamatan mata batin saya, asin tidak jujur dalam melayani pengunjung atau pasien sang dewa. Sering hal-hal tidak perlu disampaikan pada para pasien dengan tujuan mendapatkan uang. Sang dewa sudah sering memberi nasehat untuk menyadarkan asin, tetapi asn tidak pernah menyadari kesalahan nya dan sang dewa merasa perlu untuk menyingkirkan asin dari lingkungan vihara, dengan memberikan kesehatan yang buruk agar dia tidak dapat hadir di vihara pada malam hari. Suatu sakit aneh yang tidak dapat disembuhkan secara medis maupun non medis.

Kepada asin saya hanya menganjurkan agar dia meninggalkan lingkungan vihara, sebab " tidak cocok "dengan garis kodrat hidupnya, sebaiknya kembali ke gereja seperti waktu dia masih sekolah dulu. Semoga sakit anehnya berangsur-angsur sembuh.

Sang dewa hanya ingin memindahkan asin dari lingkungan vihara saja.

Penulis : Herman Utomo & Silvie Utomo
Sumber : spiritualuniversal.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

close